Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Kebun Sawit Marjandi Sumber Banjir di Panei Tongah

Sejak Alih Kebun Teh Jadi Sawit

(Foto: Ikrar Lubis) Warga Kelurahan Pamatang Simalungun, Siantar Selatan, saat menerima bantuan pasca banjir saat meluapnya sungai Bah Bolon, Rabu (4/7) lalu.(Foto: Ikrar Lubis) Warga Kelurahan Pamatang Simalungun, Siantar Selatan, saat menerima bantuan pasca banjir saat meluapnya sungai Bah Bolon, Rabu (4/7) lalu.

PANEI- Untuk menyelamatkan Kota Siantar dari bahaya banjir, Sahabat Lingkungan (Saling) meminta PTPN IV Unit Marjandi Kecamatan Panei Tongah mengembalikan tanaman sawit menjadi teh.
Ketua Saling Rado Damanik kepada METRO, Senin (9/7) mengatakan, banjir di Kota Pematangsiantar akibat meluapnya Bah Bolon hampir sama dengan kasus banjir yang melanda sebagian wilayah di Jakarta. Dikatakan Rado, kalau di Jakarta banjir akibat kiriman dari Kabupaten Bogor karena banyaknya bangunan tanpa diimbangi reboisasi. Sementara banjir di Kota Pematangsiantar adalah banjir kiriman dari dari hulu sungai di daerah Simalungun.

Menurut Rado ada dua faktor penyebab banjirnya Siantar, yakni yang pertama akibat maraknya penebangan pohon dan gundulnya hutan-hutan di Simalungun. Kedua akibat adanya konversi teh ke kelapa sawit di Panei Tongah.

Menurut dia, satu tanaman sawit bisa menghisap 15 liter air per hari. Selain itu tanaman sawit bukanlah tanaman yang bisa menyimpan air atau menahan, sehingga jika hujan turun akar sawit biasanya membuang air. “Jadi jika kita cermati, jika ingin menyelamatkan Siantar dari kebanjiran saat musim hujan, maka hanya satu solusi yakni mengembalikan tanaman sawit yang ada sekarang di kebun Marjandi dikembalikan menjadi teh,” kata Rado.

Sekretaris Himapsi DPC Siantar Dian G Tambak SE, mengancam akan melakukan demo bersama masyarakat Siantar agar Kebun Marjandi ditutup. Menurut Dian, keberadaan kebun seharusnya memberikan kesejahteraan bagi masyarakat bukan malah sebaliknya membuat kesengsaraan.

“Belum pernah ada banjir akibat meluapnya Sungai Bah Bolon separah ini terjadi di Siantar. Bagaimana nasib ratusan warga Siantar yang bermukim di bantaran sungai jika terus terkena banjir jika musim hujan tiba.
Hal ini tidak bisa dibiarkan, Himapsi Siantar akan berada di barisan depan agar kebun Marjandi ditutup jika tidak bersedia mengembalikan tanaman sawit ke teh,” kata Mahasiswa Pasca Sarjana ini. (MSC)

Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments