Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Museum Simalungun, Riwayatmu Kini

Bangunan Yang Terbengkalai di Belakang MUSEUM SIMALUNGUN.Foto-foto Asenk Lee Saragih (HP 0812 747 7587)

Bangunan Yang Terbengkalai di Belakang MUSEUM SIMALUNGUn

Koleksi MUSEUM SIMALUNGUN Yang Usang dan Lapuk.

Daftar Kunjungan Ke MUSEUM SIMALUNGUN 1972 -2010


MUSEUM SIMALUNGUN di Jalan Sudirman Siantar

Kantor Museum Simalungun di JL Sudirman Siantar.

Menteri Kebudayaan dan Industri Kreatif Mari Elka Pangestu saat berkunjung ke Museum Simalungun tanda didampingi Pejabat Pemkab Simalungun Desember 2011. Kunjungan itu diprakarsai Komunitas Jejak Simalungun.

Staf MUSEUM SIMALUNGUN Lili br Purba Pakpak

Menteri Kebudayaan dan Industri Kreatif Mari Elka Pangestu saat berkunjung ke Museum Simalungun tanda didampingi Pejabat Pemkab Simalungun Desember 2011. Kunjungan itu diprakarsai Komunitas Jejak Simalungun.

Staf MUSEUM SIMALUNGUN Lili br Purba Pakpak
Catatan Pinggir Museum Simalungun

Obyek wisata budaya dan sejarah di Pulau Jawa sudah menjadi salah satu unggulan daerah itu dalam menggaet wisatawan. Tak heran kalau obyek wisata Budaya dan sejarah mampu mendongkrak pendapatan asli daerah, sehingga pemerintah daerah mendorong penggiat obyek wisata budaya dan sejarah untuk lebih kreatif dalam menyajikan obyek wisata bernuansa sejarah budaya tersebut.

Namun lain lubuk, lain ikannya, lain daerah lain pula nasibnya. Lalu bagaimana dengan obyek wisata bidaya dan sejarah di Simalungun?. Berikut sekelumit tentang keberadaan  Museum Simalungun. Museum Simalungun adalah bangunan spesifik Simalungun menyimpan berbagai benda-benda dan barang-barang purbakala peninggalan kerajaan-kerajaan di Simalungun. Berbagai koleksi yang ada di Museum Simalungun yang terletak di Pusat Kota Pematangsiantar, kini lusuh dan kusam dan terancam hancur dimakan rayap.

Peninggalan bersejarah di Simalungun yang kini dipajang di Museum Simalungun di Jalan Sudirman Pematang Siantar jauh dari perhatian. Kunjungan wisatawan lokal dan manca Negara ke obyek wisata Sejarah itu kini hanya hitungan jari per bulannya.

Pada  Januari 2013 lalu, penulis mengunjungi Museum Kebanggaan Simalungun tersebut. Di pintu gerbang Museum itu, dikejutkan dengan bangunan di belakang Museum itu tampak bangunan yang terbengkalai sudah belasan tahun.

Staf honorer Museum Simalungun, Lili br Purba Pakapak sempat memandu penulis untuk melihat dengan kasat mata isi Museum Simalungun. Kurang lebih dari 30 menit, penulis mengamati koleksi-koleksi yang ada dalam museum, baik di lantai dasar dan lantai satu.

Isi dari Museum Simalungun itu diantaranya peralatan rumah tangga seperti : Parborason (tempat menyimpan beras), Pingga Pasu (piring nasi untuk raja), Tatabu (tempat menyimpan air), abal-abal (tempat menyimpan garam).

Peralatan pertanian seperti : wewean (alat memintal tali), hudali (cangkul), tajak (alat membajak tanah), agadi (alat menyadap nira), peralatan perinakan seperti bubu (penangkap ikan dari bamboo), taduhan (tempat menyimpan ikan), hirang-hirang (jaringan penampung ikan), hail (kail).

Tidak hanya disitu, penulis juga melihat dengan kasat mata alat-alat kesenian seperti Ogung, Mong-mong, Heseh, Gondrang, Sarunei, Sordam, Arbab, Husapi dan alat-alat perhiasan seperti Suhul Gading (keris), raut (pisau kecil), Gotong (kopiah laki-laki), bajut (tas wanita), Bulang (tudung wanita), Suri-suri (selendang wanita), Gondit (ikat pinggang wanita), Doramani (perhiasan kepala pria).

Secara kasat mata, koleksi-koleksi Museum Simalungun tersebut kurang terawat dengan baik. Ragam koleksi hanya diletakkan pada dalam lemari biasa yang bisa dihinggapi serangga dan debu.

Banyak peninggalan sejarah itu dibiarkan lapuk dan usang tanpa adaya upaya pengawetan dan perawatan yang maksimal. Sepertinya Pemerintah Kabupaten Simalungun dan Pemko Siantar kurang peduli dengan keberadaan Museum Simalungun tersebut. Perawatan dan pemeliharaan hanya dilimpahkan kepada Yayasan Museum Simalungun yang diketuai Drs Djomen Purba Pakpak.

Pandangan mata penulis juga tertuju kepada rangka bangunan yang terbengkalai di belakang museum tersebut. Bangunan yang diperuntukkan gedung pertunjukan Adat, Budaya, Seni Simalungun serta ruang serga guna itu sudah terbengkalai pembangunannya selama 22 tahun.

Guna melanjutkan pembangunan yang terbengkalai itu, Yayasan Museum Simalungun telah membuat proposal pembangunan dengan anggaran Rp 1.185.000.000. Proposal itu ditanda tangani oleh Ketua Djomen Purba dan Sekretaris Tuahman Saragih. Namun hingga kini hasil dari proposal itu belum diketahui pasti.

Menurut Staf honorer Museum Simalungun, Lili br Purba Pakpak, keberadaan Museum Simalungun memang memprihatinkan. Selain biaya operasional dan perawatan minim, kunjungan ke Museum Simalungun dari 2005 hingga 2012 sangat minim.

Dari data yang terpajang di papan di Ruang Staf Museum Simalungun, jumlah kunjungan dari tahun 2005 hingga 2010 hanya 156 orang setiap bulannya. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 1972 hingga 2001 yang mencapai 4600 orang setiap bulannya.

Menurut Lili, tiga pegawai staf Museum Simalungun hanya diupah Rp 500.000 per bulan. Mereka meminta Pemkab Simalungun atau Pemko Siantar atau para dermawan mengalokasikan anggaran untuk staf Museum Simalungun sesuai dengan standar.

“Kita hanya diupah minim. Hanya dengan kepedulian dan isme kita terhadap Simalungun, hingga kini kami bertahan menjadi staf Museum Simalungun ini. Kita berharap ada perhatian Bupati Simalungun,”kata Lili br Purba didampingi Trieselda br Purba Tua, staf Museum Simalungun lainnya. (Asenk Lee Saragih-HP 0812 747 7587)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments