Awalnya, kedatangan mereka Rabu (17/4), pukul 15.00 WIB langsung buat kebisingan dengan baju yang sudah kena coret–coret mengendarai sepedamotor yang sebagian knalpot blong dan racing tanpa menggunakan helm. Para pelajar ini memasuki Long Beach Ajibata, setelah sempat berputar–putar akhirnya mereka menduduki panggung terbuka Long Beach Ajibata. Beberapa lama kemudian, para pelajar yang datang menggunakan angkutan kota bergabung dan membuat suasana jadi ramai.
Amatan METRO (grup Sumut Pos), mereka tampaknya sudah saling kenal dan langsung mengeluarkan alat–alat musik dan tuak. Sambil marmitu (minum tuak) diiringi musik, sebagian lagi menyebur ke Danau Toba tanpa melepas baju dinasnya.
Aksi para pelajar ini berlangsung hingga larut malam. Warga sekitar yang merasa terganggu sempat menegur, tapi bukan direspon. Justru balik membalas dengan kata–kata kotor
. “Saya sudah ke sana tadi malam, tapi malah mereka cakap kotor sama saya. Kalau sempat saya bawa teman–teman sekampung habislah mereka,” ujar Onom, kepada METRO dengan nada emosi.
Menurut Onom, para pelajar itu sudah kelewat batas. Bahkan pengusaha ikan ini menyaksikan tingkah para pelajar hingga larut pagi 02.00 WIB, suara mereka tetap terdengar dan sebagian yang memisahkan diri mencari tempat untuk berbuat mesum. “Saya saksinya, saya lihat jelas beberapa pasang di tepi pantai berpacaran dan sampai buka baju pelajar,” ungkap Onom.
Pagi harinya, Kamis (18/4), METRO menyambangi mereka dan sempat menanyakan identitas mereka. Didampingi pacar masing–masing, mereka menjawab beberapa pertanyaan METRO tanpa ada rasa curiga.
Dari keterangan beberapa siswa/siswi, mereka adalah pelajar dari Kota Siantar dan Kecamatan Siantar.
“Nama saya Ando marga M. Dan teman saya ini Ojak. Kami kos di Jalan Sisingamaraja Pematangsiantar. Ini pacar saya, kalau lae mau ke Siantar singgah ke kos kami ya!” ajaknya bangga sambil mengenalkan pacarnya kepada METRO.
Menanggapi aksi dan kelakuan para pelajar yang buruk tersebut, Kadis Pendidikan Simalungun Resman Saragih mengatakan, aksi para pelajar tersebut telah mencoreng pendidikan apalagi dilakukan usai UN.
“Sangat disesalkan apalagi mereka sampai mengkonsumsi miras, termasuk meminum tuak itu bukan cermin budaya kita. Perilaku itu sebaiknya jangan ditiru siswa lainnya termasuk yang masih SMP/MTs yang minggu depan mengikuti UN,” pesan Resman.
Dia menegaskan, aksi para pelajar di pantai Ajibata itu merupakan sikap anti produktif dan sikap kurang peduli pada keadaan sosial masyarakat karena merusak pakaian yang masih bagus, lebih baik disumbangkan kepada keluarga yang membutuhkan. “Untuk itu, saya mengimbau kepada orangtua dan masyarakat agar membina dan mengawasi perilaku kurang terpuji para siswa kita,” pintanya.
Hal yang sama disampaikan Kepala SMA Negeri 1 Parapat Ebson Silaban MPd. Via selularnya kepada METRO, ia menyampaikan kalau aksi yang mengatasnamakan pelajar itu tidak cocok dan tidak bisa ditoleransi apalagi sekarang maraknya aksi geng motor berujung kekerasan yang melibatkan pelajar di kota. “Saya sudah mengimbau siswa saya untuk tidak coret–coret, saya yakin pelajar–pelajar itu bukan berasal dari Parapat,” ujarnya. (rait/smg)(metrosiantar.com)
0 Comments