Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Catatan Ringan Pdt Defri Judika Purba STh di Desa di Tepi Danau Toba(Desa Tambun Raya)

Desa Tanjung Unta, Landmarknya DesaTambun Raya Simalungun. Foto Pdt Defri Judika Purba STh

Pengalaman seru nan eksotis di tempat pelayananku, memanah ikan Haruting (gabus) di Danau Toba.







 
Tambun Raya, begitulah desa ini disebut. Tapi orang di luar desa ini lebih sering mengenal dengan sebutan Tambun Rea. Secara administratif kewilayahan, desa ini berada di Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.

Untuk menuju desa ini, kalau kita berada di Siantar, kita membutuhkan waktu tempuh satu setengah jam. Dengan menaiki mobil, kita akan menuju simpang dua, kemudian mobil kita belokkan menuju jalan besar Sidamanik.

Kita akan disuguhi jalan yang lumayan rusak. Kalau kita berkenan menoleh kiri-kanan sepanjang perjalanan, jalanan yang rusak itu tidak akan menghasilkan sebuah keluhan, karena kita akan disuguhi persawahan yang luas.

Dimana kita dapat melihat para petani bekerja, padi sudah mulai menguning, dan perkampungan yang unik (ada sebuah kampung yang kita lewati dimana hewan peliharaan penduduk masih bebas berkeliaran).

Kita akan melewati Desa Manik Rambung, Siborna, Tiga Bolon, Pongkalan Buttu dan Sarimatondang. Melewati Desa Sarimatondang, perjalanan akan lebih mengasyikkan karena kita akan disuguhi pemandangan yang segar.

Perkebunan teh milik PTPN IV. Kalau kita beruntung kita dapat melihat karyawan pemetik teh bekerja. Hamparan kebun teh yang luas tentu akan membuat pikiran kita disegarkan. Rasa capek dalam perjalanan tidak akan terasa. Kita dapat melihat perkebunan teh ini, sampai mobil kita menuju Desa Manik Saribu.

Melewati Desa Manik Saribu, mobil kita akan sampai di persimpangan. Masyarakat biasanya menyebut Simpang Gorbus. Arah kanan menuju Desa Sirube-rube, Gunung Purba, Sipintu Angin, sampai akhirnya tembus ke Tigarunggu.

Untuk menuju Desa Tambun Raya kita akan berbelok ke kiri, menyusuri hutan lindung yang ditanami pinus dan areal PT TPL yang ditanami kayu putih (kalimpus). Jalan raya sudah tergolong bagus, karena sudah masuk kategori jalan wisata.

Kesejukan udara sungguh sangat terasa. Kalau kita menaiki mobil yang ber-AC sungguh rugi rasanya kita menutup kaca mobil kita. Matikan Acnya, turunkan kaca, maka nikmatilah udara segar yang menerpa wajah kita.

10 menit perjalanan dari Simpang Gorbus, maka bersialah untuk terkesima, karena kita akan disambut kemegahan alam, Danau Toba yang terhampar luas. Danau yang terkenal sampai ke manca negara.

Kita akan sampai di perkampungan kecil (Pematang Tambun Raya), dan sebuah simpang ke arah kanan akan membawa kita menuju Desa Tambun Raya. Jalan yang menurun dengan kondisi jalan yang rusak, akan menemani perjalanan kita.

Desa Tambun Raya juga dapat dikunjungi dari arah Parapat, dimana kita akan berbelok di Tanjung Dolok arah kiri menuju Simarjarunjung. Kita akan melewati Desa Juma Harangan, Huta Mula, dan bertemu dengan Desa Pamatang Tambun Raya.

Sampai di Pematang Tambun Raya, kita akan berbelok ke kiri menuju Tambun Raya. Jalan lain juga dapat di tempuh menuju Desa Tambun Raya. Orang sudah banyak mengenal Tigaras.

Dari Tigaras, kalau kita terus menyusuri jalan arah ke Tanjung Unta, kita juga akan sampai di Desa Tambun Raya. Masyarakat di desa ini sebagian besar menggantungkan kebutuhan hidupnya dengan bertani, berdagang, dan wiraswasta (keramba dan buka warung).

