SIMALUNGUN – Jika benar
rencana pemerintah akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis
premium terjadi, umumnya petani di Simalungun menolak karena akan
berdampak buruk kepada mereka. Sebab, akan diikuti peningkatan biaya
produksi dan menurunnya daya beli masyarakat.
“Rencana pemerintah untuk menaikan harga
BBM dinilai tidak tepat. Saat ini banyak masalah yang dihadapi petani.
Misalnya, hasil pertanian menurun, biaya produksi meningkat, gagal panen
mengancam dan biaya kebutuhan lain yang sistematis meningkat.
Jika terjadi kenaikan harga BBM,
lengkaplah permasalahan yang dihadapi petani,” ujar salah seorang petani
di Dolok Panribuan, Simalungun J Sitio. Ditegaskanya Sitio, jika
ditanya secara langsung, tidak akan ada petani yang setuju dengan
rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
“Jika kenaikan BBM sekitar Rp2.000 per
liter, maka kenaikan pupuk bisa mencapai Rp10.000 hingga Rp20.000 per
sak. Demikian juga biaya traktor, upah bahkan biaya untuk menggiling
padi pasti akan ikut naik,” ujarnya.
Petani lainnya, R Hutasoit juga menolak
rencana pemerintah jika tidak diimbangi dengan kompensasi jaminan
pemerintah keringanan dalam peningkatan ekonomi pedesaan. Kenaikan harga
BBM saat ini sangat tidak tepat.
Karena disaat pemerintah menebar isu
kenaikan harga BBM, secara otomatis berbagai spekulan melakukan
penumpukan yang sehubungan dengan faktor pendukung pertanian. “Praktek
semacam itu untuk meraup keuntungan dari orang lemah.
Lihat saja beberapa kebutuhan sudah
menghilang, bahkan menurut rekan petani yang saat ini sudah memasuki
musim tanam hingga saat ini belum mendapatkan pupuk. Apakah ini pertanda
ada spekulan ingin menikmati penderitaan petani,” tuturnya.
Karena itu, dia mengharapkan pihak
pemerintah kalau ingin menaikkan harga BBM tidak merencanakan seperti
mengancam atau mengimbau pemilik uang agar bersiap untuk menimbun
berbagai kebutuhan penting.
”Menurut kami ini adalah suatu kolaborasi
yang sangat bagus untuk meraih keuntungan dari rakyat kecil seperti
petani,” jelasnya seraya mengimbau pemerintah harus bisa
bertanggungjawab akan keperluan pertanian agar selama dalam perdebatan
pembahasan BBM tersebut tidak menyakiti petani.
Beberapa pemilik kilang padi di Dolok
Panribuan juga menilai kebijakan pemerintah untuk menaikkan BBM akan
menyulitkan petani termasuk pemilik kilang padi. Pemilik Kilang Padi
Tumbur B Hutabarat (46) mengungkapkan, rencana pemerintah kenaikan harga
BBM pasti akan menyulitkan masyarakat khususnya petani.
“Belum naik saja harga BBM, hasil
produksi pertanian terus menurun, apalagi ada kenaikan. Kasihan
petani-pertani kita, karena sangat banyak masalah yang mereka hadapi ,”
ujarnya.
Masih kata B Hutabarat, rencana kenaikan
harga BBM merupakan salah satu rencana untuk menyudutkan petani. Sebab,
di saat kenaikan harga BBM akan selalu diikuti kenaikan harga kebutuhan
utama pertanian. Sementara, bila dibandingkan dengan harga hasil
produksi sangat tidak sebanding.
Terpisah, Anggota DPRD Simalungun,
Bernhard Damanik mengatakan, kenaikan BBM sudah pasti akan berdampak
sistematik terhadap perekonomian lainnya. “Pemerintah hendaknya tidak
mengorbankan masyarakat kecil seperti petani. Kenaikan BBM sudah pasti
akan sangat berdampak kepada petani, karena akan diiikuti kenaikan
harga-harga lainnya termasuk kebutuhan pokok,” katanya.
0 Comments