SIMALUNGUN – Dua hari
pasca terbakarnya 5 unit rumah di Kampung Samosir, Dusun V, Nagori
Karang Bangun, Kecamatan Siantar, korban kebakaran masih tinggal di
tenda darurat. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah agar
bisa merehab rumahnya walau sederhana.
Para korban yang rumah terbakarnya adalah
Poltak Ambarita (42), Parulian Haloho (46), Rolli br Sinaga (60),
Efendi Sidauruk (54), Kortina br Purba (64). Dengan keorihatinan, kaum
lakilaki masih tidur di tenda yang didirikan masyarakat dan kaum
perempuan mesih tidur menumpang di rumah warga.
Atas peristiwa kebakaran pada Selasa
(19/3) tersebut, pihak kepolisian memasang garis polisi untuk olah
tempat kejadian perkara (TKP). Setelah 2 hari, garis polisi dilepas dan
korban kebakaran mulai membersihkan puing-puing sisa kebakaran dan
mencari benda-benda berharga yang kemungkinan masih terselamatkan.
Pengusaha ketering di Perumnas Batu VI,
Tumpak Silitonga (50) mengaku sengaja datang ke lokasi karena dia merasa
simpati dengan nasib para korban. “Saya sengaja datang dan memberika
sedikit rezeki saya kepada mereka, karena mereka sangat membutuhkan
bantuan khususnya tempat tinggal,” terangnya.
Masih kata Tumpak, dia berharap agar
banyak orang mampu untuk memberikan bantuan kepada korban, dan
pemerintah diharapkan segera mendahulukan proyek bedah rumah kepada
mereka.
Kerugian yang dialami para warga mencapai ratusan juta rupiah, dan sampai kini masih banyak pihak yang memberikan bantuan kepada mereka.
Bantuan berupa sembako, pakaian, dan uang
datang dari berbagai pihak, mulai pengusaha ketering, warga sekitar,
sanak saudara. Warga sekitar juga membuat posko bantuan dan rencananya
akan diadakan sampai sepekan.
“Bila hal ini dibiarkan tersus, kasihan
mereka, karena udara malam sangat dingin. Jadi pemerintah harus segera
membantu para korban,” tambahnya. Informasi dan pantau METRO, bila ada
musibah, biasanya adat di kampung ini, salah satu anggota keluarga yang
kamalangan harus menginap di tenda atau di rumah tersebut.
Terkait adat tersebut, Kepala Dusun Piter
Manik (51) menerangkan, asalan salah satu anggota keluarga harus
menginap, untuk menjaga agar tidak ada pihak luar yang mengambil
sisa-sisa puing, seperti seng, besi dan juga masih ada kemungkinan
benda-benda berharga yang terselamatkan.
“Dan alasan kenapa warga harus menginap,
karena mamang itu kebijakan yang sudah turun temurun dari pendiri
kampung tersebut,” kata Manik. (Copas : MSC)
0 Comments