Nelayan Mengeluarkan ikan Haporas dari Jaring di Desa Tongging. Jaring sebagai alat tangkap tradisional ikan Haporas. Foto Diabadikan Tahun 2010 lalu. Ft Dok Asenk Lee Saragih. |
Nelayan Mengeluarkan ikan Haporas dari Jaring di Desa Hutaimbaru. Jaring sebagai alat tangkap tradisional ikan Haporas. Foto Diabadikan Tahun 2010 lalu. Ft Dok Asenk Lee Saragih. |
Penampung Ikan Haporas Tangkapan Nelayan di Desa Hutaimbaru. Jaring sebagai alat tangkap tradisional ikan Haporas. Foto Diabadikan Tahun 2010 lalu. Ft Dok Asenk Lee Saragih. |
Nelayan Mengeluarkan ikan Haporas dari Jaring di Desa Tongging. Jaring sebagai alat tangkap tradisional ikan Haporas. Foto Diabadikan Tahun 2010 lalu. Ft Dok Asenk Lee Saragih. |
Nelayan Pesisir Danau Toba Terancam
Kelaparan
BERITASIMALUNGUN.COM, Simalungun-Ikan “Haporas” (Pora-pora-Toba) sejenis ikan bandeng
kecil (Chanos chanos Forskal) yang sempat menjadi faritas khas ikan Danau Toba lima
tahun terakhir, kini keberadaannya punah. Bahkan nelayan di pesisir Danau Toba
di Simalungun kesulitan mendapatkan ikan tersebut.
Punahnya ikan “Haporas/Pora-pora” itu dampak dari maraknya pemakain
pukat oleh nelayan di Danau Toba selama ini. Bahkan hasil tangkapan lewat pukat
tersebut bisa mencapai puluhan ton setiap harinya. Padahal nelayan tradisional
menangkap ikan “Haporas” tersebut hanhya dengan jaring biasa.
St Berlin Manihuruk, tokoh masyarakat Desa Hutaimbaru,
Kecamatan Pamatang Silimakuta, Kabupaten Simalungun kepada BS, mengatakan, kini
dari Haranggaol hingga Tongging sangat sulit mendapatkan ikan “Haporas”.
“Lima tahun silam, ikan “Haporas” mampu menghidupi warga
yang bermukim di pesisir Danau Toba dengan menangkap “Haporas” dengan jaring
tradisional. Saat itu harga Haporas masih Rp 2000 per kg. Namun karena
tingginya permintaan, banyak nelayan, mulai dari Samosir, Parapat, Tigaras,
Haranggaol, Tongging menangkap Haporas dengan pukat. Sehingga anak-anak ikan
Haporas juga ikut diangkut,” katanya.
Menurut Berlin Manihuruk, kini tak ada lagi warga pesisir
Danau Toba menggantungkan hidupnya dengan menangkap “Haporas”. Kalaupun ada,
sangat sulit dijumpai. Kini harga Haporas mencapai Rp 10 ribu per kg.
“Kami juga heran kenapa ikan Haporas ini bisa punah di Danau
Toba. Kini sangat sulit mendapatkannya. Bahkan pemerintah tak ada tindakan
untuk melarang nelayan yang menggunakan pukat untuk menangkap ikan Haporas
selama lima tahun terakhir. Mungkin itulah penyebabnya punahnya ikan Haporas di
Danau Toba ini,” ujar St Berlin Manihuruk.
Kilas Balik Jayanya Ikan Haporas di
Danau Toba
Ditaburnya ikan jenis bandeng bersisik ini di Danau Toba
merupakan niat Pemerintah mensejahterakan masyarakat pesisir danau. Namun, niat
baik pemerintah itu bertolak belakang dengan harga ikan Haporas yang saat itu harga
merosot (Rp 1000 per kilogram).
Kejadian miris itu terdapat di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pamatang Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Desa ini terletak dipesisir danau. Ikan “Haporas” menjadi makanan ternak Babi merupakan pilihan utama warga karena harga ikan hasil tangkapan warga desa hanya dihargai Seribu Rupiah per kilogram.
Kejadian miris itu terdapat di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pamatang Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Desa ini terletak dipesisir danau. Ikan “Haporas” menjadi makanan ternak Babi merupakan pilihan utama warga karena harga ikan hasil tangkapan warga desa hanya dihargai Seribu Rupiah per kilogram.
