Pesawat Hercules C-130 (Antara/Widodo S.Jusuf) |
BERITASIMALUNGUN.COM, Jakarta-Pesawat Hercules C-130 milik TNI AU jatuh di Jalan Jamin Ginting,
Sumatera Utara, Selasa (30/6). Pesawat Hercules tersebut selama ini
memang masih dijadikan salah satu alat angkut atau transportasi utama
bagi TNI AU.
Pesawat Hercules merupakan pesawat lawas bermesin empat turboprop bersayap tinggi (high wing). Pesawat tersebut dikenal sebagai salah satu pesawat yang mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang jaraknya pendek atau tidak disiapkan.
Pesawat Hercules yang dimiliki TNI AU saat ini merupakan pesawat
"uzur" dan sudah terbilang cukup tua di kelasnya. Meski demikian,
pengamat militer Susaningtyas NH Kertopati, menilai, meskipun terbilang
pesawat tua, Hercules masih dianggap layak untuk digunakan dalam
berbagai misi.
Utamanya misi yang dijalankan pasukan TNI AU. "Hercules produksi tahun 1964, dengan empat engine. Sudah cukup tua, meski masih layak," kata Nuning, Selasa (30/6).
Dalam peristiwa jatuhnya Hercules C-130, Nuning menjelaskan berbagai
kemungkinan bisa menjadi faktor penyebab di luar faktor usia pesawat itu
sendiri.
"Human error (kesalahan manusia) juga mungkin. Ada
(kemungkinan) karena mungkin saat berkendara kurang menguasai medan dan
pesawatnya," terang Nuning.
Hercules tipe C-130 terbang pertama kali pada 23 Agustus 1954 dari
pabrik Lockheed di Burbank, California, Amerika Serikat (AS). Setelah
uji coba prototipe selesai, produksi kemudian sempat dipindahkan ke
Marietta, Georgia, di mana lebih dari 2.000 unit pesawat C-130 dibuat.
Indonesia menerima 10 pesawat C-130 dari pemerintah AS sebagai
penukar tawanan pilot CIA Allen Pope yang terlibat dalam pemberontakan
Permesta di Sulawesi pada tahun 1958.
Pada 1975, Indonesia menerima 3 buah C-130B. Pada 1980-an, di bawah
program untuk meningkatkan kemampuan angkatan udara Indonesia menerima 3
buah C-130H, 7 buah C-130HS (long body), 1 unit C-130 MP (patroli maritim).
Kemudian 1 buah L-100-30 (untuk keperluan sipil), dan 6 buah
L-100-30s yang dioperasikan PT Merpati dan Pelita Air untuk keperluan
transmigrasi. TNI AU juga mengoperasikan 2 unit KC-130 (versi air refuelling C-130) untuk keperluan pengisian bahan bakar di udara. (Yeremia Sukoyo/ED
Suara Pembaruan)
0 Comments