Sering Diancam Lewat SMS, Diduga Kuat Korban Dibunuh
SIANTAR-
Rustiana br Panjaitan (74), seorang janda yang merupakan ibu Wakil
Ketua DPRD Tapanuli Utara, Ir Ottoniyer Simajuntak, ditemukan tewas
bersimbah darah di dapur rumahnya, Minggu (9/12) sekira pukul 08.00 WIB.
Kuat dugaan korban tewas dibunuh karena sebelumnya juga dia sering
mendapat SMS teror dari orang yang namanya tidak terdaftar di Hp milik
ibu tiga anak itu.
Pariana Siregar (63), B Simanjuntak (56)
dan boru Purba (50) adalah orang yang pertama sekali menemukan korban
tewas di rumahnya, Jalan Gatot Subroto, Batu 4 Gang Gardu, Lingkungan
IV, Kelurahan Lubuk Baru, Kecamatan Padang Hulu, Kota Tebingtinggi.
Ketika itu sekira pukul 07.30 WIB, Pariana yang tinggal berdekatan dengan rumah korban hendak mengantarkan makanan buat Rustiana. Sampai di teras rumah, Pariana melihat pintu besi rumah korban tertutup, tapi pintu kedua yang terbuat dari kayu terbuka separuh.
“Melihat pintu besi
tertutup, aku kembali pulang setelah berulang kali kupanggil. Tapi tidak
ada sahutan dari dalam rumahnya,” ujar Pariana Siregar.
Karena tak ada sahutan dari dalam rumah, lalu Pariana memanggil B Simanjuntak dan isterinya boru Purba yang juga tinggal berdekatan dengan rumah korban. Kepada pasutri tersebut, Pariana menceritakan kecurigaannya telah terjadi sesuatu di dalam rumah korban. Ketiga orang itupun kembali mendatangi rumah korban. “Ketika ditelepon ke nomor HP korban, terdengar suara HP korban berdering dari dalam rumah, tapi tetap tak ada sahutan,” timpal B Simanjuntak.
Entah siapa yang memulai inisiatif, akhirnya B Simanjuntak membuka paksa engsel pintu besi rumah korban. “Pintu kedua yang terbuat dari kayu tetap terbuka separuh, tapi pintu besinya tertutup, lalu kumasukkan tanganku ke sela-sela lubang pintu besi itu untuk membuka engselnya. Setelah terbuka, kugoyang engkol kunci pintunya, ternyata tidak terkunci dan bisa terbuka,” ujar B Simanjuntak lagi.
Setelah pintu berhasil dibuka, B Simanjuntak dan boru Purba langsung masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
“Orang itu berdua saja yang masuk
untuk memastikan apa yang telah terjadi di dalam. Karena aku sudah
merasa takut, aku hanya menunggu di luar pintu saja. Orang itu berdua
langsung masuk ke kamar Eda Rustiana sambil menyapa namanya.
Karena
tidak ketemu, dari luar pintu kusuruh lagi mereka berdua melihat ke
ruang makan. Begitu masuk ke ruang makan/dapur, ternyata boru Purba
menjerit karena melihat Eda Rustiana sudah tewas tergeletak di lantai
ruang makan dengan kondisi darah mengental yang sudah mulai kering di
sekitar kepalanya,” jelas Pariana.
Sontak ketiga saksi langsung mengabari jiran tetangga sehingga warga beramai-ramai mendatangi rumah korban. Tak lama, meyusul kedatangan sejumlah petugas kepolisian ke lokasi kejadian.
Ternyata niat Pariana mendatangi rumah korban untuk memberikan makanan pada pagi itu adalah yang ketiga kalinya. Pada malam harinya, sekira pukul 19. 00 WIB, Pariana sudah datang membawa daging untuk diberikannya kepada korban di rumah.
