Info Terkini

10/recent/ticker-posts

INGGOU PARLAJANG

Selamat Datang di Simalungun. IST

(versis asli)
Sedang (sakkiting) do = es ¼
Ciptaan: Taralamsyah Saragih
1.Tarsunggul au tanoh hasusuran
Simalungun na loppou jenges
Simada tunggung
Dolog riris marsikawahan
Talunni pe appar do songon
Apei nabayu ……
Nai do homa suan-suanan
Tabun mombur bai passarian
Na so mahoyu
Ref. Andigan au mulak hu Simalungun,
Manjalo tuah bolon, hidorat na rugun?
Hadap marlajang pe au
Ham do rupei na ottou
Mulak pe au, Simalungun ou!
2. Masa tene parana, anakboru nahinan
Na maruppasa, ‘ge martalimbun
Dodingni pe lampot malungun
Pataridah goluhni adat
Na so taruyun
Gulani pe sirsir maringgou
Pataridah manoh nahinan
Abak na so sormou
******** 
BAHAN BUKU SUDAH HAMPIR HABIS
Dari sisi saya, rasanya sudah tidak ada lagi bahan yang urgen atau teramat penting untuk dicari lagi. Bisa saya katakan, sudah hampir 90 persen bahan inti buku saya dapatkan.
Sekarang saya tinggal menorehkan ORKES NA LAINGAN
Selebihnya, saya tinggal memoles dan mengedit ulang atas apa yang telah saya tulis. Syukur-syukur jika bisa saya dapatkan komentar para tetua Simalungun, yang menurut saya pribadi, jelas-jelas abai mengemban tugas-tugasnya soal pelestarian ahap SImalungun.
Apa yang saya sedang nantikan?
Ulasan-ulasan pewarna, pemerkaya, dan bahkan teramat penting dari: 
1. Bapak Pendeta Martin L Sinaga napinarsangapan nami
2. Tulang Setia Dermawan Purba 
3. Tulisan ahap, de-Simalungunisasi, Neo-SImalungun dari Lawei Dosen Unimed, Medan, Erond L Damanik.
4. Komentar para seniman dan penyanyi SImalungun, antara lain dari Sultan Saragih, tentang Inang Lina Damanik.
5. Tulisan dari tondong Antonius Purba cum Lawei Frans Purba, soal peran kerajaan sebagai sentra atau pemangku inti adat, ahap SImalungun, yang terlihat jelas ketika ningrat-ningrat SImalungun masih eksis.
Catatan: Meski eksistensi ningrat-ningrat sudah pupus, kita wajib menuliskan nostalgia tentang itu.
Jika kita mengagumi Lady DI, Prince WIllian, Harry, Charles, Ratu Sofia, Raja Juan Carlos (Spanyol), mengapa pula kita harus tabu menorehkan kisah para ningrat kita. Bukan bermaksud untuk menghidupkannya, but we've ever had them all.
Revolusi itu jelas sebuah kesalahan besar sejarah.Bagi saya, as human. Menurut saya, mematikan peran-peran kerajaan-kerajaan bukan harus dengan membunuh toh?
Mematikan peran kerajaan bisa dengan evolusi, bukan dengan revolusi. "Jangan membunuh," demikian salah satu perintah Tuhan, toh?(**) Sumber:

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments