Info Terkini

10/recent/ticker-posts

(DRAF FINAL) Dari Jambi, Dia Rindu Simalungun

Taralamsyah Saragih Garingging
"OOH.... DJAHODIM, MASIH ADA NGAK KAU"
Oleh: Taralamsyah Saragih

"PERNAH ketemu Prof DR Bungaran Saragih, yang dosen IPB itu?" demikian Taralamsyah Saragih pada putranya Eddy Edy Taralamsyah Saragih Garingging dalam sebuah wawancara pada 16 Februari 1991, atau dua tahun sebelum Taralamsyah wafat.

Ini adalah sebuah kesempatan perbincangan bapak-anak, dimana Edy tampak keteter saat berdiskusi soal seni budaya karena Edy tidak tahu banyak soal Simalungun.

Akan tetapi Edy tanpa sadar telah melakukan tugasnya sebagai Simalungun dengan mencoba mengungkit bagian terpenting dari sejarah Simalungun. Edy merekam percakapan yang sedikitnya membuka tentang siapa sesungguhnya Taralamsyah.

Ini sebuah perbincangan dengan seseorang pakar budaya Simalungun, dengan bakat yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun sampai sekarang di Simalungun. Ini perbincangan di rekaman itu adalah tentang seseorang yang konstan bermimpi melestarikan budaya.

Namun ada yang unik dari wawancara itu. Menambah nuansa, ada kerinduannya yang ternyata tidak pernah pudar dari Taralamsyah pada tano hasusurannya (asalnya), Pematang Raya. Walau sudah 20 tahun dia tinggalkan, dia tetap ingat segala hal yang indah tentang lingkungan di masa kecilnya.

Dalam wawancara itu dia bertanya pada Edy, tentang keadaan orang-orang yang telah dia tinggalkan sejak pergi ke Jambi tahun 1971.

Hingga tahun 1991 bisa dikatakan dia seperti hampir putus kontak dengan kampung halaman dan relasi lama. Maklum, teknologi komunikasi tidak selancar sekarang.


Muncul pertanyaannya pada Edy, yang sengaja datang dari Jakarta menjenguk ayah yang sudah di usia lampu merah. "Pernahkah engkau bertemu Bungaran?"

Putranya bingung nama yang dia sebut. Maklum, Edy mengatakan dia sendiri pun pernah seperti ikut terputus akibat kisah bapaknya yang membawanya juga sempat jauh dari akarnya. Saat itu Prof DR Bungaran belum terkenal seperti sekang. Mereka ini masih keluarga dari trah Saragih Garingging.

"Dia (Bungaran) itu, cucu saya. Dia anaknya Djahodim. Oh… Djahodim masih ada ngak kau," demikian Taralamsyah seperti terasuki kerinduan mendalam.

Dia seperti meringis sedih dan amat rindu pada Djahodim, teman akrabnya di masa kecil. DR Bungaran mengatakan nama lengkap ayahnya adalah Djahodim Waldensius Saragih.

"Saya suka takenang akan kampung halaman dan masa kecil di Raya. Enak, dan indah masa lalu itu. Kalian sekarang enak, sangat mudah cari uang. Kami dulu uang itu tidak perlu," kata Taralamsyah yang kadang berkomunikasi dengan campuran dalam bahasa Jambi pada putranya.

Taralamsyah berbincang-bincang setelah dia kaget sedang direkam oleh Edy. "Aduh, ngapain pula kau lakukan itu, miskin kalilah bapakmu, demikianlah nanti kata orang jika melihat saya begini di rekaman videomu. Bajunya pun begitu, demikian nanti kata orang," kata Taralamsyah.

Taralamsyah memang tidak kaya. Akan tetapi dia tidak melarang direkam. Dia ingin orang-orang tahu dia secara apa adanya.

Dia terus diam-diam direkam sembari melanjutkan penulisan ensiklopedia Simalungun, dengan mata yang harus dekat dan hanya berjarak tiga sentimeter. Dia memang hanya berpakaian kaus oblong.

Taralamsyah menyebut lagi beberapa nama lain yang masih dia kenang. "Jika nanti kau kasih rekaman video, seperti kepada Menna, pasti dia akan bilang, ‘Oh masih hidup Tulang saya itu. Demikian juga Lenny, pasti bilang masih hidup rupanya bapakku itu."

Menna adalah keponakannya karena ibu Menna adalah saudari Taralamsyah. Lenny adalah keponakannya juga karena Jan Kaduk adalah saudara Taralamsyah.

Dalam lanjutan wawancara itu Taralamsyah terus bertanya tentang banyak orang.

"Si itu gimana kabarnya, istri si Djawamen, kalau jumpa dengan saya pasti menangis dia itu," demikian Taralamsyah mengingat nama-nama lama yang selalu menyanyanginya tetapi sayangnya mereka telah terpisah oleh waktu dan lokasi.
Taralamsyah memang jelas dirindukan banyak orang sebagaimana dia pun tetap rindu pada Simalungun. Bahasa Simalungun pun tak pernah dia lupakan.(Simon Saragih)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments