![]() |
St Jannerson Girsang/Repro |
"Jangan terlalu jauh melangkah, agar kamu tidak asing di
lingkunganmu," demikian kira-kira maksud Steven Covey dalam bukunya The
Eight Habits. Pagi yang cerah. Baru beberapa hari usai Natal dan
Tahun Baru. Alangkah senangnya hati, karena hari itu adalah hari
pertama saya memasuki dunia pendidikan, masuk kelas 1 SD, menuju Sekolah
Dasar Negeri 2 Nagasaribu, Kabupaten Simalungun.
Saat itu belum ada TK, seperti dialami anak-anakku, beberapa puluh tahun kemudian. Sekolah itu terletak 1 kilometer dari kampung kami, dan persis di Km
106 jalan raya Medan-Kabanjahe-Saribudolok, atau 106 kilometer dari
tempat saya menulis sekarang.
Jalan menuju ke sekolah ketika itu
masih mayoritas tanah dan hanya di beberapa tempat tertutup batu.
Kalau hujan, kadang saya menyaksikan orang-orang harus mendorong truk
atau bus, karena jalan licin dan mendaki menjelang kampung kami.
(Sekarang sih udah aspal semua).
Semua anak-anak ke sekolah
jalan dengan kaki ayam. Kalau menginjak aspal tengah hari, wah kaki
seperti dibakar rasanya. Alangkah baiknya kalau pakai sepatu.
Bukan karena mereka tidak punya sepatu, tetapi belum zamannya anak-anak
SD yang memakai sepatu ke sekolah. Semua harus seperasaan,
sepenanggungan.
Waktu itu saya melihat anak-anak SMP memakai
sepatu. Sekolahnya sudah di kota kecil di Saribudolok, ibu kota
kecamatan berjarak 7 kilometer dari desa kami.
Entah kenapa,
hari pertama itu saya memakai sepatu. Mungkin karena melihat
kakak-kakak SMP, atau mungkin juga kemauanku sendiri, karena senang
dengan sepatu baruku. Seingatku tidak ada yang menyuruh.
Sepatu
itu adalah sepatu Natal, sepatu kulit kebangganku. Sepatu yang kupakai
waktu pajojorhon (membaca ayat hafalan dari Alkitab di depan mimbar).
Refleks aja,saya memakai sepatu. Dan, tidak ada yang melarang. Di tengah jalan, anak kecil berusia 7 tahun itupun mendapat cemoohoan.
"Sok kali memakai sepatu,": demikian saya dengar seseorang berbisik.
Sebenarnya saya malu, dan ingin kembali ke rumah.Tapi, aku mendengar
cemoohan itu sudah kadung jauh. Lagi pula anak kecil berusia 7 tahun
takut jalan sendirian.
Sepatu membuatku tersiksa di sekolah.
Para seniorku juga banyak yang mencibir. "Mentang-mentang anak guru,
pakai sepatu ke sekolah." katanya sayup-sayup kudengar. Itulah
pengalaman pertamaku menginjakkan kaki di bangku sekolah, 47 tahun yang
lalu. Hari pertama yang seharusnya menyenangkan, tapi sangat menyiksa.
Apa ada yang salah?
Sejak itu, saya tidak pernah lagi memakai sepatu ke sekolah. Seingatku,
hingga tamat kelas enam. tidak ada yang memakai sepatu ke sekolah.
Semua kaki ayam.
Sebenarnya saya tidak melanggar hukum. Tapi
masalahnya, kalau kita sendiri asing dari yang lain, kita menjadi
cemoohan. Anak-anak SMP senior saya tidak mendapat cemohan.
Benarlah kata Steven Covey: "Jangan terlalu jauh melangkah, agar kamu tidak asing di lingkunganmu".
Sekolah itu masih kokoh berdiri hingga sekarang walau sudah renovasi
beberapa kali. Setiap kali melintas di jalan raya depan sekolah itu,
saya selalu ingat kisahku yang lucu dan menyakitkan ini.
Mengingat kisah ini, saya bisa ketawa sendiri. Malam inipun saya ketawa!. Clara Mariana Girsang, Patricia Marcelina Girsang, Bernard Patralison Girsang, Devee Girsang (St Jannerson Girsang)
![]() |
St Jannerson Girsang /FB |
0 Comments