Kasus Pembunuhan Siti Nurcahya
SIANTAR- Informasi terbaru berkembang di tengah
warga di Jalan Aman Kelurahan Siopat Suhu, Kecataman Siantar Timur.
Beberapa warga menyebutkan, Erwin Siahaan tega menghabisi Siti Nurcahaya
yang sedang hamil 6 bulan, karena kesal tidak dapat bagian emas hasil
rampokan dengan Ponijo.
“Banyak warga mengatakan itu. Informasinya memang begitu yang berkembang
di tengah masyarakat di Jalan Aman sekitarnya ini. Erwin meminta
bagian emas hasil rampokan mereka,” ujar seorang ibu rumah tangga yang
minta namanya dirahasiakan.
Dia mengatakan, berdasarkan isu yang berkembang tersebut, sebelumnya
Ewrin Siahaan dan Ponijo diduga ikut bersama-sama dalam satu perampokan
toko emas di sekitar Tebing Tinggi. Namun usai beraksi, Erwin
disebut-sebut belum mengambil bagiannya.
Dia kemudian meminta kepada Ponijo. Namun menurut informasi lagi,
Ponijo tidak memberikan dan mengatakan emas itu ada pada istrinya.
“Kurasa karena emosi tak mendapat bagian dan mungkin Erwin Siahaan
curiga istri Ponijo yang menyimpan emas tersebut, makanya dia sampai
tega menghabisi nyawanya. Ya mungkin sajalah, kan butuh dana untuk buat
pesta pernikahan,” kata beberapa warga yang turut bercerita kepada METRO
kemarin.
Sebelumnya, Erwin Siahaan, tersangka pelaku pembunuh Siti Nurcahaya
yang ditangkap pada Rabu (2/5) di Riau, disebut-sebut sebagai perampok
kambuhan. Namun Erwin dikenal para kalangan pelaku perampokan sebagai
anak cabang dari anggota U Cobra yang bermukim di Pekanbaru.
Menurut sumber yang layak dipercaya, Erwin lebih dikenal sebagai
pelaku spesialis pembobol rumah kosong dan toko. Hanya saja, Erwin
sering juga bergabung dengan kelompok lain untuk merampok mobil kanpas
(mobil sales rokok) dan truk pengangkut sawit.
Itu dikatakan sumber yang memohon namanya tidak dimuat di koran.
Menurut sumber, ia mengenal Erwin sebagai pemain kecil dan belum punya
nama di kalangan perampok. Sebab pimpinan Erwin sendiri masih anggota U
Cobra yang dikenal sebagai pelaku perampokan truk pengangkut sawit dan
getah serta sales rokok.
Masih dari sumber, jika Erwin ‘main’ mobil kanpas atau truk
pengangkut sawit dan karet, biasanya kelompok Erwin selalu beraksi di
Jalinsum mulai dari Lubuk Pakam hingga perbatasan Labuhanbatu. Dalam
setiap aksinya, kelompok ini menggunakan 1 unit senjata api rakitan yang
dipegang ketua kelompok mereka.
Jadi menurut sumber, bisa saja Ponijo merupakan teman Erwin yang bertemu di suatu tempat dan diajak Erwin melakukan aksi perampokan.
Biasanya sehabis melakukan aksi, kelompok Erwin langsung berpencar
untuk mengelabui petugas. Biasanya uang hasil kejahatan mereka dibagi 2
hari setelah mereka beraksi. Setelah seluruh uang hasil kejahatan mereka
dibagi, sisanya akan distorkan oleh pimpinan kelompok mereka U Cobra.
Beberapa sumber lainnya mengatakan, Erwin Siahaan baru beraksi merampok
toko emas di sekitar Tebing Tinggi.
Warga Temukan Belati di Sungai
Salah seorang pria bermarga Panjaitan di Jalan Aman Siantar menyebutkan, pasca pembunuhan Siti Nurcahaya dan sebelum Erwin Siahaan ditangkap, warga berinisiatif bertanya kepaada paranormal soal kasus tersebut. Atas kesepakatan, warga pergi ke darerah Sinaksak menemui paranormal.
Dari hasil pertemuan dengan paranormal, warga disarankan untuk
menyisir sungai yang berada di Jalan Aman. Sebab di sungai tersebut,
barang bukti berupa pisau dibuang pelaku. Juga disbutkan, jumlah orang
yang melakukan pembunuhan itu ada tiga orang.
Selajutnya Minggu (29/4) pagi, sejumlah warga pergi ke sungai
dimaksud. Masyarakat menyebar ke aliran sunga. Beberapa saat kemudian,
Panjaitan dan temannya menemukan pisau belati di dasar sungai. Pisau
warna putih jenis stainless biasa digunakan di dapur itu akhirnya
diserahkan kepada Tati, warga setempat.
