SIMALUNGUN –
Gorong-gorong yang menghubungkan Jalan Merdeka dengan Jalan Kesehatan
Seribudolok tepatnya di Gang Setan di depan GKPS Imanuel yang baru dua
bulan selesai dikerjakan, sudah ambruk.
Kuat dugaan, pemborong (rekanan, red)
yang mengerjakannya asal jadi dan tak sesuai aturan. Gorong-gorong ini
ambruk sampai dua kali dan sekrang sudah tidak bisa dilakui kendaraan
roda empat ke atas lagi, dan kendaraan roda dua yang melintaspun harus
hati-hati agar tidak terjatuh.
Seorang penduduk setempat J Saragih
mengatakan, dulu sebelum gorong-gorong yang baru dibangun ambruk,
gorong-gorong yang ada juga sudah ambruk duluan. Ketika itu,
gorong-gorongnya baru dua minggu selesai dikerjakan dan sudah ambruk.
Sekarang, setelah gorong-gorong yang
ambruk itu diperbaiki , ehh ambruk lagi. Kasusnyapun sama, yakni baru
dua bulan selesai dikerjakan sudah ambruk lagi. Dijelaskan Saragih,
ketika gorong-gorong yang pertama ambruk, ketika itu pemborongnya
beralibi, ambruknya gorong-gorong dikarenakan kesalahan pengguna jalan.
“Pemborong ketika itu mengatakan beton
gorong-gorong belum kering sudah dilalui sehingga ambruk,” kata Saragih
menirukan ucapan pemborong. Selanjutnya Gorong-gorong tersebut
diperbaiki, selama lebih kurang 3 minggu jalan itu dipagar dan tak bisa
dilalui karena alasan yang pertama.
Tapi setelah coran kering dan
gorong-gorong layak dilalui, ternyata ambruk lagi “Seminggu lalu
gorong-gorong yang baru berumur 2 bulan itu kembali ambruk. Kuat dugaan,
memang pemborong tak memenuhi juknis dalam mengerjakannya dan tereksan
asal jadi, dan sampai sekarang jalan itu tidak bisa dilalui,” kata
Saragih.
Pantau METRO di lapangan, jarak antar
besi yang disusun bertikar diperkirakan mencapai 25 cm, dan besi yang di
gunakan besi 14 ml. Informasi dari seorang konsultan pekerjaan yang
menolak namanya disebut mengatakan, seharusnya jarak besi itu, harus
maximal 10 cm, dan disusun bertikar dan dua lapis.
Terkait ukuran besi untuk gorong-gorong,
seharusnya bukan besi 14 ml tidak bisa besi seperti itu, tapi harus
lebih besar, selain itu jaraknya juga harus rapat,” kata konsultan
lulusan Teknik Sipil ini.
Katany, sebelum pekerjaan itu disusun,
sudah ada konsultan tim perencana, dan tim itu sudah bisa mengantisipasi
mobil apa yang melintasi jalan itu sehingga jalan itu ditetapkan di
kelas berapa dan kesanggupan jalan berapa puluh ton. Karena jalan masih
dalam masa pemeliharaan, perbaikannya adalah tanggung jawab pemborong.
Wakil Direktur Eksekutif Ja ringan
Masyarakat Anti Korupsi Indonesia Region Sumatera, SW Purba mengatakan,
kasus gorong-gorong dan paret ini menunjukkan kalau kinerja Dinas PU
Bina Marga Simalu ngun tidak becus dan kuat dugaan sudah terjadi
korupsi.
Dalam teknik kerjaan, seharusnya diawasi
konsultan pengawas dan tidak boleh seenaknya pemborong melakukan
pekerjaan sesuka hati. “Pekerjaan sudah salah kenapa dinas terkait
secara khusus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) diam saja dan terkesan
tutup mata,” kata SW Purba.
Pekerjaan paret jalan di Seribudolok dari
APBD 2012 memang banyak masalah. Selain pekerjaannya terlambat, tidak
ada sanksi yang jelas yang diberikan kepada pemborong. Bahkan sampai
saat ini Jalan Merdeka atau Jalan Sarangpadang sangat jorok dan kumuh,
disebabkan pemborong paret membiarkan sisa-sisa material bangunan di
badan aspal tanpa diangkut.
“Tahun lalu Jalan Merdeka baru ada
peningkatan. Karena ulah pemborong pengerjaan paret, jalan ini nampak
rusak berat karena materian berserakan di badan aspal jalan dan
menyebabkan Jalan Merdeka menyempit,” tegas Purba.
0 Comments