Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Rekonstruksi Pembunuhan Ibu Hamil (Siti Nurcahaya ), 26 Adegan

Perut Siti Ditikam, Lehernya Ditebas
Rekonstruksi- Adegan saat Erwin menikam perut 
Siti yang sedang hamil, kemudian mengambil gelangnya. (Foto: Lazuardy 
Fahmi)Rekonstruksi- Adegan saat Erwin menikam perut Siti yang sedang hamil, kemudian mengambil gelangnya. (Foto: Lazuardy Fahmi)(Foto: Fahmi)(Foto: Fahmi)
SIANTAR– Polresta Siantar menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Siti Nurcahaya di tempat kejadian perkara Jalan Aman, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur, Selasa (29/5) pukul 10.00 WIB. Ribuan warga memadati lokasi untuk melihat rekonstruksi 26 adegan yang langsung diperagakan tersangka Erwin Siahaan.

Sebelum petugas Polres Siantar tiba di lokasi sekitar pukul 09.00 WIB, beberapa warga setempat dan dari luar sudah terlihat mendatangi lokasi. 

Termasuk ibu dan adik Siti Nurcahaya yang datang dari Kisaran, Kabupaten Asahan. Sementara itu, sekitar 6 petugas Polsek Siantar Timur mengatur arus lalu-lintas di persimpangan, supaya warga tidak memarkirkan kendaraannya di sekitar lokasi.

Sementara itu, warga yang sudah ramai dilarang mendekat. Walau belum menggunakan garis polisi, petugas sudah membuat batasan 100 meter dari rumah korban. 

Namun warga semakin membludak, sehingga petugas kewalahan menahan warga yang memaksa mendekat. Sekitar 25 menit kemudian, mobil Dalmas yang berisikan puluhan polisi dari Polres tiba di lokasi. Kontan saja warga langsung berteriak.

Tak hanya itu, tidak sedikit karyawan PT STTC memanjat ke atas seng pabrik hanya untuk melihat situasi.

Sementara itu, petugas polisi membuat garis polisi di lokasi rumah Siti yang jadi tempat rekonstruksi. Suhartati kakak Ponijo, Suminah ibu Ponijo dan keluarganya yang lain juga berada di lokasi. Tidak beberapa lama, mobil Dalmas berisi polisi datang lagi, dan membuat pagar betis.

Sekitar pukul 09.45 WIB, Erwin Siahaan tiba dengan mobil kijang yang dikawal ketat penyidik. Melihat itu, warga serentak berteriak kuat. Tidak sedikit suara sumbang kata hujatan yang disampaikan warga kepada Erwin. 

“Dasar pembunuh, matilah kau,” ucap warga sembari berusaha mendekati mobil yang membawa Erwin. Petugas pun bergerak menenangkan warga. Kemudian, Erwin dikeluarkan dan dibawa menuju  rumah korban.

Untuk pertama kalinya warga melihat langsung wajah Erwin Siahaan yang selama ini ditunggu-tunggu. Erwin yang menggunakan baju tahanan warna biru tak berani melihat ke arah warga. Dia tertunduk semari menunggu arahan polisi. Sementara itu, sepedamotor Yamaha Mio Soul milik Erwin juga dibawa ke TKP dan diletakkan di depan pintu rumah Siti.

Kemudian, Pjs Kapolsek Siantar Timur AKP Altur Pasribu dengan menggunakan pengeras suara menyampaikan bahwa di rumah Siti akan dilaksanakan rekonstruksi kasus pembunuhan Siti Nurcahaya yang terjadi, Rabu (18/4) sekitar pukul 10.00 WIB lalu. “Jadi mohon pengertian kepada warga untuk bekerja sama demi kelancaran pelaksanaan rekonstruksi ini,” pinta Altur.

Tepat pukul 10.00 WIB, Brigadir Bolon Hot Situngkir penyidik pembantu membacakan berita acara pemeriksaan rekontruksi sebanyak 26 adegan. Dengan pemeran tersangka adalah Erwin Siahaan (tersangka), Ummi Salama Nasution (saksi ) Suhartati, (saksi), Suminah (saksi). 

Korban atas nama Siti Nurcahaya diperankan Kolok.  Rekonstruksi tersebut dihadiri  penasehat hukum atau Adcokat yang dihunjuk bernama Herman Rumahorbo, juga dihadiri Jaksa Penuntut Umum Hari Darmawan SH.

Pada adegan pertama, Erwin Siahaan datang ke rumah korban menggunakan sepedamotor mio soul BK 4710 TAH dan membawa tas ransel merek Eiger warna hitam berisikan satu bilah parang panjang sekitar 45 cm. Gagangnya terbuat dari kayu dan tas tersebut diletakkan di atas sepedamotor tersangka.

Selanjutnya di adegan kedua, Erwin Siahaan menemui korban dan langsung duduk di kursi ruang tamu dan berhadapan langsung dengan korban dan memakai gelang warna kuning menyerupai emas.

Di adegan ketiga, Siti Nurcahaya menyuguhkan kopi kepada Erwin Siahaan dan diletakkan di meja. Saat itu, Erwin pun  bercerita terkait berkas lamaran Ponijo suami korban untuk menjadi satpam. Tidak beberapa lama, di adegan keempat, Siti memberikan plastik putih berisi berkas Ponijo, yakni kartu keluarga asli, satu lemar fotokopi kartu keluarga dan fotokopi ijazah SMA Ponijo.

Pada adegan kelima, tetangga korban Ummi Salama Br Nasution pemilik warung dekat rumah korban datang berjalan kaki ke rumah korban Siti Nurcahaya hendak meminta daun serai. Namun saat berada dekat rumah korban, Ummi melihat sepedamotor parkir di halaman rumah korban, akhirnya Ummi kembali karena menganggap ada tamu di rumah Siti.

