St Jannerson Girsang Bersama Keluarga.FB |
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang memberikan kebebasan
berbicara kepada rakyatnya. Mengritik, mengoreksi kesalahan boleh-boleh
saja. Tetapi "menghina" orang, siapapun dia, termasuk menghina
agama, suku, adalah pekerjaan yang tidak diizinkan dalam demokrasi,
dimanapun di dunia ini.
Dalam kamus KBBI, menghina artinya
merendahkan; memandang rendah (hina, tidak penting), memburukkan nama
baik orang; menyinggung perasaan orang (spt memaki-maki, menistakan)
"Menghina" adalah perbuatan melanggar hukum.
Sayangnya, di alam demokrasi Indonesia sekarang ini, kita menyaksikan
begitu bebasnya orang melancarkan komentar-komentar atau pernyataan yang
kebablasan, bernada menghina, tetapi tidak terjerat oleh hukum.
Yang namanya menghina, orang melakukannya jelas tidak berniat baik,
tidak meemiliki peri kemanusiaan, menganggab manusia sebagai mahluk yang
lebih rendah dari dirinya. Dari pengamatan saya, umumnya, orang
yang suka menghina adalah orang yang tidak benar kerjanya, tidak beres
dengan dirinya sendiri, kurang kreatif, orang yang sering tersakiti,
dan tidak memiliki pertemanan yang baik, berkarakter buruk.
Kalau dia menghargai manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, maka dia
tidak sampai hati menghina, mempermalukan orang lain di depan publik
atau orang banyak. Dia akan mengajak bicara empat mata dan mengutarakan solusi.
Orang yang menempuh jalan menghina orang lain untuk menyatakan
eksistensinya adalah pengecut. Seringkali menaikkan statusnya melebihi
atasannya, menjadikan kelasnya di atas orang yang dihinanya.
Parahnya, orang yang suka menghina, biasanya mencari pengikutnya yang
tidak tau permasalahan, jadi ikut bersalah. Pengikut orang yang suka
menghina orang lain adalah para "pesakitan" yang tidak berfikir
rasional.
Belakangan ini penghinaan bawahan terhadap Pimpinan
tak jarang terjadi. Bahkan isu hangat saat ini adalah Menteri yang
menghina Presiden. "Ada menteri yang menghina Presiden. Pembantu
Presiden malah menghina," kata Tjahjo Kumolo di Jalan Denpasar Raya,
akhir Juni lalu.
Inilah jawaban Iwan Falls, seorang musisi
terkenal di negeri ini, soal hina menghina ini. Iwan Fals, musisi yang
selalu melakukan sindiran-sindiran sosial lewat lirik lagunya itu pun
mengingatkan bahwa siapa-pun yang menghina Presiden berarti menghina
rakyat.
"Presiden dipilih DPR,DPR dipilih rakyat, berarti kalau
ada yang hina presiden ya menghina rakyat dong," tulis Iwan Fals di akun
Twitternya @Iwanfals.
Jangankan Presiden, manusia biasapun tidak boleh dihina! Kata Iwan Fals, seorang Menteri harusnya membantu atasannya, bukan
malah menghina presiden. Sebab, menghina Presiden sama saja dengan
menghina rakyat.
Apalagi menghina rakyat biasa, lebih berat lagi!. Menghina sang pencipta, menghina Tuhan! "Yakinlah,bahwa si tukang menghina sedang bermasalah dengan dirinya
sendiri,si tukang menghina hidupnya tidak bahagia dan akan terus
mendapat masalah," ujar seorang motivator. (St Jannerson Girsang)
0 Comments