Penduduk Mayoritas Petani

Untuk mereka yang bekerja ke ladang, semangat dan daya juang mereka yang sangat tinggi dibuktikan dengan menaklukkan pebukitan yang menjulang tinggi, dengan sudut kemiringan hampir 45 derajat.
Setiap hari lutut dan otot mereka dilatih untuk mendaki pebukitan. Di ladang mereka biasanya menanam kacang tanah, cabe, dan jahe. Sementara tanaman keras yang bersifat musiman juga tersebar di setiap ladang mereka.

Mangga, durian, cengkeh, petai merupakan andalan setiap keluarga untuk menopang ekonomi pada saat-saat tertentu. Terbatasnya tanah yang diusahakan membuat setiap keluarga harus berpikir ekstra untuk mengusahakan penghasilan dari tempat yang lain.
Maka jadilah, ada di antara mereka, suami bekerja di ladang, sementara istri pergi berjualan. Untuk mereka yang bermata pencaharian sebagai pedagang, hari Rabu, Jumat, dan Minggu merupakan hari yang diharapkan.

Mereka akan membawa jualan mereka ke pekan sait buttu (rabu dan minggu) dan pekan
Sarimatondang (jumat). Yang mereka jual beragam. Ada bawang , sayur-mayur, tapi yang lebih banyak adalah menjual ikan nila, mas, dan pora-pora. Ikan ini diperoleh dari mereka yang mempunyai keramba di desa tersebut.

Ada hubungan yang unik diantara mereka. Pedagang dan pemilik keramba. Karena modal yang sangat besar, terutama untuk membeli pakan, pemilik keramba tidak sanggup membesarkan ikan sampai pada batas waktu yang wajar.

Seyogianya ikan itu akan dijual serentak kepada pembeli/ tokeh. Tapi karena keterbatasan modal, maka ikan diecer kepada para pedagang. Kehidupan sosial di desa ini dapat kita analisa dari bentuk rumahnya.
Masih banyak rumah yang didirikan dengan mengambil jarak dari tanah (martukarang). Model rumah ini tentu mengambil bentuk dari tantangan dan manfaatnya. Manfaatnya, di bawah rumah mereka dapat menyimpan kayu bakar dan barang2 lain.

Tantangannya sebagai antisipasi dari hewan peliharaan untuk tidak masuk ke rumah. Model rumah yang lurus berderet tentu menghadirkan kehidupan sosial yang komunal.  satu rumah satu dinding dengan tetangga kiri kanan.

Sebuah kondisi dimana kehidupan haruslah dijaga seharmonis mungkin. Tentu tidaklah elok, bermusuhan dengan tetangga yang nota bene satu dinding dengan kita. Kehidupan sosial yang lain mengambil bentuknya ketika hari sudah mulai malam.

Pada umumnya kaum bapak, pemuda akan menghabiskan malam itu dengan mengunjungi warung tuak. Sementara  Para ibu tinggal di rumah menonton TV atau langsung tidur.

Di desa ini ada empat kedai tuak dan setiap malam selalu ramai. Warung tuak bermanfaat untuk melepaskan kepenatan setelah seharian bekerja di ladang dan melepaskan unek-unek di hati. Segala topik dibahas di tempat ini.
Mulai dari kejadian tingkat lokal sampai internasional. Setiap orang tiba-tiba berubah menjadi pengamat politik yang handal dan tukang analisa ekonomi yang handal. Lebih pintar dari politikus di senayan, dan lebih ahli dari ahli ekonom kwik kian gie.

Pemerintah dijelek-jelekkan, pekerja di gereja kena semprot, malah yang kebih parah akibat pengaruh bius alkohol yang semakin tinggi istri dan anak kadang juga dijelek-jelekkan.

Coba kita bayangkan..betapa buruk bukan pengaruh alkohol yang tidak dapat dikendalikan? Berada dan melayani di desa ini, sungguh suatu anugrah yang besar.
Begitu banyak hal yang unik yang dapat saya pelajari. Tantangan pelayanan beragam. Dari tingkat kepedulian yang kurang ke gereja, tingginya ikatan adat, lesengnya, semangat hidupnya dll.

Semuanya adalah mutiara hidup yang sangat berharga. Sebuah kisah yang indah kelak akan tertulis dalam lembaran pengalaman hidupku, bahwa Dia begitu baik, telah memberikan kesempatan bagiku, melayani di desa ini. Desa yang indah, eksotis, komunal, dan tenang. Solideo Gloria. (Oleh: Pdt Defri Judika Purba STh)
 
Foto Pelayanan Pdt Defri Judika Purba STh di Tambun Raya Simalungun.

Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments