Beram Itu, Jebakan Maut
Minibus terjun bebas ke
jurang di Sibaganding, dekat Batu Gantung, Parapat. Delapan orang
tewas. Tragis dan perih. Dan, kita tidak pernah tahu betapa menakutkan
dan menegangkan situasi itu. Ketika minibus keluar dari jalur, masuk ke
beram dan meluncur ke jurang, kita tahu: jiwa para penumpang berkecamuk,
takut, frustasi hingga akhirnya padam.
Human eror disebut-sebut sebagai penyebab kecelakaan ini, supir ngantuk.
Kebetulan sebuah truk muncul dari arah berlawanan dan di pinggir
teronggok material. Terlepas dari dugaan penyebab kecelakaan itu, harus
diakui bahwa infratruktur jalan dari Simalungun menuju Toba hingga
kawasan Pantai Barat memang sangat berbahaya dan mengancam. Jalan
sempit, penuh tikungan, tanjakan, turunan dan tidak dilengkapi dengan
pembatas jalan. Lubang-lubang tersebar di badan jalan seperti mata maut.
Kondisi itu diperparah beram jalan yang
sangat dalam. Jangankan mobil atau minibus, moda angkutan darat seperti
truk sekalipun bisa amblas jika tergelincir ke beram jalan yang
seolah-olah menjadi jurang bagi lapisan aspal. Beram itu seperti jebakan
maut yang siap menerkam setiap pengguna jalan. Kondisi berbahaya itu
mulai kelihatan dari Panatapan, Parapat, titik di mana minibus itu masuk
jurang.
Terlepas dari penyebab kecelakaan itu,
beram jalan ini menjadi diskusi penting ketika kami (saya bersama GM
Metro Siantar Grup Marganas Nainggolan dan Wakil GM Maranata Tobing)
melakukan duty tour dua minggu lalu ke Asahan, Tanjungbalai, Labuhan
Batu, terus ke Padanglawas Utara, Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan,
Tapanuli Tengah, Sibolga, lalu naik lagi ke Tapanuli Utara, Tobasa
hingga kembali ke Siantar-Simalungun.
Dari Siantar hingga Kota Pinang,
infrastruktur relatif sudah bagus. Dari Kota Pinang menuju Sidimpuan,
juga masih relatif baik meskipun jalan mulai menyempit. Dari Sidimpuan
ke Sibolga, kerusakan di sana-sini mulai terlihat dan tak nyaman lagi
dilalui.
Dan kengerian yang mencekam terasa sepanjang Sibolga-Tarutung.
Kewaspadaan dan ketenangan mutlak dibutuhkan sepanjang rute penuh
tikungan itu. Tapian Nauli terasa sangat jauh, terasa menjadi tamadun
yang angker untuk didatangi dan ditinggalkan.
Perjalanan darat itu meninggalkan sebuah
kesimpulan bahwa infrastruktur menuju Labuhanbatu hingga perbatasan
Riau yang relatif baik, sangat kontras dengan infrastruktur ke kawasan
Toba yang hancur-hancuran. Ketimpangan pembangunan terasa di situ.
Konsep otonomi daerah tampaknya belum memiliki dampak maksimal di
wilayah Tapanuli: sejauh mana sesungguhnya kemampuan para kepala daerah
di kawasan ini melobi pusat untuk memperbaiki jalan itu?
Atau, harapan itu mungkin terlalu
muluk-muluk. Atau kita aminkan saja bahwa para kepala daerah tidak
memiliki kemampuan lobi dan bargaining. Tapi paling tidak, sebagai satu
upaya melayani warga, beram jalan itu, jebakan maut itu, harus segera
ditanggulangi dan diperbaiki. Jika tidak, kecelakaan akan senantiasa
mengintai. Perhatian mutlak harus dimulai dari Parapat hingga Sibolga.
Jika pemerintah serius, anggaran yang dibutuhkan untuk menyisip beram
itu tidak terlalu berat. Ya, beram jalan itu harus disisip.
