Perut Siti Ditikam, Lehernya Ditebas
SIANTAR– Polresta
Siantar menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Siti Nurcahaya di tempat
kejadian perkara Jalan Aman, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur,
Selasa (29/5) pukul 10.00 WIB. Ribuan warga memadati lokasi untuk
melihat rekonstruksi 26 adegan yang langsung diperagakan tersangka Erwin
Siahaan.
Sebelum petugas Polres Siantar tiba di
lokasi sekitar pukul 09.00 WIB, beberapa warga setempat dan dari luar
sudah terlihat mendatangi lokasi.
Termasuk ibu dan adik Siti Nurcahaya
yang datang dari Kisaran, Kabupaten Asahan. Sementara itu, sekitar 6
petugas Polsek Siantar Timur mengatur arus lalu-lintas di persimpangan,
supaya warga tidak memarkirkan kendaraannya di sekitar lokasi.
Sementara itu, warga yang sudah ramai
dilarang mendekat. Walau belum menggunakan garis polisi, petugas sudah
membuat batasan 100 meter dari rumah korban.
Namun warga semakin
membludak, sehingga petugas kewalahan menahan warga yang memaksa
mendekat. Sekitar 25 menit kemudian, mobil Dalmas yang berisikan puluhan
polisi dari Polres tiba di lokasi. Kontan saja warga langsung
berteriak.
Tak hanya itu, tidak sedikit karyawan PT
STTC memanjat ke atas seng pabrik hanya untuk melihat situasi.
Sementara itu, petugas polisi membuat garis polisi di lokasi rumah Siti yang jadi tempat rekonstruksi. Suhartati kakak Ponijo, Suminah ibu Ponijo dan keluarganya yang lain juga berada di lokasi. Tidak beberapa lama, mobil Dalmas berisi polisi datang lagi, dan membuat pagar betis.
Sekitar pukul 09.45 WIB, Erwin Siahaan
tiba dengan mobil kijang yang dikawal ketat penyidik. Melihat itu, warga
serentak berteriak kuat. Tidak sedikit suara sumbang kata hujatan yang
disampaikan warga kepada Erwin.
“Dasar pembunuh, matilah kau,” ucap
warga sembari berusaha mendekati mobil yang membawa Erwin. Petugas pun
bergerak menenangkan warga. Kemudian, Erwin dikeluarkan dan dibawa
menuju rumah korban.
Untuk pertama kalinya warga melihat
langsung wajah Erwin Siahaan yang selama ini ditunggu-tunggu. Erwin yang
menggunakan baju tahanan warna biru tak berani melihat ke arah warga.
Dia tertunduk semari menunggu arahan polisi. Sementara itu, sepedamotor
Yamaha Mio Soul milik Erwin juga dibawa ke TKP dan diletakkan di depan
pintu rumah Siti.
Kemudian, Pjs Kapolsek Siantar Timur AKP
Altur Pasribu dengan menggunakan pengeras suara menyampaikan bahwa di
rumah Siti akan dilaksanakan rekonstruksi kasus pembunuhan Siti
Nurcahaya yang terjadi, Rabu (18/4) sekitar pukul 10.00 WIB lalu. “Jadi
mohon pengertian kepada warga untuk bekerja sama demi kelancaran
pelaksanaan rekonstruksi ini,” pinta Altur.
Tepat pukul 10.00 WIB, Brigadir Bolon
Hot Situngkir penyidik pembantu membacakan berita acara pemeriksaan
rekontruksi sebanyak 26 adegan. Dengan pemeran tersangka adalah Erwin
Siahaan (tersangka), Ummi Salama Nasution (saksi ) Suhartati, (saksi),
Suminah (saksi).
Korban atas nama Siti Nurcahaya diperankan Kolok.
Rekonstruksi tersebut dihadiri penasehat hukum atau Adcokat yang
dihunjuk bernama Herman Rumahorbo, juga dihadiri Jaksa Penuntut Umum
Hari Darmawan SH.
Pada adegan pertama, Erwin Siahaan
datang ke rumah korban menggunakan sepedamotor mio soul BK 4710 TAH dan
membawa tas ransel merek Eiger warna hitam berisikan satu bilah parang
panjang sekitar 45 cm. Gagangnya terbuat dari kayu dan tas tersebut
diletakkan di atas sepedamotor tersangka.
Selanjutnya di adegan kedua, Erwin Siahaan menemui korban dan langsung duduk di kursi ruang tamu dan berhadapan langsung dengan korban dan memakai gelang warna kuning menyerupai emas.
Di adegan ketiga, Siti Nurcahaya
menyuguhkan kopi kepada Erwin Siahaan dan diletakkan di meja. Saat itu,
Erwin pun bercerita terkait berkas lamaran Ponijo suami korban untuk
menjadi satpam. Tidak beberapa lama, di adegan keempat, Siti memberikan
plastik putih berisi berkas Ponijo, yakni kartu keluarga asli, satu
lemar fotokopi kartu keluarga dan fotokopi ijazah SMA Ponijo.
Pada adegan kelima, tetangga korban Ummi
Salama Br Nasution pemilik warung dekat rumah korban datang berjalan
kaki ke rumah korban Siti Nurcahaya hendak meminta daun serai. Namun
saat berada dekat rumah korban, Ummi melihat sepedamotor parkir di
halaman rumah korban, akhirnya Ummi kembali karena menganggap ada tamu
di rumah Siti.
Setelah itu pada adegan enam, Erwin
Siahaan keluar rumah dengan alasan ke warung sebelah rumah korban
membeli sebungkus mi instan dan 3 butir telur karena lapar belum
sarapan. Tidak beberapa lama kemudian adegan tujuh, Erwin kembali dari
warung dan membawa mi instan dan 3 butir telur serta mengambil tas
sebelumnya diletakkan di atas sepedamotornya.
