Oleh: Anita Martha Hutagalung
Beritasimalungun-Pertama kali Oni ketemu Bang Rait adalah sehari sebelum TIM 11 berangkat sebelumnya Oni hanya tau lewat Facebook saja. Itupun setelah ito Togu Simorangkir mengabarkan Oni. Tapi kalau Bang Rait pertama kali kenal Togu tgl 26 Januari 2015 , pas mereka demo ke Kantor DPRD Sumut.
Mereka menuntut agar menutup Perusak Lingkungan Danau Toba, diantaranya TPL , Aqua Farm dan peternakan Babi yang limbahnya dibuang langsung ke DanauToba. Dan salah satu anggota Dewan yang menerima mereka saat itu adalah kedan Oni ibu Sarma Hutajulu Bang Rait ini seorang disabilitas.
Irwandi Sirait lahir di Ajibata, dia sebenarnya lahir normal dan tumbuh sehat seperti anak-anak lainnya. Nah di tahun 1994 , saat itu umurnya Rait 14 tahun. Dia terjatuh dari pohon dan nyaris mati. Akibatnya 3 tahun Rait lumpuh total.
Dia diurus di rumah saja, karena sudah beberapa kali keluar masuk RS , tapi tidak ada perubahan. Sudah tak terhitung biaya yang dikeluarkan. Tahun 1997 datanglah seorang dokter Belanda dari Yayasan Harapan Jaya berkunjung ke Ajibata dan mampir ke rumah Bang Rait.
Setelah melihat keadaanya Bang Rait, dokter ini mengatakan Rait bisa sembuh jika di operasi. Sempat ditolak keluarga besar karena khawatir bukan sembuh malah jadi maut. Tapi Bapak dan Mamak serta si Rait sendiri yakin pada dokter Belanda itu, maka jadilah Operasi di bulan April 1997 di RS Humasitas .
Tapi dirawat di RS Harapan Jaya pusat rehabilitasi Disabilitas .
Lebih kurang 2 tahun Bang Rait mengikuti terapi dan ketrampilan supaya bisa menghidupi diri sendiri.
Bisa mandiri tidak tergantung pada orang lain , kemudian disana latihan mental juga. Rasa percaya diri di bentuk disitu, menerima keadaan diri, dan mampu bersyukur dalam keadaan apapun. Tidak menyesali masa lalu.
Bang Rait akhirnya bisa lepas dari kursi roda dan bisa berjalan kembali. Rait dilatih mengukir, membuat rosario dan menjahit, tapi Bang Rait lebih memilih menjahit dan bikin sablon. Karena merasa kurang punya kesabaran dalam mengukir.
Ketrampilannya menjahit dan sablon itulah yang menjadi modal di kehidupannya. Jadi kalau kalian ke Pajak Ajibata, lalu kalian menemukan pamplet AJIBATA NAULI , itu punya Bang Rait.
Bagaimana bisa masuk TIM 11 ?
Togu Simorangkir mengajak Bang Rait ikut AJAK TUTUP TPL, tanpa pikir panjang Rait langsung mengiyakan. Karena meskipun dia seorang disabilitas tapi semangat untuk Danau Toba terbebas dari pabrik perusak lingkungan begitu membara. Tapi saat Rait mengutarakan pada Bapaknya, karena Mamak Bang Rait sudah meninggal 2 tahun yang lalu.
Tanggapan Bapaknya sempat menolak, Bapaknya takut kalau nanti Rait kenapa-kenapa di jalan, bahkan bisa hilang nyawa. "Sudahlah Pak... Kalau soal mati, sudah lama sebenarnya aku mati, apalagi mengingat waktu aku lumpuh selama 3 tahun" kata Bang Rait.
Rait anak ke 4 dari 12 bersaudara. Kalian bayangkan lah weii. Banyak kali anak mamaknya, mudah-mudahan emak bapaknya hapal semua nama anaknya. Rait aktif di Gereja sebagai Ketua Naposo Bulung HKI Distrik Sumatera Timur.
Dalam setiap pertemuan pemuda gereja selalu mengingatkan untuk menjaga lingkungan. Dan selalu menanam pohon di setiap gereja yang menjadi tuan rumah pertemuan. Dan diakhir periode kepengurusannya nanti, Bang Rait berencana akan memberikan apresiasi untuk gereja yang terbaik pertumbuhan pohonnya.
Di TIM 11 Bang Rait ini paling rajin Zoom meeting 😅 Dan....Setiap pagi Bang Rait selalu teriak dengan suara nyaring : "Pagii.. Pagii.. Pagii...Tetap semangaat !!! Trus kalok makanan yang dimakannya terasa cocok di lidahnya dia pasti berteriak : " Sonang nai anakmon da Inoong!!!"
Yang artinya : Enak banget hidup gue Maaaak'eee...
Tapi pernah satu kali , saat tiba waktunya kami makan malam . Masing² mendapat makanan sesuai request. Oni saat itu pesan sate ayam, Togu pesan sop daging lembu. Rait juga pesan sop daging lembu
Dan semua mendapatkan sesuai pesanan. Togu dapat sop dengan daging sapi yang lumayan banyak.
Tapi Bang Rait cuma dapat kuah sop doang, gak ada dangingnya, secuil daging pun gak ada 😅😅 Kontan Bang Rait teriak : " Haccitni anakmon da Inooong!! "Kalau di translate kira-kira artinya :
Sakit kali anakmu ini Mak'eee... Kami bukannya prihatin, malah ngakak-ngakak.
Kurang ajar bangat ya kami ini 😅🤪😂😂
Kami suka becandai Bang Rait :
"Kalau di Sumut jalanmu gak bagus kami maklum Rait. Secara jalan di Sumut rata-rata berlubang-lubang dan tak rata. Tapi kenapa setelah di Sumbar jalan rata dan muluss jalanmu masih gak rata juga " 😜😂😂
Bang Rait cuma ketawa-ketawa aja. Gimana mau jalan rata, wong kaki Bang Rait emang panjang sebelah.
Marsiganjangan. Dia sudah kebal pada hinaan. Dia hanya fokus pada tujuan, selama di perjalanan Rait banyak menemukan hal-hal baru yang menginspirasi. Menemukan ketulusan banyak orang di sepanjang perjalanan. Bang Rait yang punya pengalaman sering ikut demo, kerap kecewa.
Karena sering kali menemukan penghianat di barisannya. Awalnya mereka bersama berjuang, tapi akibat satu dan lain hal, tiba-tiba ada yang menghindar dan membelot. Berbeda dengan TIM 11 masih tetap solid.
Tidak ada penghianat di sini . Semua masih setia dan militan. Itu yang membuat Rait bangga. Harapannya adalah : bertemu Presiden Joko Widodo. Kalau ketemu Pak Jokowi pasti Rait teriak
" Sonangni anakmon da Inooong"
#TutupTPL.(Penulis Adalah Pegiat Medsos)
0 Comments