DR IR PARULIAN SIMANJUNTAK MA (Alm) |
Rumah bertingkat di Jalan Sempurna, Gang Bahagia di bilangan Teladan Medan ramai dengan pelayat. Ada banyak anak SMA, para pelayat lainnya duduk di kursi di bawah
taratak yang sudah dipasang sejak kemaren. Papan bunga ucapan duka cita
berjejer sepanjang ratusan meter.
Kumasuki rumahmu. Kau
tidak bicara lagi. Tubuhmu terbaring kaku, berselimutkan kain Batak.
Photomu ukuran besar, dengan jubah prosesi tergantung di bagian kepala.
Kau terlihat gagah benar!. Sebuah photo ukuran lebih kecil diletakkan di
dekat kepala.
Tak bisa kubayangkan yang terbaring itu adalah
kau sahabat, Dr Ir Parulian Simanjuntak, yang lincah, cerdas dan
menyenangkan bagiku. Begitu cepatnya kau pergi teman!
Sore ini,
setelah melihat jenazahmu, aku benar-benar percaya, kau sudah pergi,
tidak tersenyum lagi padaku. Kau tidak mampu lagi bilang, "Son, Apa
kabar?"
Di sebelah kiri jenazah, duduk sedih, istrimu inang br
Tobing dan ketiga anakmu Monica--yang baru saja diterima jadi mahasiswa
baru di Undip Semarang, Viho yang masih SMA, dan Maueren, SD, serta
keluarga yang mengasihimu.
Tak ada lagi tangis. Mungkin sudah lelah sejak kemaren. Semua pasti sedih dan kaget. Dr Ir Parulian Simanjuntak, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP
Nommensen, orang yang kami kasihi, meninggal secara tiba-tiba kemaren.
Terjatuh di kantornya Fakultas Ekonomi, kemudian tanpa ada yang kuasa
menolongnya, dia menghadap sang Pencipta di Rumah Sakit Murni Teguh,
tidak jauh dari kampus Universitas HKBP Medan.
"Kami melarikan
bapak dari kantor Fakultas Ekonomi ke Rumah Sakit Murni Teguh, tetapi
tidak tertolong lagi,"kata Mangasa, Pembantu Dekan II FE, melalui
telepon, dari rumah sakit, kemaren.
Teringat di saat kita
pertama kali berkenalan di Bogor 35 tahun yang lalu. Satu kelompok di
Tingkat Persiapan Bersama IPB, Bogor.. Sama-sama di persekutuan kampus,
GMKI.
Kita berpisah di semester II, karena almarhum memilih
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, saya sendiri memilih Jurusan Ilmu-ilmu
Tanah.
Laki-laki lulusan doktor dari Boston University, Amerika
Serikat itu memiliki kegiatan yang cukup padat. "Kami pernah lima Tahun
di Dewan Riset Pemprovsu,"ujar Dr Meuthia Fadila Fachruddin, kerabatnya
dalam ucapan duka di FB saya.
Semua sudah berakhir kemaren. Kau tidak capek lagi menulis artikel baru, tidak capek lagi melayani
wartawan yang mewawancaraimu. Tak ada lagi canda ria.
Parulian dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, lincah bergerak, luwes
bergaul, dan cerdas. Setiap bertemu denganmu selalu berakhir dengan
cerita yang hangat.
Sayang, akhir-akhir ini sebelum meninggal
saya jarang bertemu denganmu. Pertemuan kita terakhir adalah ketika
Rapat Pimpinan Universitas tersebut dimana dia sudah mengabdi sejak
1985, 19 Agustus 2015 lalu.
Kita bertatap muka saat rapat.
Saling mengangkat tangan, tanda 'say helo". Pulangnya bersalaman, jabat
tangan, sambil ketemu jempol. Hangat dan bersahabat.
HIngga
kemarin, menjelang tengah hari, saya mendapat kabar melalui telepon.
"Pak Girsang, sudah dengar kabar? Pak Parulian meninggal,", kata seorang
teman melalui telepon.
Bagai disambar petir di tengah hari
dengan cuaca di Medan yang cukup panas. Saya hanya mampu berdoa.Semoga
keluarga yang ditinggal tabah. Dan saya yakin tidak mudah menerima
peristiwa menyedihkan ini.
Saya meerasa tidak siap melepasmu,
mungkin perasaan banyak orang sama. Mungkin juga kau belum siap untuk
pergi. Tak seorangpun siap mengalami seperti pengalalanmu kemaren.Semua
kita ingin masuk sorga tanpa melalui kematian. Meski itu mustahil.
"No one wants to die. Even people who want to go to heaven don't want
to die to get there. And yet death is the destination we all share. No
one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is
very likely the single best invention of Life. It is Life's change
agent. It clears out the old to make way for the new" (Steve Jobs).
Banyak hal yang kau pikirkan belum tercapai, banyak hal yang masih
ingin kau lakukan untuk Fakultas Ekonomi UHN. Baru setahun sejak kau
diangkat menjadi Dekan. Visi misimu belum tercapai. Semoga penggantimu
mampu melanjutkan cita-citamu.
Sore ini, saya bersama
teman-teman dan Yayasan Universitas HKBP Nommensen melayatmu kawan. Kami
sedih, kami sangat kehilanganmu. Semoga kau damai di sisiNya.
Kami berharap semua anak-anakmu meneladani kegigihan dan semangatmu, kecerdasanmu. Selamat jalan Parulian. Usia kita sama 54, tetapi Tuhan lebih sayang
padamu. Dia memanggilmu lebih dahulu. Semua akan menyusulmu, hanya kami
tidak tau kapan. Semua orang harus mati. Itu sudah hukum Tuhan.