Adegan delapan, Erwin Siahaan masuk
rumah korban membawa mi instan dan telur berikut tas berisi pisau
miliknya. Selanjutnya adegan sembilan dan sepuluh, karena Cinta anak
korban masih di rumah, Erwin pun memberikan uang Rp1.000 pada Cinta dan
menyuruhnya jajan.
Cinta pun pergi jajan ke warung. Pada adegan 11, 12,
13, dan 14, Erwin menyerahkan mi instan dan tiga butir telur kepada Siti
untuk dimasak. Erwin tetap duduk di ruang tengah sembari memegang tas
berisi parang. Sementara itu korban di dapur merebus mi instan.
Tidak beberapa lama Erwin mengeluarkan
pisau dari dalam tas dan menarik dari sarungnya. Pada adegan 15, 16,
17,18, dan 19, sembari memegang parang, Erwin berjalan ke dapur dan
mendekati Siti. Korban saat itu memasak dan menghadap dinding.
“Kak,”
panggil Erwin dari belakang. Dan, korban berbalik arah melihat Erwin.
Saat korban berbalik arah tersangka langsung menusukkan ujung parang ke
perut korban sebanyak satu kali. Korban pun terjatuh dan bagian kepala
korban membentur perut tersangka untuk melakukan perlawanan.
Saat korban tertunduk kesakitan, Erwin
menebas bagian leher korban sebanyak 3 kali. Karena kesakitan, korban
memegangi lehernya. Akibatnya tangan korban pun terkena sayatan parang
sebanyak dua kali.
Setelah itu, pada adegan, 20, 21, dan 22, saat korban tidak berdaya dia terjatuh ke lantai dengan mengeluarkan banyak darah. Merasa korban sudah tewas, untuk menghilangkan jejak tersangka pergi ke kamar mandi mencuci tangan dan parang yang digunakannya.
Setelah dianggap bersih dan tidak
meninggalkan bercak darah, Erwin membuang parang ke luar rumah.
Kemudian pada adegan, 23, 24, 25 dan 26, korban yang sudah jatuh ke lantai didekati Erwin dan selanjutnya mengambil gelang yang mirip emas, yang saat itu dikenakan korban.
Kemudian pada adegan, 23, 24, 25 dan 26, korban yang sudah jatuh ke lantai didekati Erwin dan selanjutnya mengambil gelang yang mirip emas, yang saat itu dikenakan korban.
Selanjutnya, karena melihat gelas kopinya
masih di atas meja, Erwin mengambil dan membuangnya ke semak-semak
sekitar rumah korban. Setelah itu tersangka membawa tasnya menuju
sepedamotor, kemudian langsung melarikan diri. Tidak beberapa lama, Cinta anak korban
kembali dari warung dan masuk rumah.
Cinta pun melihat ibunya sedang
berdarah-darah. Hal itupun disampaikan kepada tantenya Suhartati dan
neneknya Suminah yang rumahnya berjarak sekitar 150 meter dari rumah
korban.
Setelah mendengar cerita Cinta, Suhartati dan Suminah mendatangi
rumah korban. Dalam rumah, Suhartati berteriak saat melihat korban
terbaring miring di lantai dengan mengeluarkan banyak darah hingga
akhirnya warga berdatangan.
Saat rekonstruksi, Cinta tidak mau ikut
dan menangis. Akhirnya salah seorang polwan menggantikan peran Cinta.
Selain itu, Erwin ketika itu terlihat sangat gugup atau seperti
tertekan. Akibatnya ia terkadang binggung saat memeragakan adegan yang
sudah dipersiapkan.
Sesekali Jaksa Heri Darmawan SH memberikan arahan
kepada penyidik untuk tidak terlalu terburu-buru saat melewati
adegan-adegan yang harus diperankan tersangka. Setelah melakukan
rekonstruksi, sekitar pukul 11.20 WIB, warga kembali serentak meneriaki
Erwin yang saat itu hendak dibawa polisi.
Sementara itu, ibu Siti yang melihat
Erwin hendak dibawa berupaya mendekati Erwin dan hendak memukulnya untuk
melampiaskan amarahnya. Namun hal tersebut diketahui polisi dan
akhirnya ibu korban tidak diizinkan mendekat. Akan tetapi, ibu korban
tak langsung menyerah, ia tetap berusaha menerobos polisi. “Aku hanya
ingin memukul dia sekali,” katanya sembari menangis, ibu korban berusaha
memukul Erwin dengan tangannya.
Akan tetapi polisi tetap berupaya
menghindarinya, sehingga ibu korban hanya bisa menatap dan amarah tidak
kesampaiaan. Saat Erwin dibawa menuju mobil kijang sejumlah warga
spontan mendekat dan berupaya memukul Erwin. Melihat itu polisi
melakukan menahan warga, sementara Erwin berhasil dimasukkan ke mobil.
Namun, warga tetap menyerbu mobil
tersebut seraya berteriak memaki-maki Erwin. Beruntung saat itu tidak
ada korban. Erwin berhasil diamankan dan dibawa kembali ke Mapolres
Pematangsiantar. Selanjutnya warga bubar dan kembali ke tempat
masing-masing. Begitu juga polisi yang berjumlah 75 personil juga
kembali ke Mapolres Siantar.
Kasat Reskrim Polres Siantar AKP
Azharuddin mengatakan, adegan rekonstruksi tersebut sebanyak 26 dan
semuanya terlaksana. Sedangkan motif Erwin membunuh karena merampok. Ia
juga mengatakan, tesangkanya hanya Erwin. (metrosiantar.com)
0 Comments