Prisdar Sitio. Foto Simon Saragih |
* Kisah Keluarga Jabanten Memberi Nuansa Lain
PERTAMA bertemu, Prisdar Sitio seperti enggan menatap saya setelah
menjelaskan bahwa saya berniat menuliskan secuil kisah revsos. Mungkin,
dan ini mungkin saja ini karena salah salah memperkenalkan diri sebagai
wartawan. Prisdar berbicara dengan melulu menoleh ke arah Sultan Saragih
II, yang ikut mendengar wawancara.
Apa kaitan dengan revsos dan Saragih Ras dan Jatongam, Komandan Lapangan Brigade Harimau Liar?
Diakui, bahwa adalah anak buah Jatongan turut melakukan aksi penyebab salah satu tragedi SImalungun di era revolusi sosial. Akan tetapi apakah Jatongan merestui semua itu? Tidak, tidak dan tidak!
Prisdar menegaskan, bapaknya tidak membenci raja-raja yang baik walau memang tidak suka dengan raja yang tidak melayani rakyatnya. Prisdar sebenarnya enggan bercerita karena tidak mau dituduh memberi pencitraan pada almarhum ayahnya.
Hanya saja menurut Prisdar, menurut penuturan almarhum ayahnya saat masih hidup, Jatongam sering tidak sepakat dalam banyak hal dengan Saragih Ras. Jatongam memang satu desa dengan Saragih Ras, sama-sama berasal dari Tiga Ras.
Julukan dari desa Tiga Ras berawal dari tiga marga yang menghuni desa itu, Saragih Turnip, Saragih Sitio, dan marga Silalahi.
Meski satu desa dan sama-sama berada dalam satu angkatan, Jatongam dan Saragih Ras berbeda dalam banyak hal. Jatongam sendiri pernah bercerita, betapa dia sedih hingga menangis ketika Tuan Sekuda (ayah almarhum Bupati Djabanten Damanik) dieksekusi. Sedih karena Tuan Sekuda, penguasa Sipolha, adalah bagian dari keluarga Jatongam.
Ketika tahu bahwa Tuan Sekuda dan anak-anaknya dalam ancaman, termasuk salah satu anak Tuan Sekuda, Japurba Damanik, Jatongam buru-buru memacu kudanya berlari kencang agar tiba di tempat eksekusi. Japurba ditemui disiksa dan akhirnya dilepas dan selamat karena kedatangan Jatongam.
Prisdar, putra Jatongam ini, lagi-lagi enggan kisahnya dituliskan berdasarkan versinya. Namun dia biarkan rakyat menilai dan dia biarkan orang lain menuliskan. "Saya hanya memberi semacam penjelasan dari apa yang saya ketahui."
Apa yang dia ketahui? Ketika masih muda, almarhum Djabanten adalah orang yang pernah menggendongnya. Djabanten adalah orang yang pernah memasukkan sebagai pegawai negeri di Pemda Kabupaten Simalungun. Djabanten sangat dekat dengan Jatongam dan pernah tinggal di rumah mereka di Irian Jaya dan di Jakarta saat Jabanten masih muda.
Ketika Djabanten menjabat Bupati Simalungun, ada kerinduan untuk menemukan dimana gerangan Tuan Sekuda dimakamkam setelah dieksekusi. Tahu Jatongam adalah komandan lapangan Brigade Harimau Liar dan berbekal persahabatan keluarga sejak lama.
To be continued..........(Simon Saragih)
Diakui, bahwa adalah anak buah Jatongan turut melakukan aksi penyebab salah satu tragedi SImalungun di era revolusi sosial. Akan tetapi apakah Jatongan merestui semua itu? Tidak, tidak dan tidak!
Prisdar menegaskan, bapaknya tidak membenci raja-raja yang baik walau memang tidak suka dengan raja yang tidak melayani rakyatnya. Prisdar sebenarnya enggan bercerita karena tidak mau dituduh memberi pencitraan pada almarhum ayahnya.
Hanya saja menurut Prisdar, menurut penuturan almarhum ayahnya saat masih hidup, Jatongam sering tidak sepakat dalam banyak hal dengan Saragih Ras. Jatongam memang satu desa dengan Saragih Ras, sama-sama berasal dari Tiga Ras.
Julukan dari desa Tiga Ras berawal dari tiga marga yang menghuni desa itu, Saragih Turnip, Saragih Sitio, dan marga Silalahi.
Meski satu desa dan sama-sama berada dalam satu angkatan, Jatongam dan Saragih Ras berbeda dalam banyak hal. Jatongam sendiri pernah bercerita, betapa dia sedih hingga menangis ketika Tuan Sekuda (ayah almarhum Bupati Djabanten Damanik) dieksekusi. Sedih karena Tuan Sekuda, penguasa Sipolha, adalah bagian dari keluarga Jatongam.
Ketika tahu bahwa Tuan Sekuda dan anak-anaknya dalam ancaman, termasuk salah satu anak Tuan Sekuda, Japurba Damanik, Jatongam buru-buru memacu kudanya berlari kencang agar tiba di tempat eksekusi. Japurba ditemui disiksa dan akhirnya dilepas dan selamat karena kedatangan Jatongam.
Prisdar, putra Jatongam ini, lagi-lagi enggan kisahnya dituliskan berdasarkan versinya. Namun dia biarkan rakyat menilai dan dia biarkan orang lain menuliskan. "Saya hanya memberi semacam penjelasan dari apa yang saya ketahui."
Apa yang dia ketahui? Ketika masih muda, almarhum Djabanten adalah orang yang pernah menggendongnya. Djabanten adalah orang yang pernah memasukkan sebagai pegawai negeri di Pemda Kabupaten Simalungun. Djabanten sangat dekat dengan Jatongam dan pernah tinggal di rumah mereka di Irian Jaya dan di Jakarta saat Jabanten masih muda.
Ketika Djabanten menjabat Bupati Simalungun, ada kerinduan untuk menemukan dimana gerangan Tuan Sekuda dimakamkam setelah dieksekusi. Tahu Jatongam adalah komandan lapangan Brigade Harimau Liar dan berbekal persahabatan keluarga sejak lama.
To be continued..........(Simon Saragih)
0 Comments