Menurut cerita Lamhot Saragih (29), warga Desa Hutaimbaru,
kepada Penulis di desa itu, Senin (22/10/2008) lalu, awal maraknya ikan jenis
Haporas di Danai Toba, dimulai tahun 2004 lalu. Saat itu Presiden Megawati
menabur benih jutaan ribu ekor ikan “Haporas” di Parapat, Simalungun Danau
Toba.
“Pertama kali, harga ikan Haporas dipatok para nelayan desa
ke tengkulak Rp 10 ribu perkilogram. Harga ini hanya bertahan selama dua bulan.
Kemudian merosot ke harga Rp 5000 per kilogram (tahun 2006) dan kini hanya
dihargai Rp 1000 per kilogram (2007). Gairah para warga menangkap ikan Haporas
kini mati suri. Warga menangkap Haporas hanya untuk makanan ternak
Babi,”katanya.
Hal senada juga diakui St B Manihuruk, peternak Babi di Desa
Hutaimbaru. Menurutnya, ikan Haporas lebih baik dijadikan makanan ternak babi
daripada di jual ke pekan (pasar). Biaya menangkap Haporas dengan jaring
biayanya mahal, namun tidak diimbangi dengan harga yang patut.
“Bukan hanya desa ini yang menjadikan ikan Haporas jadi
makanan ternak babi. Hampir seluruh warga desa d pesisir danau toba dari Desa
Haranggaol, Kecamatan Horisan Simalungun hingga Desa Tongging, Kabupaten Karo
juga melakukan hal yang sama. Seperti di Desa Soping, Bage, Baluhut,
Sibolangit, Nagori Purba, Sihalpe, Binangara, Gaol, Silumbak dan masih banyak
lagi,”katanya.
Menurut B Manihuruk, kenyataan miris itu terjadi saat itu.
Disaat orang susah mendapatkan ikan tawar untuk konsumsi, namun di desanya ikan
“Haporas” hanya dijadikan makanan ternak babi. Masyarakat desa saat itu menggantungkan
hidupnya pada ternak babi dan ayam karena bertanam bawang kurang berhasil.
“Hasil tangkapan ikan Haporas usai disangi dari jaringnya,
baru direbus dan diberikan kepada babi. Namun ada juga yang langsung memberikan
ikan “Haporas” secara mentah kepada ternaknya. Tapi kami heran kenapa
pertumbuhan ternak babi kami sangat lambat,”ujar B Manihuruk.
Sementara itu, Pangulu (Kepala Kelurahan) Desa Hutaimbaru
saat itu, Saudin Sidauruk mengatakan, hampir seluruh warganya yang beternak
babi memberikan ikan “Haporas” jadi makanan ternak mereka. Ini dilakukan karena
membeli pakan ternak mahal (ampas ubi, dedak) mahal Rp 2500 per kilogram.
Sedangkan harga jual Haporas hanya dihaegai Rp 1000 per kiligram,”katanya.
Pabrik Tepat Guna
Guna mengatasi hal itu. Pihaknya meminta bantuan pemerintah
Simalungun agar memberi pabrik pengolahan ikan “Haporas” tepat guna menjadi
bahan ternak babi dan ayam. Mereka juga menghaparkan agar ada pelatihan pabrik
sederhana yang dapat dimanfaatkan warga setempat.
“Hampir seluruh warga peternak ayam dan babi di pesisir
Danau Toba menjadikan “Haporas” jadi makanan ternak alternatif. Kondisi ini
sungguh ironis. Disaat masyarakat di daerah lain kesulitan mendapatkan ikan
tawar Danau Toba, di desa kami justru jadi makanan ternak. Ini sungguh
menyedihkan bagi warga yang hingga kini menggantungkan hidupnya dari nelayan
danau,”katanya.
Disebutkan, selama ini kondisi tersebut tidak diketahu
pemerintah setempat. Warga Desa Hutaimbaru juga meminta perantau sukses asal
Simalungun mau membantu mereka mengembangkan pabrik pengolahan ikan “Haporas”
di Simalungun.
“Kita harapkan kepada orang Simalungun yang sukses di
perantauan mau mengurangi beban warga yang kesulitan ekonomi. Melalui pabrik
tepat guna salah satu media yang dibutuhkan warga guna mengolah ikan ‘haporas”
jadi bahan pakan ternek,”katanya.