Setelah itu pada adegan enam, Erwin Siahaan keluar rumah dengan alasan ke warung sebelah rumah korban membeli sebungkus mi instan dan 3 butir telur karena lapar belum sarapan. Tidak beberapa lama kemudian adegan tujuh, Erwin kembali dari warung dan membawa mi instan dan 3 butir telur serta mengambil tas sebelumnya diletakkan di atas sepedamotornya.

Adegan delapan, Erwin Siahaan masuk rumah korban membawa mi instan dan telur berikut tas berisi pisau miliknya. Selanjutnya adegan sembilan dan sepuluh, karena Cinta anak korban masih di rumah, Erwin pun memberikan uang Rp1.000 pada Cinta dan menyuruhnya jajan. 

Cinta pun pergi jajan ke warung. Pada adegan 11, 12, 13, dan 14, Erwin menyerahkan mi instan dan tiga butir telur kepada Siti untuk dimasak. Erwin tetap duduk di ruang tengah sembari memegang tas berisi parang. Sementara itu korban di dapur merebus mi instan.

Tidak beberapa lama Erwin mengeluarkan pisau dari dalam tas dan menarik dari sarungnya. Pada adegan 15, 16, 17,18, dan 19, sembari memegang parang, Erwin berjalan ke dapur dan mendekati Siti. Korban saat itu memasak dan menghadap dinding. 

“Kak,” panggil Erwin dari belakang. Dan, korban berbalik arah melihat Erwin. Saat korban berbalik arah tersangka langsung menusukkan ujung parang ke perut korban sebanyak satu kali. Korban pun terjatuh dan bagian kepala korban membentur perut tersangka untuk melakukan perlawanan.

Saat korban tertunduk kesakitan, Erwin menebas bagian leher korban sebanyak 3 kali. Karena kesakitan, korban memegangi lehernya. Akibatnya tangan korban pun terkena sayatan parang sebanyak dua kali.

Setelah itu, pada adegan, 20, 21, dan 22,  saat korban tidak berdaya dia terjatuh ke lantai dengan mengeluarkan banyak darah. Merasa korban sudah tewas, untuk menghilangkan jejak tersangka pergi ke kamar mandi mencuci tangan dan parang yang digunakannya.

Setelah dianggap bersih dan tidak meninggalkan bercak darah, Erwin membuang parang ke luar rumah.
Kemudian pada adegan, 23, 24, 25 dan 26, korban yang sudah jatuh ke lantai didekati Erwin dan selanjutnya mengambil gelang yang mirip emas, yang saat itu dikenakan korban.  

Selanjutnya, karena melihat gelas kopinya masih di atas meja, Erwin mengambil dan membuangnya ke semak-semak sekitar rumah korban. Setelah itu tersangka membawa tasnya menuju sepedamotor, kemudian langsung melarikan diri. Tidak beberapa lama, Cinta anak korban kembali dari warung dan masuk rumah. 

Cinta pun melihat ibunya sedang berdarah-darah. Hal itupun disampaikan kepada tantenya Suhartati dan neneknya Suminah yang rumahnya berjarak sekitar 150 meter dari rumah korban. 

Setelah mendengar cerita Cinta, Suhartati dan Suminah mendatangi rumah korban. Dalam rumah, Suhartati berteriak saat melihat korban terbaring miring di lantai dengan mengeluarkan banyak darah hingga akhirnya warga berdatangan.

Saat rekonstruksi, Cinta tidak mau ikut dan menangis. Akhirnya salah seorang polwan menggantikan peran Cinta. Selain itu, Erwin ketika itu terlihat sangat gugup atau seperti tertekan. Akibatnya ia terkadang binggung saat memeragakan adegan yang sudah dipersiapkan. 

Sesekali Jaksa Heri Darmawan SH memberikan arahan kepada penyidik untuk tidak terlalu terburu-buru saat melewati adegan-adegan yang harus diperankan tersangka. Setelah melakukan rekonstruksi, sekitar pukul 11.20 WIB, warga kembali serentak meneriaki Erwin yang saat itu hendak dibawa polisi.

Sementara itu, ibu Siti yang melihat Erwin hendak dibawa berupaya mendekati Erwin dan hendak memukulnya untuk melampiaskan amarahnya. Namun hal tersebut diketahui polisi dan akhirnya ibu korban tidak diizinkan mendekat. Akan tetapi, ibu korban tak langsung menyerah, ia tetap berusaha menerobos polisi. “Aku hanya ingin memukul dia sekali,” katanya sembari menangis, ibu korban berusaha memukul Erwin dengan tangannya.

Akan tetapi polisi tetap berupaya menghindarinya, sehingga ibu korban hanya bisa menatap dan amarah tidak kesampaiaan. Saat Erwin dibawa menuju mobil kijang sejumlah warga spontan mendekat dan berupaya memukul Erwin. Melihat itu polisi melakukan menahan warga, sementara Erwin berhasil dimasukkan ke mobil.

Namun, warga tetap menyerbu mobil tersebut seraya berteriak memaki-maki Erwin. Beruntung saat itu tidak ada korban. Erwin berhasil diamankan dan dibawa kembali ke Mapolres Pematangsiantar. Selanjutnya warga bubar dan kembali ke tempat masing-masing. Begitu juga polisi yang berjumlah 75 personil juga kembali ke Mapolres Siantar.

Kasat Reskrim Polres Siantar AKP Azharuddin mengatakan, adegan rekonstruksi tersebut sebanyak 26 dan semuanya terlaksana. Sedangkan motif Erwin membunuh karena merampok. Ia juga mengatakan, tesangkanya hanya Erwin. (metrosiantar.com)

Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments