Lembaga Pemasyarakatan (LP) Siantar. Foto Asenk Lee Saragih
GUNUNG MALELA– Sejak
tersangka pembunuh Siti Nurcahaya terungkap, keluarga Erwin Siahaan (23)
di Nagori Selulu, Kecamatan Gunung Malela, Simalungun, jadi bahan
cemoohan warga. Tak tahan, keluarga Erwin Siahaan berencana pindah rumah
ke daerah Kecamatan Tapian Dolok.
Demikian disampaikan Surami (54), keluarga Erwin Siahaan di Nagori
Serapuh Kecamatan Gunung Malela Simalungun, ditemui METRO, Minggu (20/5)
sekira pukul 14.00 WIB. Surami mengatakan, orangtua Erwin sering
menemuinya dan kerap menangis mengenang aksi nekat anaknya membunuh Siti
Nurcahaya yang sedang hamil 6 bulan, warga Jalan Aman Kelurahan Siopat
Suhu Kecamatan Siantar Timur.
“Kalau malam kita kumpul, kedua orangtua
Erwin ini sering cerita sama saya kalau mereka sangat sedih mengenang
Erwin di penjara, kenapa dia bisa senekat itu. Padahal sejak kecil
ibunya sering mengajarkannya banyak berdoa, tetapi entah kenapa kok jadi
pembunuh,” kata Surami. Beban lain kata Surami, sejak tersangka
pembunuhan itu terungkap, keluarga Erwin Siahaan di Silulu dicemooh dan
dijauhi para tetangga. Secara psikologi katanya, sikap warga itu tentu
akan menjadi beban terhadap kedua orangtua Erwin Siahaan.
“Sejak Erwin Siahaan itu ditangkap,
sikap warga di sini berubah melihat kedua orangtua Erwin. Mereka jadi
sering menjelek-jelekkan kakak saya itu. Katanya mereka berdua tidak
bisa mendidik anak, padahal memang anaknya saja yang kurang ajar dan
tidak bisa diatur,” sesalnya. Lanjut Surami, karena tidak tahan dengan
perlakuan dan sikap warga sekitar ini, kedua orangtua tersangka berniat
pindah ke kawasan Tapian Dolok Simalungun.
Sementara Maruli Siahaan, ayah tersangka
rencananya akan bekerja sebagai teknisi bengkel las di kawasan
Sinaksak. “Di Sinaksak, abang ipar saya berencana bergabung dengan
teman-temannya yang bekerja di bengkel las,” ungkap Surami. Ia
mengatakan, sebenarnya kondisi keluarga Erwin Siahaan sangat
memprihatinkan.
Sebab kondisi kesehatan Maruli Siahaan,
ayah tersangka sebenarnya juga kurang mendukung. Surami mengatakan, ayah
tersangka yang sudah tua ini kerap mengalami batuk akibat Penyakit
Tuberkulosis (TBC) yang dideritannya ini. Sementara ibu tersangka harus
bekerja sebagai tukang cuci rumah tangga.
“Penyakit TBC abang iparku itu sudah
diderita sejak setahun terakhir, makanya dia mengurangi aktivitasnya
sebagai tukang las. Sementara kakak saya selama ini kerjanya cuma
sebagai tukang cuci pakaian warga sekitar dan gajinya juga cuma tiga
ratus ribu per bulan,” katanya. (metrosiantar.com)
0 Comments