Ini foto tahunan. Setiap kami buat Pesta Olob-olob GKPS Resort Bandung di gedung pasti ada beberapa tukang foto amatir. Tanpa disuruh mereka menyambut kami dengan jepretan kamera digital. Tentu saja berbayar.
Mereka beroperasi hanya di depan gedung pesta. Pada siang atau sore, sebelum pesta berakhir, mereka mengantarkan foto2 kami. Ukurannya jumbo, lebih besar daripada dua kali kartu pos. Harganya tawar menawar. Semakin sore semakin murah. Aku selalu membeli foto2 kami.
Kemarin empat foto jumbo (sekali jepret) hanya Rp 30.000. Aku berempati kepada mereka karena aku, Abang2-ku, dan Adek2-ku juga tukang foto hitam-putih pada tahun 1970-an.
Kami beli film meteran, lebih 10 rol. Film kami potong sendiri di kamar gelap. Hasil jepretan juga kami cuci dan cetak sendiri di kamar gelap.
Kami bisa hidup dan menjadi sarjana berkat jadi tukang foto amatir berbendera Foto Service Saragih Brothers, Haur Pancuh II, Bandung. Objek utama pemotretan kami adalah Ospek mahasiswa baru Unpad dan OS mahasiswa baru ITB.
Kami penguasa tunggal di dua kampus besar itu. Objek lainnya wisuda sarjana Unpad (hanya setiap akhir Desember), cetak banyak pas foto kilat (tak sampai sejam) pada musim pendaftaran mahasiswa baru dan herregistrasi mahasiswa lama Unpad, motret orang kawin dan ulang tahun, serta berkelililing ke berbagai tempat tinggal yang padat penduduk setiap musim Idul Fitri alias lebaran.
Di balik setiap foto selalu ada cap (stempelan) Foto Service Saragih Brothers, Haur Pancuh II. Dulu di kampus ketika masih dosen kisah kami bersaudara ini kerap kuceritakan kepada para mahasiswa yang mengaku ortunya miskin sehingga akan berhenti kuliah.
Aku tegaskan senantiasa kepada mereka, orang miskin harus kuliah. Ini jalan terbaik untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Ini juga sering kuucapkan di ruang kuliah. Dulu ini juga beberapa kali kutulis di koran2.
Kunyatakan selalu, kita boleh miskin secara ekonomis namun tak boleh miskin dalam semangat dan kemauan untuk berhasil. Kita juga mesti kaya secara rohaniah. Selain kuliah kita juga harus aktif di organisasi2 mahasiswa dan pemuda di dalam dan di luar kampus.
Anak ortu miskin kalau mau jadi sarjana harus mau bekerja keras, bekerja apa saja. Yang penting halal. Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu jangan mau bersakit-sakit berkepanjangan.
Kol TNI AU St Drs Warman Martuha Manihuruk MM menambahkan pendapat mengenang Foto Service Saragih Brothers, Haur Pancuh II, Dipatiukur Bandung, Jawa Barat.
"Itu semua Anugrah dari Tuhan ! Saya juga tidak tau kok bisa saya tahu Fotografi. Jalan yang diberikan Tuhan,agar sdek-adek ku bisa kuliah di Bandung. Tidak tinggal/kumpul di kampung Hutaimbaru. 12 bersaudara, ladang hanya satu, tanahnya tandus, jauh dari kampung. Pesan Bapak (Alm) St Moradim Efraim ke saya waktu saya melihat dia sakit parah di Siantar : "Walau kau anak nomor 3, tanggung-jawabmulah menyelamatkan adek2mu semua. Umur saya tidak lama lagi, itulah permintaan ku kepadamu" mardingat-dingat sidangolon," ujar St WM Manihuruk yang kini menetap di Haranggaol.
"Urutan yang datang ke Bandung: 1. Sudirman, 2. Murni Amin, 3. Sahalatua, 4. Hamonangan, 5. Juliamin, 6. Berlin + Mintahali, 7. Bapak+ Inang, 8. Bonarsius, 9. Tiurma, 10.Rohniuli. (***)
0 Komentar