Pengamatan penulis, penangkapan ikan Haporas lumayan rumit
dengan jaring ikan (Daoton-red). Mengeluarga Haporas dari jaring cukup lambat
tidak seperti ikan Mujahir. “Ikan “Haporas” menjadi santapan babi (ihutanami)
di kampung kami.”kata Lamhot. Namun Ikan Haporas di Danau Toba Tinggal Kenangan
Akibat Keserakahan Manusia Untuk Menangkapnya Secara Membabi Buta. (Asenk Lee Saragih)
Ini Ada Email Masuk Ke Email Saya Untuk Order Ikan Haporas
Halo-terima kasih atas bantuan Anda Saya ingin membeli
HAPORAS (segar), IKAAN PORA PORA (IKAN BILIH) Nomor-a pembelian jangka panjang,
setiap hari 300 KG-500 KG Spesifikasi-4 cm-7,5 cm (ikan tubuh panjang, tidak
termasuk ekor ikan)
Persyaratan-mendalam dan dingin di kota Medan pengiriman (cash transaksi)
Harga-RP6000/KG Aku benar-benar ingin melakukan bisnis dan negara Anda, jadi harap Anda semua, harapan untuk memiliki Anda kabar baik, terima kasih ?? ? cwt47227@yahoo.com
Terima kasih atas surat Anda, saya membaca dari jaringan untuk tahu Anda hanya oleh Anda cakupan artikel, Anda sekarang seorang reporter yang tinggal di Jambi, rumah tinggal di Danau Toba desa di tepi, dari kota Medan dekat sini, Nelayan setempat hidup pahit, iKan Pora porar harga rendah, aku bisa lebih keluar 1 - 2 kali harga akuisisi.
Persyaratan-mendalam dan dingin di kota Medan pengiriman (cash transaksi)
Harga-RP6000/KG Aku benar-benar ingin melakukan bisnis dan negara Anda, jadi harap Anda semua, harapan untuk memiliki Anda kabar baik, terima kasih ?? ? cwt47227@yahoo.com
Terima kasih atas surat Anda, saya membaca dari jaringan untuk tahu Anda hanya oleh Anda cakupan artikel, Anda sekarang seorang reporter yang tinggal di Jambi, rumah tinggal di Danau Toba desa di tepi, dari kota Medan dekat sini, Nelayan setempat hidup pahit, iKan Pora porar harga rendah, aku bisa lebih keluar 1 - 2 kali harga akuisisi.
Pengadaan jangka panjang untuk membantu daerah nelayan Life
oleh diperlukan, sehingga mendorong Anda, dengan Anda tentang hubungan dan
persahabatan membantu saya menemukan pasokan ikan komersial, untuk aku ikan
komersial dari telepon atau kotak, sementara Anda juga bisa untuk Anda membayar
kampung halaman adalah kontribusi, milik Anda dari bantuan. terbatas berterima
kasih.
Seperti ikan pedagang tidak ditemukan di kota asal Anda, nelayan dapat pasokan ikan dealer atau Danau Toba Percaya bahwa militer dan politik hubungan Anda, untuk menemukan ikan pedagang tidak harus menjadi hal yang sulit, Selamat datang ke Taiwan untuk wisatawan, ada kesempatan untuk membuat teman, terima kasih.
ROSENMAN MANIHURUK-Halo Aku ikan yang hidup di Taiwan, karena mereka tidak tahu Bali Danau ikan pedagang, saya mohon Anda untuk membantu saya memberitahu saya menjual iKan ikan Pora (iKan haporas), saya ingin membeli banyak ikan, kira-kira 20000kg, kerjasama jangka panjang, Ikan Anda dapat batch pengiriman di kota Medan, (saya memiliki sebuah pabrik pengolahan ikan di Medan) Transaksi tunai
Terima kasih atas bantuan Anda Saya nama WEN TSUNG CHENG
E-MAIL cwt47227@yahoo.com. Saya sangat berharap bahwa Anda dapat memberi saya pesan cwt47227@yahoo.com.
ROSENMAN MANIHURUK-Halo I'm a fish living in Taiwan, because
they do not recognize the fish of Lake TOBA, I beg you to help me tell my sold
iKan Pora (iKan haporas) fish, I would like to buy a lot of fish, roughly
20000kg, long-term cooperation.
0 Comments