Design Cover depan dan belakang yang dibuat oleh Lim Bun Chai.Foto IST |
*Terus Mengontrak dan Tak Pernah Punya Rumah
BERITASIMALUNGUN.COM, Jambi-Siapa yang tak kenal Taralamyah Saragih Garingging. Seniman
Simalungun yang namanya tenar hingga ke luar negeri itu, tak sehebat namanya disbanding
kehidupannya. Taralamsyah harus meninggalkan kampung halamannya Simalungun dan
hijrah ke Jambi untuk mengubah nasib selaku seniman militant. Namun garis
tangannya menunjukkan, Seniman Simalungun itu “Tenggelam” di Sungai Batanghari
Jambi.
Di Jambi Taralamsyah ternyata hanya dikagumi, dan
sejak di Jambi pertengahan 1971 hingga ajal menjemputnya tepat pada hari Senin tanggal 1 Maret
1993 di Jambi, Tuan Taralamsyah Saragih Garingging tak memiliki rumah permanen. Selama di Jambi keluarga Taralamsyah tinggal
di rumah kontrakan dan berpidah-pindah.
Terlahir
di lingkungan Rumah Bolon (Istana) di Pamatang
Raya–Simalungun, Ahad 18 Agustus 1918.
Menikah saat berusia 26 tahun dengan Siti Mayun br Regar pada Sabtu 25
November 1944, dan dianugrahi 3 orang putra dan 9 putri.
Setelah Simalungun tega “Membuangnya”, ternyata
Taralamsyah juga “Tenggelam” secara ekonomi di Jambi. Namun garis tangan
Taralamsyah harus menjadi keluarga tak punya harus dijalaninya hingga akhir
hayatnya. Namun Nama Taralamsyah Saragih Garingging kini tetap abadi.
Bahkan Simon Saragih (Wartawan Senior Kompas) menulis
Buku “Taralamsyah Saragih TRAGEDI Seorang Komponis Besar” sebagai kepedulian atas Karya Taralamsyah Saragih. Penulisan buku ini
sudah rampung dan dalam proses cetak. Rencana peluncuran medio Oktober 2014
ini.
Bahkan dalam waktu dekat yakni Sabtu 25 Oktober 2014
juga ada acara “Jambarni Loja TARALAMSYAH SARAGIH” yang digagas EHAMSI. Acara
itu dilangsungkan di Auditorium Taman Ismail Marzuki Jakarta. Salah
satu bagian dari acara Bintang Na Rondang -Jambarni Loja adalah pencanangan
Pembangunan Rumah Seni Taralamsyah di Pematang Siantar.
Kini banyak Orang Simalungun, bahkan Dunia yang
mengagumi kehebatan Tuan Taramsyah Saragih. Namun hanya segelintir yang peduli
terhadap Karyanya dan bahkan sewaktu Hidupnya.
Taralamsyah Dalam Pandangan Seniman Jambi
Kehadiran Taralamsyah Saragih di Jambi
tak terlepas dari permintaan Gubernur Jambi R.M Noer Atmadibrata pertengahan
tahun 1971. Permintaan yang ditujukan kepada Taralamsyah untuk meneliti serta
mengembangkan Budaya Jambi yang saat itu tenggelam akibat minimnya seniman yang
mau mengorbitkan dan menelitinya. Pada saat itu Taralamsyah pun hengkang dari
Simalungun ke Jambi dan tinggal di rumah dinas gubernur. Sungguh ironis, sejak
Taralamsyah di Jambi hingga akhir hayatnya tak memiliki rumah pribadi dan hanya
mengontrak secara berpindah-pindah.
Wiro
A Sani seorang seniman murid Taralamsyah yang kini masih aktif berkarya di
Jambi saat ditemui di kediamannya di Lorong Gotong Royong, Telanaipura Kota
Jambi, Rabu (17/9/2014) bercerita
tentang Taralamsyah. Berikut ini penuturannya.
(Tanya-T): Awal
Taralamsyah di Jambi dan mengapa Jambi membutuhkan dia saat itu?