Selain ancaman kecelakaan lalu lintas,
kondisi beram yang dalam dan kerusakan jalan juga sangat berdampak pada
kelangsungan aktivitas ekonomi. Biaya distribusi barang-barang akan
bengkak, perusahaan-perusahaan ekspedisi akan merugi, sparepart
kendaraan mudah aus, jarak tempuh antar wilayah akan sangat panjang. Dan
yang pasti, kerugian sosial dan kemanusiaan terlalu mahal ditanggungkan
untuk jiwa-jiwa yang melayang di jalanan. (Panda MT Siallagan, Pemred Metro Siantar/Metro Tapanuli)
Evakuasi Sulit
Anggota TNI, Polisi dan
Tim Sar yang melakukan evakuasi korban, merasa kesulitan karena medan
tempat kejadian sangat terjal. Mobil L300 BK 1170 XO tersangkut di
batang pohon di kemiringan 85 derajat dan kedalaman 150 meter. Sedangkan
para korban saat itu ditemukan terpisah-pisah.
Pantauan METRO, polisi, TNI, Tim Sar dan wartawan yang melakukan
peliputan turun ke lokasi menggunakan tali nilon ukuran besar. Dari
jalan besar sampai lokasi penemuan mobil, turun menggunakan tali nilon
menghabiskan waktu sekitar 30 menit.
Ironisnya, dalam melakukan evakuasi
polisi, TNI dan Tim Sar tidak dilengkapi peratalatan yang lengkap,
seperti karung tempat mayat, tali, dan lain sebagainya. Akibatnya tapak
tangan yang turun ke lokasi bengkak dan lecet. Nampak turun ke lokasi
saat itu Waka Polres Simalungun Kompol Amri, Kanit Laka Iptu Alsem
Sinaga, puluhan anggota TNI dari 126 Kala Cakti, Tim Sar dan polisi.
Wartawan dari media cetak dan elektronik nampak sibuk mengambil gambar.
Saat
melakukan peliputan, 2 orang wartawan mengalami luka di kepala akibat
pecahan batu yang berjatuhan dari atas. Selain wartawan, seorang tim
evakuasi mengalami hal yang sama. Tim evakuasi, satu per satu menurunkan
korban ke bawah dengan bantuan tali dan tandu. Yang diutamakan dibawa
ke bawah, korban yang ditemukan masih dalam kondisi bernyawa. Untuk
mengevakuasi korban sampai ke bawah tepi pantai, memakan waktu sampai 45
menit. Semua korban berhasil dievakuasi dari lokasi kejadian berakhir
pukul 16.00 WIB.
Para korban dibawa dari tepi pantai
Sibaganding ke Pantai Bebas menggunakan 4 unit kapal milik Perusahaan
Aquafarm. Kemudian dari Pantai Bebas, seluruh korban dibawa ke Siantar.
Korban yang tak bernyawa dibawa ke Instalasi Jenazah RSUD dr Djasamen
Saragih untuk dilakukan visum, dan korban selamat dirawat di RS Vita
Insani.
Sampai pukul 17.30 WIB tadi, mobil L300
BK 1170 XO belum bisa ditarik alat berat dari lokasi kejadian. Petugas
kesulitan menarik mobil tersebut, karena terhalang pohon besar di
sepanjang perbukitan Sibaganding.
Aku Selamat, Mak!
“Aku selamat Mak ,” kata Sarno, pada istrinya saat berbicara lewat
telepon genggam milik kerabatnya Esman Manurung SAg, di UGD Rumah Sakit
Umum Parapat, Kamis (28/6). Namun Esman, kerabatnya yang menjenguk
korban di rumah sakit tampak tersenyum.
Menurut pria plontos yang mengaku di BKO-kan dari kesatuannya di PT
Anugerah Madina ini, lenih baik bercanda dengan istri daripada menahan
sakit. Lagi pula katanya, kalau dia bercerita tentang kisah naas yang
baru saja dialami kemungkinan istrinya itu bisa shock. Dia menyadari
bahwa Tuhan telah memberinya kesempatan hidup. Sebab jika dilihat dari
kondisi medannya yang curam, ia tak yakin bisa selamat. “Alhamdulilah,
aku masih diberikan kesempatan hidup,” ungkap Sarno berulangkali.
Masih kata Sarno, sesaat sebelum kejadian ia tertidur pulas dalam
mobil. Ia baru terbangun begitu menyadari mobil terjun dan
terbalik-balik di jurang. Menyadari dalam bahaya, ia langsung menendang
pintu samping dan terlempar ke luar. Kemudian saat terjatuh itu ia
berusaha meraih dahan kayu yang tumbuh di antara bebatuan tebing suram
itu.
“Ketepatan aku kan duduk di bangku dua, di belakang supir persis di
dekat pintu kiri mobil. Makanya begitu kutendang pintu langsung
terbuka, aku terlempar. Saat itu aku berusaha meraih dahan kayu sehingga
tubuhku tidak langsung disambut bebatuan di tebing itu.
Tapi pinggangku masih terasa sakit. Kalau soal luka, hanya luka
ringan di bagian tangan, kaki saja. Lalu ada luka memar di dahi. Kalau
luka begini mudah-mudahan tak apa-apalah, yang penting selamat,”
ujarnya. Lanjut Sarno, begitu menyadari dirinya selamat, pelan-pelan ia
merayap menyusuri tebing jurang. “Memang aku ada mendengar suara jeritan
minta tolong dari atas, tapi aku tak mampu lagi memanjat tebing itu.
Sehingga aku memilih berdiam sambil menunggu bantuan datang,” katanya.
Tak lama kemudian, doanya dikabulkan. Sejumlah tim evakuasi tiba di
lokasi. Kemudian ia dibopong menuruni tebing sejauh kurang lebih 150
meter sampai ke bibir pantai. “Begitu sampai di bibir pantai, aku buka
seluruh pakaianku dan langsung nyebur ke danau. Saat itu, aku kembali
bersyukur pada yang kuasa karena telah diberikan keselamatan,” ujarnya.
Setelah itu, ia dievakuasi naik kapal feri dan dibawa ke rumah sakit
umum Parapat.
Kakak-Adik Selamat dari Maut
Tiga orang yang selamat dari kecelakaan tragis tersebut yakni, Mei Nanur (10) Sakti Awin (5) dan Marwan (20). Mereka bertiga dirujuk oleh RS Parapat ke RS Vita Insani Siantar. Kondisi Mei Nanur dan Sakti Awin yang merupakan kakak adik tersebut cukup memprihatinkan. Di ruang IGD terlihat sekujur tubuh kedua anak ini luka, seperti di bagian kepala, wajah dan tangan. Khususnya Sakti Awin mengalami patah tulang kaki sebelah kanan.
Setelah mereka dirawat dan di scaning oleh pihak rumah sakit, mereka
pun dipindahkan ke kamar 321 Lantai 3 RS Vita Insani. Salah seorang
sanak keluarganya bernama Zulhairir (20) yang tinggal di Medan saat
menemani kedua anak tersebut di RS Vita Insani mengatakan, dia mendapat
kabar dari Mandailing Natal minibus yang ditumpangi keluarganya jatuh ke
jurang. Sebelumnya rencana kedua anak ini bersama ibunya Fadianur
hendak ke Medan untuk liburan sekaligus ada acara keluarga.
Namun naas, mobil yang mereka tumpangi kecelakaan. Sehingga ibunya
yang berada di dalam minibus tersebut ikut tewas bersama 7 penumpang
lainnya. Akan tetapi kedua anak yang masih kecil ini selamat dari maut,
namun mereka harus dirawat karena mengalami luka yang cukup serius.
Sakti Awin yang mengenakan kemeja merah terlihat hanya menangis serta
memanggil ibunya. Akan tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa, sebab dia
masih diinfus dan kaki kanannya harus dipasang kayu karena patah.
Sedangkan kakaknya Mei Nanur yang juga berada di ruangan yang sama
juga terbaring lemas. Di wajahnya terlihat beberapa perban menutup luka.
Sedangkan selang bantuan pernafasan juga terpasang di hidungnya. Ia
mengaku saat itu bersama dengan ibunya Faidunur. Sementera itu ia tidak
dapat mengingat kenapa bisa selamat dari peristiwa tesebut.
Pada ruangan lain di RS Vita Insani, salah seorang penumpangnya
bernama Marwan (20), ijuga dirawat. Marwan adalah supir dua minibus
tersebut, dan saat kejadian ia sedang berada di bagasi belakang untuk
tidur. Sehingga ia tidak mengatahui bagaiamana awal kejadiannya. Dia
mengatakan, dari Natal ke Sitinjak mobil dikemudikan Parlindungan
Harahap dan kemudian mereka berhenti di kampung Sitinjak.
Kemudian Marwan menggantikannya sebagai supir hingga ke Balige. Di
Balige mereka bersama penumpang yang lain beristrahat. Parlindungan pun
kembali memegang setir, sementara Marwan istirahat di bagasi. Akibat
kejadian itu, Marwan tidak mengalami luka yang serius, akan tetapi
bagian kepala dan badannya mengalami pening serta pegal, karena dia
sempat terguncang saat mobil terjun.