“Namanya kami bertetangga, wajar kami saling
memberi makanan. Kadang kalau korban dikunjungi anak-anaknya dan dibawai
makanan, aku dikasihnya. Begitu juga kalau aku lagi ada makanan,
kuantarkan juga buat Eda Rustiana ke rumahnya. Semalam sore (8/12)
kebetulan di rumahku ada acara arisan. Siap acara arisan, sekira pukul
19.00 WIB, kuantarkan sepiring makanan daging ayam buat Eda Rustiana ke
rumahnya.
Sampai di rumah Eda itu, kulihat lampu rumahnya gelap dan
pintu besi rumahnya tertutup, tapi pintu kayunya terbuka separuh. Begitu
kupanggil dari luar pintu, tidak ada sahutan. Begitu kutelepon, malah
terdengar suara Hp nya dari dalam. Yah udah, kupikir Eda sedang keluar
rumah dan Hp nya tertinggal, lalu akupun kembali pulang,” jelasnya lagi.
Satu jam kemudian, tepatnya sekira pukul 20.00 WIB, Paraiana kembali mendatangi rumah Rustiana sambil membawa sepiring daging buatnya. Ternyata untuk yang kedua kalinya dia datang, kondisi pintu rumahnya tetap sama seperti yang pertama kali. Lampu rumah itu tetap padam. “Kutelepon juga masih terdengar suara Hp dari dalam.
Berulang kali
kupanggil namanya, tetap juga tak ada sahutan. Akhirnya kuputuskan besok
pagilah aku kembali datang. Tadi pagi begitu menu masakan daging sudah
kupanaskan, aku kembali mendatangi rumahnya untuk mengantarkan makanan
itu, ternyata posisi pintu rumah korban tetap sama dengan yang kulihat
tadi malam.
Akupun langsung curiga, sehingga kupanggil B Simanjuntak dan
boru Purba. Di situlah ketahuan kalau Eda Rustiana ternyata telah tewas
dalam kondisi mengenaskan. Kepalanya pecah dan darah membasahi lantai
ruang makan rumahnya. Darah tersebut sudah hampir mongering,” terang
Pariana.
Polisi langsung melakukan olah TKP sambil memasang police line (garis polisi). Saat jenazah pertama sekali ditemukan, tubuh korban telentang di lantai tepat di samping meja makan, posisi kaki dan tangan korban dalam keadaan lurus, sedangkan sarung yang dikenakan korban tersingkap ke bawah hingga terlihat separuh pahanya.
Di sekitar kepala korban
banyak darah yang mulai mengering membasahi lantai ruang makan, lalu di
dekat kepala korban ditemukan juga pecahan kaca asbak rokok, pecahan
mangkok cuci tangan dan sebatang lilin besar bersama korek apinya. Semua
barang-barang itu sudah terkena darah korban, lalu diamankan petugas
sebagai alat bukti.
Meskipun petugas kepolisian belum bisa memastikan motif kematian Ibu dari Wakil Ketua DPRD Kab Tapanuli Utara itu, namun melihat kondisi jenazah korban dan alat bukti yang ditemukan, Rustiana diduga tewas karena dibunuh. “Ngeri kali darah yang membasahi lantai rumah korban, pasti korban bukan terjatuh dan terhempas kepalanya ke meja makan, aku yakin korban pasti dibunuh,” ucap sejumlah warga yang mengerumuni rumah korban.
“Belum tahu apa penyebabnya. Memang tidak masuk akal rasanya kalau kematian inangtua kami hanya karena terjatuh dan terhempas kepalanya mengenai asbak dan mangkok cuci tangan. Soalnya darahnyapun banyak sekali keluar dari luka di kepalanya itu. Pasti karena dibunuh.
Tapi
motifnyapun belum bisa dipastikan. Seandainya motifnya karena
perampokan, perabot rumahnya, baik pintu atau peralatan yang lain tidak
ada kami lihat rusak, begitu juga dengan uang Rp8 juta dan sejumlah
perhiasan yang masih ditemukan tersimpan di balik kasur tempat tidurnya
walaupun kamar tidurnya kami lihat berantakan,” ucap keluarga korban, B
Simanjuntak.
