Info Terkini

10/recent/ticker-posts

JIKA BUKU BIOGRAFI TARALAMSYAH LARIS

Belum tentu laris juga memang, Akan tetapi jika laris, buku biografi ini akan menghasilkan uang. Dan uangnya bisa sangat sedikit saja jika laku hanya sedikit. Namun bisa juga dapat sampai puluhan juta, ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Kalimat saya di atas merujuk pada pengamatan soal penjualan buku di Gramedia.
Kalau buku tak laku, tentu saya tidak akan berkecil hati. Karena hal terpenting, biografi alm Bapak Taralamsyah sudah muncul, "Sattabi bani na hurang na lobih" seperti kalimat langsung almarhum itu sendiri.
Nah, bagaimana jika laku dan honornya kemana?

Ketika saya menulis buku Oppung Dolok, "Sungguh Mati Dia Mencintai Umatnya", sudah kukatakan bahwa hasilnya adalah untuk seperti yang diinginkan Oppung Dolok itu sendiri semasa hidupnya, "Membantu kaum lemah.

Honornya memang belum saya terima karena sama seperti Gramedia, memang cukup lama proses mendapatkan honor, bisa enam bulan bisa setahun. Namun honor ini pasti kuberikan kepada umat Paroki Saribudolok yang paling membutuhkan. Kebetulan ada dua umat Paroki yang kurang mampu dan sedang kuliah di Jakarta, kepada mereka inilah prioritas honor itu. Karena apa? Mendorong umatnya sekolah, itulah keinginan Oppung Dolok.

Lalu balik lagi ke buku biografi ini. Kemana honornya jika ada? Saya merujuk saja pada kalimatnya sendiri. "Saya mau merestorasi arsip Simalungun karena semua itu masih ada di otak saya. Namun siapa yang membiaya saya?" demikian kalimat alm Taralamsyah ketika dia rindu dan ingin merestorasi seni budaya Simalungun.

Karena itu saya mengikuti intuisi saya saja, setelah menangkap jeritan atau keinginannya (Taralamsyah). Hasilnya adalah demi merestorasi seni budaya Simalungun seperti impiannya yang dia bawa mati itu. Nah, soal ini saya akan berdiskusi dengan Bang Edy Taralamsyah Saragih Garingging, si ahli waris.

Dan tentu sebagian honor juga kuserahkan ke ahli warisnya, Bang Edy. Intinya, hasilnya pada ahli waris Taralamsyah itu sendiri dan disesuaikan dengan keinginan Taralamsyah sendiri.

Lalu apa untuk saya? Palingan kompensasi biaya-biaya penulisan bolak-balok Jakarta-Medan. Namun ini bukan prioritas. Ini ada di urutan terbawah prioritas, bukan hal terpenting dan bisa saya batalkan sendiri.
Restorasi seni budaya, itulah prioritas utama.

Karena itu, saya bermohon. Jika sudah beredar, belilah buku ini. Cukup satu saja seorang. Promosikanlah juga ke seorang teman, saudara, bahkan ke non-Simalunguni. Tujuannya agar buku ini laku banyak dan jika perlu sebanyak-banyaknya laku.

Jika laku sangat banyak, duit pun akan banyak dapat. Teman saya penulis buku "Pak Esbeye" bisa membeli Honda Jazz karena buku itu.

Percayalah sama saya, kupersembahkan honor demi keluarganya dan demi Simalungun. Semua akan saya bikin transparan, lengkap dengan kwitansinya kelak.

Saya hanya minta doa, agar tetap sehat dan bisa eksis terus dan berkarya. Tuhan begitu baik selama ini pada saya dan saya wajib membalasnya.(Simon Saragih)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments