|
KM Dame, saat mengantar penumpang dari Desa Soping, Hutaimbaru, Nagori Purba, Gaol, Binangara, Sihalpe ke pekan Haranggaol, Senin 7 April 2014. Kini hanya kapal ini yang besar disetiap pekan Haranggaol. Foto Asenk Lee Saragih. |
|
Pekan Haranggaol Tahun 1980-an. Kapal-kapal dari Samosir sandar di tepi pelabuhan. Dok |
HARANGGAOL-Pekan “Haranggaol” setiap hari Senin kini tak berdenyut lagi.
Transaksi perdagangan di pesisir Danau Toba, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara kini sudah mati suri. Perdagangan hasil
pertanian yang dulu hebat di era tahun 1980an, kini tinggal kenangan
masa lalu.
Pengamatan di pekan Haranggaol, Kecamatan Horisan
Haranggaol, Simalungun, menunjukkan, kini semakin sepi pengunjung.
Transaksi perdagangan hasil bumi hanya segelintir dari pesisir desa
Danau Toba seperti Desa Hutaimbaru, Nagori Purba, Gaol, Binangara,
Sihalpe, Nagori dan Haranggaol sendiri.
Petani yang menjual hasil
pertanian dan hasil tangkapan ikan dari arah Parapat, Toba Samosir
sudah hampir 18 tahun tak lagi berdagang ke pekan Haranggaol. Suasana
pekan “Haranggaol” kini hanya ada pedagang sayur mayut, rempah-rempah
dan sedikit bawang.
Menurut JW Haloho, warga Haranggaol, kejayaan
pekan “Haranggaol” era 80-90an itu kini sudah tak lagi berdenyut. Kini
pekan “Haranggaol” hanya tinggal nama. Bahkan perputaran uang kini hanya
berfokus pada ikan keramba (jaring apung) ikan mas dan nila.
Sepinya
pekan “Haranggaol” juga akibat tidak lagi tumbuhnya bawang di desa
pesisir Danau Toba. Kemudian maraknya keramba ikan jaring apung di
sepanjang pantai berdampak buruk terhadap kondisi Haranggaol.
Hal
senada juga diakui M Turnip, warga setempat. Menurutnya, sepinya pekan
“Haranggaol” sudah hampir 18 tahun. Matinya obyek wisata di desa itu
juga salah satu penyebab sepinya pekan.
Disebutkan, kini ibukota
Kecamatan Horisan, Haranggaol sudah berubah jadi lumbung Keramba di
sepanjang pantai. Pantai Haranggaol kini tidak lagi daerah wisata.
Buruknya infrastruktur jalan, berdampak pada mematikan pekan
“Haranggaol”.
|
Sepi : Salah satu sudut perdagangan di pekan “Haranggaol” tampak sepi,
Senin 7 April 2014. Kini pekan “Haranggaol” tinggal kenangan setelah
masa janyanya 18 tahun silam. Foto asenk lee saragih. |
|
Sepi : Salah satu sudut perdagangan di pekan “Haranggaol” tampak sepi,
Senin 7 April 2014. Kini pekan “Haranggaol” tinggal kenangan setelah
masa janyanya 18 tahun silam. Foto asenk lee saragih. |
|
Sepi : Salah satu sudut perdagangan di pekan “Haranggaol” tampak sepi,
Senin 7 April 2014. Kini pekan “Haranggaol” tinggal kenangan setelah
masa janyanya 18 tahun silam. Foto asenk lee saragih. |
|
Sepi : Salah satu sudut perdagangan di pekan “Haranggaol” tampak sepi,
Senin 7 April 2014. Kini pekan “Haranggaol” tinggal kenangan setelah
masa janyanya 18 tahun silam. Foto asenk lee saragih. |
|
Sepi : Salah satu sudut perdagangan di pekan “Haranggaol” tampak sepi,
Senin 7 April 2014. Kini pekan “Haranggaol” tinggal kenangan setelah
masa janyanya 18 tahun silam. Foto asenk lee saragih. |
|
Sepi : Salah satu sudut perdagangan di pekan “Haranggaol” tampak sepi,
Senin 7 April 2014. Kini pekan “Haranggaol” tinggal kenangan setelah
masa janyanya 18 tahun silam. Foto asenk lee saragih. |
|
Sepi : Salah satu sudut perdagangan di pekan “Haranggaol” tampak sepi,
Senin 7 April 2014. Kini pekan “Haranggaol” tinggal kenangan setelah
masa janyanya 18 tahun silam. Foto asenk lee saragih. |
|
Pekan Haranggaol Tahun 1980-an. |
0 Comments