2 Mayat Dibawa ke Medan
Sekitar pukul 15.30 WIB dua jenazah tiba di RS Dajasamen Saragih Siantar. Keduanya yakni, Maieva (26) dan Muhammad Basri (WNA). Kedatangan kedua jenazah tersebut mengundang perhatian warga, apalagi mendengar beberapa informasi kecelakaan tragis di Parapat. Salah seorang sanak keluarga Maieva beberapa menit kemudian tiba di lokasi dan langsung menangis.
Fitri yang tinggal di Medan menyebutkan, dia mendapat kabar dari
kelaurganya di Natal bahwa keluarganya mengalami musibah karena minibus
yang ditumpangi jatuh ke jurang. Selanjutnya dari Medan, dia langsung
berangkat, namun di Siantar ia mendapat kabar lagi bahwa mayat tersebut
sudah dibawa ke Ruang forensik RS Umum Djasamen.
Menurutnya Maieva berangkat bersama ibunya bernama Esnaniah hendak ke
Medan menuju rumah keluarganya. Namun kejadian tersebut tidak
terhindarkan sehinga Esnaniah juga ikut tewas pada persitiwa tersebut.
“Mereka berdua akan kami bawa ke Medan Jalan Gaperta, disanalah nanti
dikebumikan,” sebut Fitri.
Sekitar 30 menit kemudian, dua unit mobil ambulans masuk ke Ruang
Forensik dan membawa 6 orang mayat. Namun karena ruang untuk visium
hanya muat untuk dua mayat, terpaksa mayat yang lain harus diletakkan di
lantai, dibungkus dengan plastik.
Akan tetapi, petugas forensik tidak menemukan identitas apa pun di
tubuh korban, sehingga sulit membuat pendataan nama korban yang tewas
untuk divisium. Bahkan dari enam mayat tersebut, pihak keluarganya belum
ada yang datang untuk melihat.
Subuh Maut, Minibus Masuk Jurang, 8 Tewas
PARAPAT-
Niat mau mengelakkan truk yang datang dari arah berlawanan, satu unit
minibus Taksi Kita Bersama (TKB) jenis Mitsubishi L300 BK 1170 XO terjun
bebas ke jurang Sibaganding persis di bawah Batu Gantung. Peristiwa itu
terjadi, Kamis (28/6) pukul 05.00 WIB, tepatnya di jalan
Siantar-Parapat Km 40, Nagori Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan
Bolon, Kabupaten Simalungun.
Akibat kecelakaan tersebut, 8 dari 12 orang penumpang mobil tewas di
tempat. Mereka adalah Parlindungan Harahap (28) supir I, warga Jalan Sei
Mencirim II, Desa Paya Geli, Sunggal, Zulkipli Bin Moh Basir (64) dan
Zaidun (60) warga Johor Baru Malaysia. Eva (26) dan ayahnya Isnaini
(60), Wadianar (50), Masud (50) dan istrinya Teadianur (45) warga
Madina.
Sedangkan penumpang yang selamat adalah
Marwan Lubis (23) supir II, warga Pinangsori, Dolok Penyabungan, Madina,
Kopral Sarno (42) warga Sei Deli Medan, Mei Nanur (10) dan Sakti Awin
(5) warga Penyabungan Madina. Informasi dihimpun dari berbagai sumber di
lokasi kejadian, diduga penyebab utama kejadian itu, supir mengemudikan
mobil tersebut dalam keadaan ngantuk.
Selain mengantuk, Parlindungan juga
hendak mengelakkan tabrakan dengan truk yang datang dari arah berlawanan
lalu menabrak material berupa kerikil bercampur pasir di bahu jalan
sebelah kiri. Informasi di lokasi kejadian, pada pukul 05.00 WIB, warga
berada di kios Panatapan milik P Sirait mendengar ada suara mobil jatuh
ke jurang. Selanjutnya terdengar jeritan anak berusia 10 tahun yang
minta tolong. Kemudian warga yang baru selesai menonton semi final Euro
Cup mengecek asal suara tersebut.
Setelah dilihat, ternyata ada 4 orang
luka-luka pada kedalaman 150 meter dari jalan raya. Warga kemudian turun
ke jurang dan mencoba menyelamatkan 3 orang korban yang masih hidup dan
segera membawanya ke RSU Parapat. Sedangkan seorang anggota TNI dari
Kesatuan Kavileri Sunggal Medan sempat turun hingga ke danau berjarak
300 meter dari lokasi jatuhnya minibus dan mandi untuk membersihkan
luka-lukanya. Selanjutnya warga memberitahukan tentang kecelakaan
tersebut kepada aparat Polsek Parapat yang langsung turun ke lokasi dan
menghubungi Satlantas Polres Simalungun.
