SIMALUNGUN- Ratusan
petani yang didominasi kaum ibu diseret, ditendang dan dipukuli anggota
Satpol PP Pemkab Simalungun. Hal itu terjadi pada hari ke-3 pengosongan
lahan 200 hektare eks Goodyear, Senin (30/7) di Nagori Purba Sari,
Kecamatan Tapian Dolok. Warga bersusah payah menghentikan alat berat
(traktor) yang berusaha memasuki lahan.
Akibatnya, puluhan petani penggarap
mengalami luka lecet dan bengkak di tubuhnya. Insiden ini terjadi saat
puluhan petugas Satpol PP berusaha menerobos blokade petani yang menutup
jalan. Aksi itu mereka lakukan untuk menghalangi petugas Satpol PP yang
hendak mengosongkan tanaman ubi yang mereka tanami di lahan eks lahan
PT Goodyear.
Aksi ini diperparah saat petugas Satpol
PP menyeret wanita yang melakukan aksi tidur di jalan untuk menghalangi
petugas saat berusaha menerobos blokade petani. Tak pelak ratusan petani
yang juga berada di barisan tersebut, langsung malawan puluhan petugas
Satpol PP yang berjaga–jaga dengan tameng ini. Kemudian kedua kubu ini
langsung bentrok, puluhan ibu–ibu ditendang. Bahkan dipukuli petugas
Satpol PP tanpa belas kasihan.
Alasan warga melakukan aksi penghadangan
alat berat ini, agar pemerintah tegas memperbolehkan mereka untuk ikut
mengelola lahan tersebut, walaupun nantinya lahan sudah diusahai PD
Agromadear. Warga memohon dengan cara menjerit-jerit, sebab lahan
tersebut salahsatu sumber mata pencaharian mereka.
Pantauan METRO, sekitar pukul 08.00 WIB,
di lokasi sudah terlihat ratusan warga yang berniat menghentikan
kebijakan Pemkab Simalungun untuk mengosongkan lahan. Juga terlihat
ratusan personel keamanan dari Polres Simalugun, TNI dan Satpol PP
berusaha mengamankan petugas dalam pengosongan lahan.
Hingga pukul 10.00 WIB, warga yang
bertahan di lokasi sedikit demi sedikit berjalan mengarah ke Beringin.
Namun di tengah jalan, terlihat keributan. Saat itu terlihat sebuah alat
berat hendak menuju ke lokasi. Dengan sigap, secara ramai-ramai warga
menghadangnya di tengah jalan.
Aat itu terjadi tarik menarik dan
dortong mendorong antara ratasun masyarakat dengan perugas keamanan.
Bahkan, seorang warga, Suyatno menaiki alat berat dan sempat memukul
supir alat berat tersebut. Mungkin karena ketakutan, supir alat berat
membalikkan arah traktor menuju Siantar dan lari dan Suyatno sampai
sekarang diamankan polisi.
Karena ada temannya diamankan Polisi,
suasana semakin panas, warga memaki-maki petugas keamanana. Bahkan
berusaha mendekati. Namun dengan sigap petugas keamanan bertindak dengan
mengahalau mereka agar tidak ribut di tangah jalan. Salahseorang
anggota DPRD Simalungun, Bernard Damanik sempat marah-marah kepada
petugas keamanan, karena dinilainya, aparat keamanan tidak berpihak
kepada warga.
“Warga hanya cari makan di lokasi ini.
Jangan sakiti warga, biarkan mereka ikut berperan membantu pemerintah.
Kenapa harus dilarang. Jangan lakukan teori pemiskinan kepada
masyarakat, karena saya lihat, sudah terjadi kebijakan pemiskinan rakyat
di sini,” tegas Bernard menenangkan suasana yang sudah mulai memanas.
Terjadinya insiden tersebut sempat
membuat Jalan Medan di KM 10 macet. Terlihat antrean panjang kendaraan
dari arah Medan dan arah Siantar. Karena kesigapan Polisi, kemacetan
tidak berlangsung lama, namun masyarakat sudah marah dan memaki-maki
personel keamanan.
Beberapa saat kemudian, aparat keamanan
bergerak kembali menuju lahan dan diikuti ratusan warga yang sudah mulai
terlihat emoasi. Tiba di lokasi, warga melalui, Ketua Forum Komunikasi
Masyrakat Tani Purba Sari dan Sinaksak, Mariono, dan ratusan ibu-ibu di
hadapan petugas keamanan mengatakan, mereka bukannya ingin mengusai
lahan tersebut.
Keinginan warga hanya ingin agar dilibatkan untuk
mengelolanya.
“Kami bukan mau mengambil lahan
tersebut. Jika memang ada pihak lain ingin mengelolanya dan membayar
retribusi, patani juga sanggup melakukannya. Bapak-bapak sekalian,
lihatlah warga kami, kaum ibu yang banyak menggantungkan hidupnya di
lahan ini, pikirkanlah nasib mereka ke depan,” kata Mariono.
Soal adanya isu bahwa PD Agromadera
telah menerima Rp2 miliar dari pihak swasta lokal untuk mengusahai lahan
tersebut, dibantah Benny dan Wison. “Siapa yang bilang itu. Sampai
sekarang belum ada investor yang sudah pasti untuk menanamkan
investasinya,” tambahnya.
Pengosongan lahan ini juga, kata Benny
untuk menghindari terjadinya konflik horizontal. Pasalnya, mereka sudah
mendengar adanya pihak ketiga yang juga ingin menggapa lahan tersebut.
Alasan pihak ketiga, kenapa warga di sana bisa, mereka tidak. “Jadi,
untuk menghindari konflik horizontal ini, pemkab harus mengosongkannya,
dan nantinya pengeloalanya adalah badan yang resmi, bukan pihak-pihak
ketiga yang bermaksud menggarap.
Benny: Tetap Kosongkan
Dirut PD Agrmoadear, Ir Benny Purba didampingi Kadis Pendapatan Pengeloaan Keuangan Daerah (PPAD), Wilson Manihuruk di lokasi, kepada METRO terkait penolakan warga mengatakan, walau apapun yang terjadi, Pemkab dan Muspida akan tetap melakukan pengosongan lahan. Alasannya, sudah sejak 5 bulan lalu, warga penggarap diberitahu, agar tidak lagi melakukan penanaman jenis tanaman apapun di lokasi tersebut.
“Sejak 5 bulan lalu, Pemkab sudah
menyurati warga penggarap agar menghentikan kegiatan bertanam. Apabila
masih ada tanamannya yang belum menghasilkan, agar setelah panen jangan
menanam lagi. Nyatanya, walau sudah panen, warga kembali menanami lahan
dan terpaksa kita lakukan pengosongan ini. Akhirnya, pada 5 Juli 2012,
Uspida membuat kepsepakatan, agar lahan tersebut dikosongkan dari
aktifitas warga,” kata Benny dan Wilson.
Katanya, PD Agromadear ingin
mengosongkan lahan ini, agar nantinya ada investor yang mau menanam
investasinya. Saat ini, katanya pihaknya sudah melirik investor dari
Thailand, dan yang mereka minta, lahan harus kosong. Nantinya, jika
lahan ini sudah berproduksi, PD Agromader sebagai pengelola aset yang
ditunjuk bupati, akan menyumbangkan Rp500 juta bagi PAD.
Soal banyak permintaan warga agar ikut
mengelola, ditegaskan Benny Purba, sampai saat ini belum ada permintaan
remi dari warga. “Untuk mengsosongkan lahan saja warga tidak mau,
apalagi memohon secara resmi. Yang jelas, pemerintah pasti akan selalu
membantu rakyatnya. Mari bantu pemkab mengosongkan lahan, selanjutnya
dicari jalan terbaik bagi warga dan pemerintah,” tegas Benny diamini
Wilson Manihuruk.
Kapolres: Pelanggar
Hukum Diproses
Menyikapi adanya warga yang diamankan aparat keamanan karena memukul supir alat berat. Kapolres Simalungun, AKBP M Agus Fajar didamping Wakapolres, Kompol Amri S, Kabag Ops, Kompol S Siregar, Kaposlek Serbelawan AKP K Manurung dan yang lainnya mengatakan, pihaknya hanya bersifat sebagai pengamanan.
“Karena lahan yang diskosongkan ini
adalah aset Pemkab Simalungun, maka kita membantu pengamanan pemerintah
untuk mengosongkan lahan tersebut. “Soal adanya warga yang diamankan,
Polisi pasti akan bersikap netral dan melakukan proses penyelidikan
dengan melihat dari segi hukum.
Jika memang ada warga yang merasa
dipukul atau ditendang dan mengalami luka, silahkan lakukan visum dan
buat pengaduan. Siapa yang bersalah pasti akan diproses sesuai hukum,”
ujar AKBP M Agus Fajar sambil berlalu menuju mobil dinasnya. (MSC)
0 Comments