Di lokasi Selasa (5/6) sekitar pukul 11.00 WIB masih banyak
terlihat sampah serta abu sisa kebakaran berserak di dekat eks Terminal
Sukadame itu.
Oleh para pedagang, mereka bahu membahu membersihkan
puing-puing kebakaran itu, beberapa kayu yang sudah gosong dikumpulkan
di tempat penampungan sampah.
Kemudian beberapa orang sibuk bertukang
membangun kembali kios mereka pakai bahan kayu. Sementara untuk
memperlancar tiketing, agen Bus Sejahtera yang juga korban musibah
kebakaran kemarin terpaksa membuat meja darurat di halaman Gereja
Bethel, tepatnya di samping kios-kios terbakar itu.
Beberapa agen bus mengatakan, arus
transportasi tetap berjalan baik. Untuk sementara beberapa penumpang
terpaksa berdiri menunggu bus berangkat. Meski begitu, mereka yakin
cukup satu hari membangun kios sekaligus loket darurat di lokasi itu.
Salahseorang pemilik kios Boru Sumbayak,
ketika itu sedang mengawasi tukang membangun kiosnya menerangkan,
akibat kejadian itu ia mengalami kerugian mencapai Rp40 juta. Ia
menyebutkan, seluruh barang-barang berharga miliknya antara lain; TV,
kulkas, lemari serta barang dagangannya hangus terbakar. “Mau gimana
lagi, mau tidak mau harus dibangun kembali walaupun tetap mengeluarkan
biaya untuk tukang dan bahannya,” kata wanita ini memelas.
Dia menyebutkan, sudah 40 tahun
berjualan di daerah tersebut. Ia dan seluruh anggota keluarganya
menggantungkan hidup dengan berjualan di tempat itu. Pada kesempatan
itu, tampak Lurah Kahean J Silitonga, sedang mengawasi pedagang yang
membersihkan sisa-sisa kebakaran.
Dia mengatakan, sebenarnya lokasi kios
itu merupakan badan jalan sehingga tidak boleh ditempati untuk
berjualan. Namun mempertimbangkan untuk mencari nafkah bagi keluarga
pedagang sehingga pemerintah memakluminya. “Harapan kita supaya mereka
selalu menjaga kebersihan dan ketertiban di wilayah ini. Supaya tatanan
kota tidak tertanggu,” ucapnya.
Ia juga mengakui, nama-nama pemilik kios
juga tidak terdaftar di data kelurahan. “Saya datang ke sini hanya
dalam bentuk pengawasan saja,” katanya. Randi, pemilik kios paling ujung
terlihat hanya duduk dan tidak berbuat-apa. “Mau gimana lagi, namanya
juga peristiwa tak dapat diduga. Aku terpaksa meminjam dulu sama orang,”
keluh lelaki yang ketika itu berhasil menyelamatkan anaknya dari amukan
api.
Ditanya soal bahan bakar kompor korban
yang diduga berbahan campuran minyak tanah dan solar, Randi mengaku
tidak tahu menahu. Sebab kata dia, yang membeli minyak tanah adalah
istrinya. Salahseorang pengecer minyak tanah mengaku Boru Siahaan,
ditemui di Parluasan menyebutkan, tidak mengetahui bila ada minyak tanah
bercampur solar.
Menurut dia, minyak yang dijualnya diperolah dari
seseorang yang datang dari Jalan Medan dan daerah lainnya. “Saat minyak
datang aku langsung menjualnya dan tidak ada mencampurnya,” ujar wanita
yang memiliki stok minyak tanah sekitar 4 drum berukuran 200 liter.
Berbeda dengan penjelasan pengecer
minyak tanah lainnya. Perempuan yang tidak ingin disebutkan identitasnya
mengaku bahwa minyak tanah yang diecernya sudah bercampur solar.
“Memang jumlahnya tidak terlalu banyak. Tapi mau gimana lagi, itu yang
datang dan mau tidak mau harus kujual. Kalau tidak dari mana dapat
minyak bang,” ,” katanya enteng. (metrosiantar.com)
0 Comments