Sedangkan keponakan korban, Dean Panjaitan juga sangat yakin kalau kematian namborunya akibat korban pembunuhan. “Yakin sekali aku kalau namboruku mati karena dibunuh, apalagi katanya ditemukan buku tulis yang berisi catatan piutang di meja tamunya. Namboruku selama ini kerjanya meminjamkan uang kepada orang lain. Mungkin saja tadi malam korban didatangi tamu ke rumah untuk meminjam uang, tapi karena masih ada tunggakan utang dari orang tersebut, tidak dikasih namboruku sehingga bisa jadi orang tersebut emosi lalu menghabisi nyawa namboruku dengan cara memukulkan asbak rokok itu ke kepalanya,” terka Dean Panjaitan.
Hal ini cukup masuk akal karena sebelumnya korban juga sering mendapat SMS teror, bahkan pernah diancam bunuh lewat SMS dari orang yang namanya tidak terdaftar di Hp milik korban. Ada cerita yang didapat dari salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari rumah korban, namanya Intan (40). Ia membuka usaha toko ponsel di rumahnya.
Dari wanita, didapat
kabar kalau korban sering mendapat SMS ancaman dan teror ingin dibunuh.
“Korban sering mengisi pulsa ke tempatku. Ketika Eda Rustiana mengisi
pulsa selalu dia minta tolong samaku untuk membacakan SMS yang masuk ke
Hp nya, karena eda itu mengaku tidak bisa membuka dan mengirim SMS.
Begitu kulihat ada sejumlah SMS ancaman dan teror kepadanya, tapi hanya
nomor pengirimnya saja, nama pengirimnya tidak ada,” ujar Intan.
Menurut Intan, SMS ancaman itu tidak semua diberitahukannya kepada korban. “Yang kukasih tahu hanya bunyi SMS yang biasa-biasa saja, tapi yang bernada ancaman tidak kukasih tahu karena aku takut menggangu kesehatannya. Dia kan sudah tua, nanti jadi pikirannya pula,” sambung Intan.
Intan mengaku, terakhir kali dia membaca SMS sekitar sebulan yang lalu dan bunyi SMS itu juga bernada marah. “Aku taunya kalau aku punya utang sama opung dan utangku pasti kubayar, nggak usah ditagih-tagih kali Pung, pasti kubayarnya itu, jangan takutlah,” ucap Intan menerangkan bunyi SMS yang masuk ke Hp korban.
Selain SMS yang menurut Intan bernada marah-marah, juga ada dua kali SMS bernada ancaman. “Awas kau ya opung, jangan main-main, kubunuh kau nanti, pasti kubayar utangku itu,” bilang Intan mengingatkan SMS yang masuk ke Hp korban.
Intan mengetahui beberapa isi SMS ini karena dia sering mengajari korban menggunakan paker panggilan. “Korban itukan ingin menelepon, jadi kusarankan ngga usah pakai TM (time on, red), tapi CM. Kalau CM kan mengirimnya lewat pengiriman SMS ke 8999, dan ini didapatkan setiap kali kita mengisi pulsa Rp10 ribu. Di situlah kulihat banyak SMS yang belum terbaca di Hp korban, tapi bunyi SMS ancaman itu tidak kuceritakan kepada korban karena aku takut mengganggu kesehatannya,” bilang Intan lagi.
Selama korban mengisi pulsa di toko ponsel milik Intan, korban hanya curhat tentang susahnya menagih utang. “Samaku korban hanya sering curhat masalah nasabahnya saja. Korban mengeluh karena susah menagih utang,” jelas Intan.
“Kenapa ya kalau mau mengutang cepat sekali, tapi giliran membayar susahnya minta ampun,” begitulah yang sering diucapkan korban ditirukan Intan.