Kehadiran
Taralamsyah di Jambi tak terlepas dari Tokoh Jambi yang saat itu berkiprah di
Jakarta yakni Tarmizi Taher. Saat itu Tarmizi
Taher melihat kiprah Taralamsyah soal penelitian Seni dan Budaya di Sumatera
Utara yang berkiprah secara Nasional. Tarmizi Taher
sempat menjabat Menteri Agama RI pada tahun 1993-1998.
Bak gayung bersambut, Gubernur Jambi R.M Noer Atmadibrata pada
pertengahan tahun 1971 juga sepikiran dengan Tarmizi
Taher tentang rencana pengembangan Seni dan Budaya Jambi. Taralamsyah saat itu
memang sangat dibutuhkan oleh Jambi guna mengembangkan Seni dan Budaya Jambi.
(T) : Apa saja yang dilakukan Taralamsyah di
Jambi?
Kehadiran Taralamsyah di Jambi disambut
baik oleh Pemerintah Daerah Jambi dan Seniman dan
Budayawan Jambi saat itu. Bahkan Pemerintah Jambi saat itu sangat
mengagumi Taralamsyah Saragih. Rasa kagum itu mulai
dari Gubernur R.M Noer Atmadibrata hingga Gubernur Jambi Abdurahman Sayutie.
Di Jambi Taralamsyah berperan sebagai
guru Seni dan juga peneliti tentang Seni dan Budaya Jambi. Bahkan hasil
penelitiannya tentang Seni Budaya Jambi banyak dibawa oleh Belanda ke
negaranya. Bahkan hasil penelitian Taralamsyah tentang Seni Budaya Jambi nyaris
tak ter-arsipkan oleh Pemerintah Daerah
Jambi.
Selama di Jambi, setidaknya yang dekat
dan bisa dikatakan sebagai murid Taralamsyah yakni Zuratmi Ismail, Jakfar
Rassuh (Mantan Ketua Taman Budaya Jambi), H
Tamjid Widjaya (Alm), Marzuri Lazim, OK Hundrik, Herman alias Em (Senior Pemain Musik Tradisional Jambi), Heri Suroso, Abdul
Latif alias Alex (Murid Generasi
90an Taralamsyah)
dan generasi penerusnya Andi Gomes (Putra dari H Tamjid Widjaya) dan Wiro A
Sani sendiri.
Selama di Jambi, Taralamsyah banyak
menciptakan lagu dan tari daerah Jambi. Satu diantaranya yang kini menjadi
Tarian Kehormatan Penyambutan Tamu adalah Lagu dan Tarian Sekapur Sirih. Dalam
menciptakan Sekapur Sirih, liriknya dibantu oleh H Tamjid Widjaya dan Marzuri Lazim.
Kehadirannya
Taralamsyah di Jambi sejak pertengahan tahun 1971 memang telah menambah
khasanah bagi perkembangan dunia kesenian Jambi. Bahkan Taralamsyah dimata Wiro
A Sani seumpama besi berani, mengumpulkan dan menyatukan serbuk-serbuk besi
yang berserakan disekitarnya.
Beliau
juga merupakan figur seorang guru dan sekaligus bapak yang mampu meletakkan
porsinya dalam mendidik murid-muridnya. Mereka semua dianggap seperti anak
sendiri. Jadi tidak hanya mengajarkan ilmu keseniannya tapi juga memberikan
bekal hidup bagi diri saya secara pribadi.
Begitulah
kenangan Wiro A Sani tentang Taralamsyah saat itu. Wiro A Sani mengenal
Taralamsyah saat usianya 20 tahun dan berkat anak dari
Taralamsyah bernama Surya Dharma Saragih (Alm).
Saat itu Surya Dharma mengajak satu panggung dengan Wiro A Sani pada salah satu
acara resmi pagelaran Seni Budaya Jambi oleh Pemerintah Jambi.
