Ehe Nahama Baenon, Lape Merdeka Hanami On

SIMALUNGUN- Nahama
baenon, sononma gatni huta nami on. Domma dokah merdeka, tapi pangahap
lang songon na merdeka. (Gimana mau dibuat, sudah begini kampung kami.
Sudah lama merdeka, tapi kami belum pernah merasakan kemerdekaan).
Demikian diungkapkan M Saragih (45), warga Huta Bornoh Nagori Siporkas
Kecamatan Raya, ketika bertemu dengan METRO, Selasa (27/6) di jalan
menuju Bornoh. Kata-kata tersebut, bisa dikatakan bahagian dari
pesimisme Saragih mewakili warga Bornoh yang hingga saat ini belum
mendapatkan fasilitas pembangunan dari pemerintah.
Bayangkan saja, hampir 68 tahun
Indonesia merdeka, di sana tidak terlihat fasilitas umum baik sekolah,
pos pelayanan kesehatan dan sarana lainnya.
Jangankan fasilitas pelayanan demikian, jalan menuju ke Huta Bornoh saja sulit dilalui. Bahkan, untuk bersekolah anak-anak dari daerah itu harus berjalan kaki 7 kilometer ke Bah Pasusang. “Holong atei dak-danak ai. Etek-etekpe sidea, tapi mardalan nahei laho hu sikolah sonai daohni. Nahama, ijai dassa dong sikolah,” (Kasihal melihat anak-anak, masih kecil harus berjalan jauh untuk sekolah yang begitu jau. Bagaimana lagi, hanya di Bah Pasussang ada sekolah,” sebut Saragih.
Dari sikap pesimis Saragih, dia juga
mengaku ada harapan bahwa akan ada pembangunan di Huta Bornoh. Hal itu
diakuinya, karena pada Selasa pagi, rombongan Bupati Simalungun JR
Saragih datang ke Huta Bornoh dan berjanji akan membarikan pembangunan.
“Nakkonai roh do hujon bupati, marjanjido ia laho mambangun huta nami
on. (Tadi, bupati datang ke sini. Dia (bupati,red) berjanji, akan
membangun kampung kami,” kata Saragih.
Disebutkan Saragih, rombongan bupati
datang ke kampung mereka mengedarai sepedamotor. Hal itu dilakukan,
karena kondisi jalan ke Bornoh memang tidak bisa dilintasi kendaraan
roda empat. “Lang boi marmotor hujon, jadi tarpaksama gatni markareta
nakonai nasi bupati ai,” (Tak bisa motor melalui jalan ini, jadi
terpaksa rombongan bupati tadi memakai sepedamotor,” ujar Saragih
sembari menambahkan, selama ini warga juga kesulitan melintasi jalan
itu. Bahkan, untuk mengangkut hasil bumi, warga harus mengeluarkan biaya
tambahan untuk melansir ke simpang Buttu Ganjang.
Dituturkannya, jarak Raya ibu kota
Kabupaten Simalungun ke Huta Bornoh hanya 26 kilometer. Namun karena
kondisi jalan yang parah, perjalanan bisa ditempuh dengan waktu 1,5 jam.
Sepeninggalan Saragih, METRO kembali melanjutkan perjalan menelusuri
jalan terjal berbatu, menanjak dan menurun yang hanya bisa dilintasi
sepedamotor. Di perjalanan sore itu, METRO disuguhi pemadangan indah
Gunung Simbolon dan udara sejuk serta hamparan 50 hektare sawah milik
warga.
Sebelum sampai di Huta Bornoh, siapa pun
termasuk rombongan bupati harus melintasi jembatan Bah Hulistik yang
terakhir kali dibangun pada Tahun 1995. Kondisi jembatan itu, terlihat
sudah rusak. Bahkan, lantai jembatan yang terbuat dari papan tebal itu
sebahagian sudah hilang, sehingga ketika melintasi jembatan itu harus
hati-hati.
Ketika melintasi jembatan itu, salah seorang warga
menuturkan, ketika rombongan bupati melintasi jembatan itu juga harus
berhenti dahulu karena kalau tidak berhenti bisa masuk ke dalam sungai.
Sebab, beberapa lantai jembatan sudah hilnag rapuh termakan usia.
Data yang bisa dihimpun METRO, di Huta
Bornoh terdapat 50 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 250 jiwa yang
seluruhnya warga menggantungkan hidup sebagai petani karet, coklat.
Selain itu, warga juga bercocok tanaman palawija dan juga mengelola 50
hektare sawah yang dialiri dari irigasi tradisional buatan warga yang
airnya dialirkan dari mata air Bah Gipulan. Di Huta Bornoh, warga hanya
bisa menikmati listrik selama 2,5 jam.
Itupun, arus listrik yang
dihasilkan genset milik salah satu warga. Selebihnya, warga yang
rata-rata memiliki rumah papan dan sebahagian semi permanen hanya
mengandalkan penerangan lampu teplok. Selama ini, warga sudah berulang
kali mengajukan permohonan pembuatan jaringan listrik dari PLN. Namun,
hingga saat ini belum terealisasi.
Karena METRO tidak bertemu dengan
rombongan bupati di Huta Bonoh, METRO mencoba mengkonfirmasi Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) Simalungun Ir Janwaner
Saragih MSi, terkait tertinggalnya pembangunan di Huta Bornoh. Ir
Janwaner, dia yang termasuk dalam rombongan Bupati JR Saragih benar
berkunjung ke Huta Bornoh. Kunjungan bupati ke daerah itu, merupakan
komitmen Pemkab Simalungun untuk memberikan pelayanan pembangunan kepada
masyarakat. Menurutnya, ironis daerah yang berdekatan dengan ibu kota
kabupaten masih tertinggal.
Sehingga, Pemkab Simalungun mencoba
melakukan inventarisir terhadap daerah-daerah terisolir di wilayah ibu
kota kabupaten, dan akan melakukan perencanaan pembangunan secara
bertahap. “Benar, kita tadi ke Huta Bornoh. Kita prihatin dengan tidak
adanya fasilitas umum di sana. Bahkan, sarana jalan juga rusak parah,”
katanya. (MSC)
0 Comments