|
Lenon Sipayung, pada saat
Peluncuran Buku: Refleksi Melayani di Tengah-tengah Masyarakat: Lima
Puluh Tahun Pelpem GKPS di Pelpem GKPS, 8 April 2015. Foto St Jannerson Girsang. |
Pagi itu, 21 Mei 2015, saya sangat terkejut membaca status Paulus Sinaga, seorang staf Pelpem GKPS.
"Selamat jalan abangku........Jhon Lenon Sipayung," tulis Paulus Sinaga.
Kaget dan sedih!
Lalu,
saya mengamati foto-foto yang diposting dan ternyata yang meninggal
adalah Jhon Lenon Sipayung, staf Bidang Penyuluhan, Pelpem GKPS
Pematangsiantar.
Jhon Lenon Sipayung. Masih muda,
energik, harapan pemimpin Pelpem ke depan, sudah tiada. Orang yang
selalu menyapaku ramah, membesarkan hatiku, tak akan kutemui lagi untuk
selama-lamanya.
Direktur Pelpem GKPS juga mengirim kabar
duka melalui sms : "Selamat siang Pak. Kabar duka cita. Telah meninggal
dunia Bapak John Lenon Sipayung (staf Pelpem GKPS) tadi pagi pukul 01,
dikebumikan besok".
John Lenon Sipayung meninggal karena sakit dan dirawat beberapa hari di rumah sakit.
"Kamipun
sangat terkejut kepergiannya. Selama ini dia tidak pernah sakit dan
selalu bersemangat," kata Direktur Pelpem, Juniamer Purba.
Memori
kuputar ke peristiwa 8 April 2015, saat peluncuran buku: "Refleksi
Melayani di Tengah-tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS".
Itulah pertemuan terakhir kami.
Saat itu John Lenon adalah mengurusi undangan.Dengan baju warna cokelat, dan mirip dengan salah satu kemeja saya.
"Horas kela, sehat do ham torus," sapanya ramah. (Hotras. kela sehat aja terus)
"Ai mase ipakei ho bajungku ambia," kataku berseloroh. (Kenapa kau pakai bajuku, John)
"Yah ase tambah ganteng songon ham, Kela"katanya. (Biar tambah ganteng, seperti Kela)
John
Lenon kebetulan marga Sipayung dan lahir 1976 di Bandar Maruhur, Negeri
Dolok, satu kampung dengan mertua saya dan semarga dengan istri saya.
Kami begitu dekat dan akrab.
Lulusan Fakultas Ekonomi USU
Medan ini mulai bekerja di Pelpem GKPS pada tahun 2000. Selama 15 tahun
dia banyak di lapangan, bertemu dengan para petani. Pekerjaan yang
kurang mendapat perhatian para sarjana di era hedonisme ini.
Dalam
memori saya terakhir, pada tanggal 8 April itu John Lenon aktif di
pentas, ketika acara Peresmian Tiga Pilar Organisasi Rakyat bersama
Herman Sipayung, staf Pelpem.
Ketika pulang ke Medan, dari
jalan raya saya mendengar sayup-sayup suara mereka. Dan itulah kenangan
terakhir saya tentang pria yang suka menulis ini. John Lenon rajin
menulis artikel tentang pelayanan masyarakat di buletin AB mapun
media-media cetak lainnya.
John Lenon meninggalkan seorang istri Arny Hastuty Damanik, dan dua orang anak yang masih kecil-kecil.
"Yang tertua baru duduk di kelas 3 SD" ujar Direktur Pelpem yang saya hubungi sore ini.
Jenazahnya disemayamkan di rumah duka, Jalan Rakutta Sembiring, Pematangsiantar.
Besok, wakil ketua bidang hukum HAM dan pemberdayaan perempuan perempuan, DPC GAMKI Simalungun ini akan dimakamkan.
Selamat jalan kawan!
Saya
yakin Jhon tidak hanya mati untuk dirimu saja. Kau banyak meninggalkan
sesuatu yang bernilai buat banyak orang. "What we have done for
ourselves alone dies with us; what we have done for others and the world
remains and is immortal" (Albert Pike).
Hasil karyamu di
lapangan akan diingat ribuan petani. Kela akan selalu ingat sapaanmu
yang ramah, rasa humormu. Iide-idemu dan karyamu tentang publikasi
Pelpem, pengabdianmu selama 15 tahun di tengah-tengah masyarakat akan
berbuah.
Selamat Jalan John Lenon, kela sedih. Begitu
cepat kau pergi meninggalkan kami. Berkurang temanku chating di
Facebook, berkurang teman diskusi yang kritis dan smart! Turut Berduka. (St Jannerson Girsang)
0 Comments