Pada
tahun 1978, Gubernur Jambi saat dijabat Jamaluddin
Tambunan, pernah menginstruksikan untuk melaksanakan penelitian dan pencatatan
seni musik dan tari daerah Jambi, yang langsung dipercayakan kepada Taralamsyah
Saragih sebagai ketua teamnya.
Kemudian
anggotanya yakni Surya Dharma, Tamjid Widjaya, OK Hundrick, Marzuki Lazim dan M
Syafei Ade, yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku yang masih berupa
manuskrip dengan judul Ensiklopedi Musik
dan Tari Daerah Jambi. Namun arsip buku itu sangat sulit ditemukan di Jambi
saat ini.
(T): Bagaimana perhatian Pemda Jambi pada
Taralamsyah?
Perhatian
Pemda Jambi terhadap Taralamsyah hanya sebatas mengagumi. Sungguh ironis,
disaat sejumlah tokoh, pejabat Jambi mengangumi Taralamsyah, justru kehidupan
rumah tangganya (sandang, pangan dan pana) justru terabaikan. Bahkan
kehidupan Taralamsyah biasa-biasa saja, tidak sehebat
nama dan karyanya saat itu.
Bahkan
sejak kehadirannya di Jambi hingga akhir hayat, Taralamsyah tak memiliki rumah
pribadi. Rumah tangganya tinggal di rumah kontrakan dan berpindah-pindah. Mulai
dari Komplek Kambang, Nusa Indah hingga Pasar dan kembali ngontrak di Wilayah
Nusa Indah Telanaipura Kota Jambi.
Sejak
tiba di Jambi dan selama tiga periode jabatan Gubernur Jambi saat itu,
Taralamsyah bersama keluarga tinggal di rumah dinas Gubernur Jambi. Kemudian
saat Gubernur Jambi dijabat Abdurahman Sayuti, Taralamsyah diberikan rumah
kontrakan.
Perhatian
Pemda Jambi kepada Taralamsyah hanya sebatas mengaguminya, tanpa memberikan
nafkah kehidupan yang layak dan tempat tinggal permanen baginya.
(T): Apakah
Jambi mengenangnya, terutama generasinya?
Bagi kalangan Seniman dan Budayawan Jambi
hingga kini masih mengenang Taralamsyah dengan baik. Bahkan seniman muda Jambi
seperti Heri Suroso, Abdul Latif (Alex) dan Andi Gomes (Putra dari H Tamjid
Widjaya) dan Wiro A Sani sendiri mengenang dengan baik Taralamsyah Saragih.
Salah satu seniman muda Jambi yang mengoleksi karya Taralamsyah adalah Andi
Gomes.
Para Seniman Jambi cukup mengenang
Taralamsyah Saragih dan karya-karyanya. Namun demikian dokumentasi atau arsip
buah karya Taralamsyah cukup terabaikan oleh Pemda Jambi.
(T): Apa komentar tokoh budaya Jambi soal
Taralamsyah, dan apa prestasinya?
H
Junaidi T Noor, seorang Pemerhati dan Tokoh Budayawan Jambi mengaku salut dan kagum
terhadap Taralamsyah. Tanpa Taralamsyah, Seni dan Budaya Jambi tak akan bankit
seperti sekarang ini.
H Juneidi T Noor mengenang Taralamsyah adalah guru
yang baik. Bahkan Taralamsyah Saragih tak sungkan-sungkan mengajari seniman
Jambi saat itu untuk bersama-sama meneliti dan menulis serta mengembangkan Seni
dan Budaya Jambi.
Menurut Juneidi T Noor, mseki Tuan Taralamsyah
Saragih adalah salah seorang Seniman Simalungun
yang memiliki kepedulian terhadap seni, budaya dan sejarah Simalungun, namun untuk perkembangan Seni, Budaya Jambi, Taralamsyah Saragih
sangat peduli.
Penguasaannya terhadap Sejarah, Seni perlu dihargai dan dikenang meskipun
beliau telah lama berpulang.
(T):Konon ada nama Taralamsyah disebut dalam muatan lokal pelajaran sekolah,
mengapa dia disebut?
Penjelasan Wiro A Sani, dalam buku Seni Budaya Jambi
nama Taralamsyah dituliskan. Penulis buku Seni Budaya Jambi itu adalah Zuratmi
Ismail. Zuratmi Ismail sangat mengenal lebih dalam sosok Taralamsyah dan
merupakan rekan setimnya dalam menulis Buku Ensiklopesi
Musik dan Tari Daerah Jambi.
Dicantumkannya nama Taralamsyah Saragih di Buku Muatan
Lokal (Mulok) Seni Budaya Jambi, untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa
Taralamsyah dalam meneliti, mengembangkan Seni Budaya Jambi. Nama Taralamsyah
Saragih tetap dikenang di Jambi, khususnya seniman, budayawan Jambi.
Dimasukkannya Taralamsyah dalam Buku Mulok Seni Budaya
Jambi juga mengenalkan Taralamsyah kepada generasi muda sekarang akan kiprah
Taralamsyah mengembangkan seni budaya Jambi saat itu.
(T): Apa yang dia wariskan pada Budaya Jambi?
Taralamsyah sebenarnya banyak mewariskan karya, hasil
penelitian seni budaya Jambi. Namun pendokumentasian, pengarsipan hasil
karyanya tidak baik. Bahkan Taman Budaya Jambi sendiri tak memiliki arsip
tentang Taralamsyah Saragih.
Kata Wiro A Sani, Taralamsyah Saragih dimasa tuanya
pernah marah-marah di Taman Budaya Jambi karena arsip dari karyanya tentang
seni budaya Jambi tidak ada. Bahkan hasil karya dan penelitian seni Budaya
Jambi olah Taralamsyah banyak dibawa ke
Belanda.
Karya yang diwariskan Taralamsyah Saragih kepada
masyarakat dan Pemerintah Jambi adalah Tarian Sekapur Sirih. Tarian ini
merupakan tarian penyambutan tamu-tamu kehormatan Pemerintah dan tamu
kehormatan lainnya. Sementara warisan soal tulisan hasil penelitian Taralamsyah
nyaris hilang di Jambi.
Sosok
multi talenta yang mampu bermain berbagai alat musik, mencipta lagu, menari dan
mengkoreografi tari serta kepeduliannya terhadap seni
budaya Jambi, hanya ada pada Sosok Taralamsyah Saragih
Garingging .
Terlahir
di lingkungan Rumah bolon (Istana) di Pamatang Raya–Simalungun, Ahad 18 Agustus
1918. Menikah saat berusia 26 tahun
dengan Siti Mayun br Regar pada Sabtu 25 November 1944, dan dianugrahi 3 orang
putra dan 9 putri.
Tepat
pada hari Senin tanggal 1 Maret 1993 di Jambi, Tuan Taralamsyah Saragih
Garingging menghembuskan nafas terakhir, disaat sedang menyusun dan ingin merampungkan Kamus Simalungun yang ia
susun dari tahun 1960-an dan hingga kini belum diterbitkan.
Penyusunan Kamus Simalungun itu juga diakui Wiro A
Sani. Namun naskah Kamus Simalungun itu tidak diketahui kemana. Sementara
sebuah Piano Tua milik Taralamsyah Saragih dari pemberian Pemda Jambi saat itu,
kini sudah dibawa ke Jakarta oleh anak Taralamsyah.
Menurut Wiro A Sani, banyak seniman, kolektor yang
sudah menawar untuk membeli piano tua milik Taralamsyah yang cukup lama berada
di kediaman Wiro A Sani setelah Taralamsyah Saragih meninggal dunia tahun 1993
lalu.
Demikianlahlah sekelumit Jejak Taralamsyah Dimata
Seniman dan Budayawan Jambi untuk mengenangnya. (Asenk Lee Saragih-0812 7477587). (Klik(Baca PENYUSUNAN BUKU TENTANG TARALAMSYAH SARAGIH).
0 Comments