Sedangkan PJS Ramil Parapat Pelda Edi
Damanik, meminta bantuan dari anggota TNI dari Yonif 126 Kala Cakti
Kodim Simalungun yang sedang melakukan tugas Go Gren di Kawasan Danau
Toba melalui Ketua Regu Lettu Putra dengan memerintahkan anggotanya
berjumlah 30 orang untuk turun ke lokasi kejadian.
Sumber di Lantas Simalungun juga menyebutkan, mobil tersebut berangkat dari loketnya di Madina, Rabu (27/6) sekira pukul 15.30 WIB tujuan Medan. Saat berangkat, mobil berisi 10 orang penumpang dan dua orang supir.
Biasanya, sebelum melanjutkan perjalanan
menuju Medan, di Rumah Makan Sopo Tinjak, Kecamatan Batang Natal,
Parlindungan istirahat satu jam sembari makan malam. Mereka tiba di
Rumah Makan Madina sekira pukul 18.00 WIB. Setelah istirahat satu jam,
mereka kembali melanjutkan perjalanan. Setibanya di Balige, Kamis
(28/6), sekira pukul 02.00 WIB, mereka kembali istirahat di salahsatu
Rumah Makan yang mengadakan nonton bareng Piala Eropa antara Spanyol
melawan Portugal.
Parlindungan salahsatu penggemar
sepakbola, sehingga membuatnya betah menonton bola sampai tuntas 2
babak. Namun belum menyaksikan extra time 2 x 15 menit, Parlindungan
bersama penumpangnya bergegas melanjutkan perjalanan. Meski sudah
begadang nonton bola tanpa istirahat, kemudi masih dipegang
Parlindungan. Marwan Lubis supir dua yang selalu dibawanya seakan tidak
berdaya.
Sebelumnya, mobil tersebut ugal-ugalan
dengan minibus sesama L300. Mulai dari Simpang Tiga Raja, mobil tersebut
berusaha mendahului mobil L300 yang di depannya. Tepatnya di Km 40
Nagori Sibaganding sekitar 20 meter dari tikungan ke kanan menuju
Siantar, Parlindungan berhasil mendahului mobil L300 di depannya. Saat
bersamaan, tiba-tiba mobil truk datang dari arah berlawanan. Terkejut
melihat mobil truk datang dari depan, Parlindungan banting stir ke kiri
agar tidak terjadi tabrakan.
Naas, saat banting stir ke kiri,
Parlindungan menabrak tumpukan material aspal dengan tinggi sekitar 30
centimeter. Akibat tumpukan tersebut, mobil L300 BK 1170 XO yang
dikemudikan Parlindungan terjun bebas ke jurang Sibaganding sedalam
sekira 150 meter. Menurut Sahat Manik, warga yang ditemui di lokasi
kejadian mengatakan, saat itu dia sedang duduk di warung dekat lokasi
kejadian. Ia mengaku melihat mobil L300 BK 1170 XO ugalan-ugalan dengan
taksi yang sama mereknya.
“Sudah biasa saya lihat mobil L300
ugal-ugalan. Tapi, tak lama mereka saya lihat ugal-ugalan, terdengar
suara benturan keras. Ternyata salahsatu mobil yang ugal-ugalan itu
terjun bebas ke dalam jurang. Kalau saya lihat, L300 BK 1170 XO mau
mendahuli mobil di depannya. Tapi tiba-tiba mobil truk datang dari
depan, menggelakkan supaya tidak terjadi tabrakan lantas sopir banting
stir ke kiri. Rupanya ada tumpukan material aspal, itu yang diduga
membuat mobil terjun bebas ke jurang,” katanya.
Kasat Lantas Polres Simalungun AKP
Baginda Sitohang, saat dikonfirmasi di lokasi kejadian mengatakan,
penyebab pastinya kecelakaan belum diketahui. Sebab, personel masih
melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) sambil mengevakuasi para
korban. Ia memaparkan, dari 12 orang penumpang mobil, 8 orang tewas di
tempat dan dua di antaranya warga Malaysia. Sedangkan 4 orang mengalami
luka ringan dan luka berat.
“Kita masih menduga kejadian diakibatkan
sopir mengantuk karena tadi malam menonton pertandingan bola antara
Spanyol vs Portugal. Sementara bagaimana kronologis pastinya, masih
dilakukan olah TKP,” katanya. (MSC)
0 Comments