Intan mengaku, dia terakhir kali melihat korban sekitar seminggu yang lalu saat korban membeli pecal di warung Bu Iin. “Setelah itu ngga pernah kulihat lagi,” ucap Intan.
Namun Kapolsek Padang Hulu AKP K Nadeak belum bisa memastikan motif di balik tewasnya korban. “Belum bisa terlalu cepat kami menyimpulkan karena masih butuh penyelidikan lebih lanjut. Saat ini alat bukti yang telah dikumpulkan adalah asbak rokok yang pecah, mangkok cuci tangan, lilin dan korek api. Kalau buku tulis yang berisi catatan piutang, itu tidak ada kita temukan,” ucap AKP K Nadeak.
Haccit Nai Diilala Ho Inong
SIANTAR- “Haccit nai
diilala ho, Inong (betapa sakitlah yang kau rasakan, Ibu),” jerit tangis
Wakil Ketua DPRD Tapanuli Utara Ir Ottoniyer Simanjuntak saat melihat
ibunya Rustiana br Panjaitan berada di instalasi jenazah RSU Djasamen
Saragih Pematangsiantar, Minggu (9/12) pukul 13.30 WIB.
Ottoniyer yang tinggal di Tarutung
terlihat histeris begitu melihat luka koyak di bagian kepala ibunya
sehingga para keluarganya pun terpaksa membujuknya untuk keluar dari
ruangan.
Korban mengalami luka robek di kepala
sepanjang sekitar 10 cm dan luka menganga 2 cm di bagian samping batok
kepala. “Dari hasil outopsi, di bagian kepala korban terdapat luka robek
sekitar sepanjang 10 cm dan luka menganga sekitar 2 cm, tepatnya di
atas telinga sebelah kanan.
Luka itu akibat benda tumpul. Untuk
pengungkapannya, kami masih menunggu hasil resmi dari tim dokter
forensik. Kemudian tiga orang saksi sudah kami kumpulkan dan akan
dimintai keterangannya,” ucap Kapolsek Padang Hulu.
Sementara Ottoniyer Simanjuntak mengatakan bahwa ibunya akan dibawa ke Pabatu, Kabupaten Serdang Bedagai. Wakil Ketua DPRD yang merupakan wakil dari PDI-Perjuangan ini mengaku mendapat kabar dari kelaurganya saat ia sedang di rumah.
Sementara tangisan keluarga Ottoniyer Simajuntak di
Tarutung, Tapanuli Utara langsung memecah saat mendengar kabar duka cita
tersebut. Mereka langsung bergegas menuju kota Tebing Tinggi untuk
melayat.
Sementara Istri Ottoniyer, Betti Sitorus saat dihubungi merasa terpukul mengetahui mertuanya tewas terbunuh. “Kami sedang di perjalanan menuju Tebing Tinggi. Orangtua kami meniggal,” kata Betti Sitorus saat dihubungi METRO. Ditanya kronologis dan upaya keluarga mengusut kasus tersebut, Betti tidak banyak bercerita. “Nantilah ya, kita lagi di perjalanan,” ujarnya singkat.
Terbunuhnya orangtua Ottoniyer Simajuntak
itu juga meninggalkan duka mendalam di jajaran pengurus Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) PDI-Perjuangan.
“Secara pribadi mapun kelembagan, kita turut prihatian atas kejadian yang menimpa Ibunda Ottoniyer Simajuntak. Kepergian almarhum membawa duka yang mendalam bagi kami dan bagi saya pribadi. Untuk itu kita berharap kasus tersebut harus diusut tuntas,” sebut Wakil Sekretaris DPC PDI-Perjuangan Tapanuli Utara Ir Augustinus Butarbutar.
Dia juga menyebutkan bahwa hari ini, Senin (Senin, red) pengurus DPC PDI-Perjuangan akan menggelar rapat untuk membahas keberangkatan mereka ke Tebing tinggi untuk melayat dan menyampaikan kata-kata penghiburan terhadap keluarga yang ditinggal almarhum. (Copas MSC)
0 Comments