Kemudian Tati dan warga lain kembali menemui paranormal tersebut dan
menyerahkan pisau itu. Setelah para normal mengatakan pisau yang
ditemukan warga adalah pisau yang dimaksud, warga disuruh pulang dan
membawa pisau itu. Kemudian warga memanggil polisi untuk
menginformasikan bahwa pisau belati ditemukan di aliran sungai.
Tidak beberapa lama, pihak kepolisian datang dan akhirnya membawa
pisau itu. Namun saat Erwin Siahaan ditangkap pada Rabu (2/5) dan pihak
kepolisian menunjukkan barang bukti, pisau belati yang ditemukan warga
tidak diperlihatkan.
Warga Masih Khawatir
Pembahasan kasus pembunuhan Siti Nurcahaya (38) pada Rabu (18/4) lalu di rumahnya Jalan Aman, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur, belum habis. Walau Erwin Siahaan disebut pelaku tunggal sudah ditangkap petugas Polresta Siantar, warga setempat sangat penasaran terhadap motif pemnuhuhan itu. Menurut mereka, motif yang diungkapkan polisi sangat diragukan.
Saat warga berbincang dengan METRO, seorang ibu dan serta anak
perempuannya melintas mengangkat perlengkapan tidur, seperti tikar,
selimut dan bantal. Saat ditanya ke mana tujuan ibu tersebut, warga
mengatakan, ibu serta anaknya itu warga yang tinggal di belakang rumah
korban. “Mereka tinggal di dekat rumah korban itu, di bagian belakang,”
ucap salah seorang warga marga Purba.
Mereka mengatakan, di sekitar rumah korban masih ada beberapa yang
pindah tidur ke rumah keluarganya setiap malam. Alasan mereka pindah
tidur karena dihantui rasa takut. Rasa takut yang mereka maksud, curiga
pelakunya masih ada selain Erwin Siahaan.
Khususnya para perempuan langsung cepat-cepat menutup pintunya dari
dalam. Walaupun suami masih di luar, tapi para istri sudah mengunci
rumah dari dalam. “Seperti istriku, masih setengah sembilan malam, rumah
sudah dikunci. Katanya kalau mau ke rumah ditelepon saja dulu, biar
dibuka,” sebut salah seorang warga.
Para warga menceritakan bahwa rasa khawatir masih tinggi. “Bagaimana
pula kami bisa mempercayai motif seperti itu. Jangankan kami, orang luar
saja tak percaya,” ucap warga marga Tarigan.
Ponijo: Aku Berserah pada Yang Kuasa
Banyaknya tudingan warga bahwa Ponijo (suami korban) terlibat dalam pembunuhan tersebut, saat ditemui METRO Kamis (10/5), Ponijo mengatakan, apa yang disampaikan warga selalu diserahkan kepada Yang Kuasa. “Mau apalah kubilang Bang, aku tidak bisa melarang mereka karena itu haknya. Yang pasti, aku hanya bisa berserah kepada Yang Kuasa,” ucapnya.
Ponijo yang saat itu berada di rumah kakaknya Suhartati mengatakan,
kasus ini sudah berada di tangan berwajib, sehinga hasil penyidikan
diserahkan kepada pihak kepolisian. Disinggung soal pengalamannya dalam
hal tindak kriminal, Ponijo mengaku selama ini berusaha mengerjakan
pekerjaan halal. “Baik supir, buruh, jadi pembersih kuburan pun aku
kerjakan.
Asalkan halal, tetap aku kerjakan. Sebab aku harus membutuhi
anak-anakku,” ucapnya. Ia mengaku tidak hobi main judi atau
mabuk-mabukan, sebab dari kecil ia hanya diajarkan untuk kerja. Pada
kesempatan yang sama, Suhartati mengaku mendengar banyaknya
tudingan-tudingan warga terhadap keluarganya.
Walau merasa sedih, ia mengatakan tetap sabar dan selalu menyerahkan
semua kepada kepolisian. “Bahkan ada yang bilang saya menyembunyikan
Ponijo. Padahal pintu rumah terbuka terus. Terkadang Ponijo keluar bawa
anak-anaknya main-main. Tapi ya sudahlah, kami keluarga tetap bersabar
dan yang kuasa memberikan ketabahan,” ucapnya.
Sedangkan menurut Ponijo, hingga saat ini ia belum bekerja dan masih
menjaga anak-anaknya. Sebab dari tempat kerjanya, ia masih cuti menunggu
kasus tersebut sudah selesai. Ia mengatakan untuk makan anak-anaknya
masih dibantu Suhartati. “Dulu juga kami sering meminta bantuan kepada
Kak Suhartati. Ya gimanalah, gajiku terkadang tidak cukup membutuhi
keluarga,” ucapnya.
“Sebenarnya hingga saat ini aku masih sedih, tapi apa yang bisa
diperbuat kalau sudah terjadi. Semoga Allah tetap memberikan jalan yang
terbaik bagi kami sekeluarga,” ucapnya. (metrosiantar.com)
0 Comments