.
Fotomu saat-saat kita bersama, kuabadikan awal bulan ini. Entah apa
yang ada dipikiranmu, aku tidak bisa bertanya lagi. Misteri inilah yang
membuatku sedih.
Fotomu ini kuambil saat Latihan Kepemimpinan di Kampus, di Ruang Justin. Kau sedang mendengar ceramah dari Rektor Sabam Malau, Ompui Ephorus Pdt WTP Simarmata, Prof Dr Albiner Siagian, Prof Dr Belferik Manullang. Lae Hans Midas Simanjuntak, Uli udah pergi! (St Jannerson Girsang)
***
Dapat Telepon Anak Diculik, Parulian Simanjuntak Meninggal Dunia
Suasana di rumah almarhum Dekan Fakultas Ekonomi Nomensen Dr Parulian Simanjuntak, Selasa (25/8/2015) . |
MEDAN - Ratusan keluarga besar Civitas Akademika
Universitas Nomensen melayat almarhum Dr Parulian Simanjuntak, di rumah
duka, Jalan Sempurna, Perumahan Puri Bahagia, Selasa (25/8/2015) malam.
Suasana haru menyelimuti saat tiba di perumahan tersebut, mahasiswa
serta kerabat almarhum Dr Parulian Simanjuntak terkejut dapat kabar
meninggalnya Dekan Fakultas Ekonomi Nomensen tersebut setelah menerima
telepon dari seseorang yang mengaku penculi putri ketiganya Maurel.
Seorang kerabat keluarga yang mengaku bernama Boru Sinaga mengaku
sangat terkejut ketika mendapatkan pesan Blackberry Messenger dari
keluarga dekatnya yang menyebut Parulian meninggal dunia karena
serangan jantung. Ia pun memutuskan pergi ke Universitas Nomensen.
"Sekitar pukul 11.00 WIB saya mendapatkan pesan dari keluarga bahwa
Bapak (Parulian) meninggal. Kemudian saya ke kampus, dari sana beberapa
teman menyatakan bapak (Parulian) meninggal setelah menerima telepon
anak ketiga diculik," ujarnya saat ditemui di rumah duka.
Ia menambahkan, informasi yang diperoleh keluarga, Parulian
menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 09.30 WIB. Setelah menerima
tiga telepon dengan nomor yang sama dari seorang penculik putri
ketiganya. Namun, setelah dicek tidak benar adanya penculikan.
"Saya tidak mengetahui secara pasti apa saja disampaikan orang yang
mengaku penculik itu. Tapi, setelah dicek Maurel yang kini duduk di
kelas 2 SD Global Prima dalam keadaan baik, artinya tidak benar adanya
penculikan tersebut," katanya.
Ia menuturkan, keluarga sangat kehilangan Parulian yang dianggap
ramah serta punya dedikasi dalam bidang pendidikan. Bahkan, ia tidak
tega saat melihat Maria Tobing (istri Parulian) dan Bebi Simanjuntak
(putri pertama Parulian) tiba di rumah duka.
"Anak pertamanya, akan kuliah di Undip, baru lulus dan sedang
mengikuti ospek. Jadi istri pak Parulian menemani putrinya beberapa hari
selama di Undip. Makanya, keluarga sangat terpukul, istri dan anaknya
sampai dibopong tiga orang tadi saat tiba di rumah duka," ujarnya.
Selain itu, Parulian meninggalkan tiga anak yang seluruhnya masih
kecil. Apalagi, selama ini Parulian merupakan tulang bunggung keluarga.
Tak hanya itu, ia berharap pelaku yang menelepon Parulian tersebut harus
ditangkap polisi.
"Saya tidak tega, sangat sedih, tidak kuat kalau melihat keluarga
yang masih kecil. Seharusnya ditangkap saja pelaku yang meneror kami
tadi," katanya.
Sedangkan, seorang alumni Fakultas Ekonomi Nomensen angkatan 1996,
yang dipanggil Stefan menjelaskan, saat kuliah, Parulian merupakan sosok
pengajar yang dekat sama mahasiswanya. Saban hari ia selalu memberikan
motivasi agar mahasiswanya sukses.
"Sangat dekat dengan mahasiswa, makanya saya dan teman-teman langsung
datang saat mengetahui telah meninggal. Bapak (Parulian) selalu
memberikan nilai bagus kepada mahasiswanya," ujarnya.
Ia mengungkapkan, teman-teman cerita sebelum meninggal Parulian
sedang berceritakan dengan teman-teman di kampus. Namun, tak lama
berselang mendapatkan tiga telepon dari orang tak dikenal. Sehingga,
terjatuh saat berada di ruang kerjanya.
"Telepon pertama seseorang itu menyampaikan salah sambung, telepon
kedua bilang anaknya di culik. Berselang beberapa lama, Pak Parulian
kembali menelepon balik mengacam polisi segera menangkap karena menipu.
Ketika dapat telepon ketiga, Si Penelepon mohon maaf. Namun tak lama,
Bapak jatuh dari kursi," katanya.
Dia menyampaikan, stafnya langsung melihat saat mendengar suara
benturan kursi yang jatuh. Kala itu, Parulian sudah tergeletak di
lantai, hanya dalam hitungan menit detak jantungnya sudah tidak ada.
Sehingga, pihak kampus langsung membawa beliau ke rumah sakit.
"Pada saat dibawa ke rumah sakit, sebenarnya tidak tak ada lagi
nafasnya. Kami sangat terkejut sekali. Waktu saya kuliah, Bapak masih
lajang. Jadi terasa kali dekat dengan mahasiswa. Acap kali mengobrol
berbagai hal," ujarnya. (Tribunmedan.com)
0 Comments