Info Terkini

10/recent/ticker-posts

PENGALAMAN HARI PERTAMA BEKERJA PUTRI BONTOTKU, Devee Girsang

Devee Girsang saat wisuda dari President University, 6 Juni 2015. Foto IST/FB St Jannerson Girsang
"Selamat sore Father!. Enak banget di kantor ini. Lawyernya ramah. Smua baik. Terus makan siang disediakan ternyata...he..he,".

Demikian bunyi sms dari putri bontotku, Devee Girsang, sore ini sesaat menjelang pulang kantor. Pengalaman hari pertama bontor saya bekerja di hari pertama di sebuah kantor Lawyer di bilangan CBD Kuningan, Jakarta, setelah wisuda dari President University, 6 Juni 2015 lalu. 

Sebagai orang tua, mendengar kesan pertama bekerja anak, memupus semua kekhawatiran, kesusahan dan penderitaan selama ini. Ibarat kata pepatah: "Kemarau setahun, pupus oleh hujan sehari".

Terharu, bangga dan bersyukur. Anak bontot yang kebanyakan manja ternyata tidak dengan putriku yang satu ini. Bontotku selalu ingin melakukan sesuatu sendiri. 

Mencari sekolahnya sendiri. Bahkan sebelum lulus SMA Methodis di Medan, dia sudah mengikuti testing di President University, sebuah sekolah mahal di bilangan Cikarang, Jakarta. Saya yang lulusan IPB Bogor tahun 80-an, tidak pernah tau dimana dan bagaimana itu President University. 

"Nanti kalau tidak lulus di UMPTN, saya sudah punya tempat kuliah," katanya tiga setengah tahun yang lalu.Anak-anak kita jauh lebih pintar dan lebih berani dari kita. Saya selalu yakin itu. Makanya tidak pernah meragukan pilihan mereka!

Memang, perkiraannya benar. Dia tidak lulus UMPTN, seperti kakak-kakak dan abangnya. Dia akhirnya kuliah di Presdient University, sebuah sekolah dengan pengantar bahasa Inggeris, padahal dia adalah BTL, Batak Tembak Langsung dari Medan!

Kampus yang tak pernah kuimpikan sebelumnya, bukan hanya karena ragu kemampuan bahasa Inggerisnya, tetapi karena mahalnya uang kuliah. Kalau saya jumlah: jumlah ketiga uang kuliah kakak-kakak dan abangnya, 2 kali lipat dari dia sendiri. 

Di saat tenaga sudah lemah, di saat persediaan makin menipis, saya tidak mungkin mampu membayar uang kuliahnya. Orang tuanya bukanlah yang berkecukupan. 

Hanya punya modal prinsip. Kuliah adalah investasi prioritas! Apapun dikorbankan demi kuliah anak-anak. Doa dan air mata, itulah senantiasa membuat kami bersemangat dalam keadaan yang sangat terbatas. 

Mencari pekerjaan juga begitu. Tidak pernah mau menggunakan dukungan orangtuanya. Padahal, saya punya banyak keluarga dan teman lawyer. 

"Tidak usah bapak yang mencari pekerjaanku, biarkan putrimu mandiri Pak. I love you Father. You are my hero," katanya suatu ketika, saat saya menawarkan bantuan untuk membantunya mencari pekerjaan. 

Seperti menabur benih, kami sebagai orang tua tidak pernah mengetahui bagaimana prosesnya putriku ini menjadi sarjana hukum, kapan dia akan memperoleh pekerjaan. 

Kami tidak pernah khawatir seorang gadis harus kos sendiri di tempat yang jauh. Dari jauh saya hanya berdoa, memberi arahan.
Tuhanlah yang menumbuhkan benih yang kutabur itu dan kini sudah mampu mandiri, dalam usianya 22 tahun. 

Terima kasih Tuhan, semua Engkau buat indah pada waktunya.
Buat putriku Devee: orang tuamu akan selalu mendoakanmu dari jauh sayang!

Kejujuran, ketekunan, kerendahan hati, kerja keras adalah kunci sukses. Semoga tetap berada di jalur yang selama ini kita tempuh!

Terima kasih buat bere kami Grace Sibarani, yang beberapa bulan terakhir membuat tulang yakin, karena tinggal dekat dengan bontotku! 

Teman sejati adalah teman yang hadir pada saat kita susah. Tuhan memberkati kalian ya nang: Grace; Kau baik sekali nang, Tuhan akan membalas kebaikanmu! (St Jannerson Girsang)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments