Info Terkini

10/recent/ticker-posts

MELAYAT DR IR PARULIAN SIMANJUNTAK MA

 DR IR PARULIAN SIMANJUNTAK MA (Alm)
Rumah bertingkat di Jalan Sempurna, Gang Bahagia di bilangan Teladan Medan ramai dengan pelayat. Ada banyak anak SMA, para pelayat lainnya duduk di kursi di bawah taratak yang sudah dipasang sejak kemaren. Papan bunga ucapan duka cita berjejer sepanjang ratusan meter. 

Kumasuki rumahmu. Kau tidak bicara lagi. Tubuhmu terbaring kaku, berselimutkan kain Batak. Photomu ukuran besar, dengan jubah prosesi tergantung di bagian kepala. Kau terlihat gagah benar!. Sebuah photo ukuran lebih kecil diletakkan di dekat kepala.
Tak bisa kubayangkan yang terbaring itu adalah kau sahabat, Dr Ir Parulian Simanjuntak, yang lincah, cerdas dan menyenangkan bagiku. Begitu cepatnya kau pergi teman!

Sore ini, setelah melihat jenazahmu, aku benar-benar percaya, kau sudah pergi, tidak tersenyum lagi padaku. Kau tidak mampu lagi bilang, "Son, Apa kabar?"

Di sebelah kiri jenazah, duduk sedih, istrimu inang br Tobing dan ketiga anakmu Monica--yang baru saja diterima jadi mahasiswa baru di Undip Semarang, Viho yang masih SMA, dan Maueren, SD, serta keluarga yang mengasihimu.

Tak ada lagi tangis. Mungkin sudah lelah sejak kemaren. Semua pasti sedih dan kaget. Dr Ir Parulian Simanjuntak, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen, orang yang kami kasihi, meninggal secara tiba-tiba kemaren.

Terjatuh di kantornya Fakultas Ekonomi, kemudian tanpa ada yang kuasa menolongnya, dia menghadap sang Pencipta di Rumah Sakit Murni Teguh, tidak jauh dari kampus Universitas HKBP Medan.

"Kami melarikan bapak dari kantor Fakultas Ekonomi ke Rumah Sakit Murni Teguh, tetapi tidak tertolong lagi,"kata Mangasa, Pembantu Dekan II FE, melalui telepon, dari rumah sakit, kemaren.
Teringat di saat kita pertama kali berkenalan di Bogor 35 tahun yang lalu. Satu kelompok di Tingkat Persiapan Bersama IPB, Bogor.. Sama-sama di persekutuan kampus, GMKI.

Kita berpisah di semester II, karena almarhum memilih Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, saya sendiri memilih Jurusan Ilmu-ilmu Tanah.

Laki-laki lulusan doktor dari Boston University, Amerika Serikat itu memiliki kegiatan yang cukup padat. "Kami pernah lima Tahun di Dewan Riset Pemprovsu,"ujar Dr Meuthia Fadila Fachruddin, kerabatnya dalam ucapan duka di FB saya.

Semua sudah berakhir kemaren. Kau tidak capek lagi menulis artikel baru, tidak capek lagi melayani wartawan yang mewawancaraimu. Tak ada lagi canda ria. 

Parulian dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, lincah bergerak, luwes bergaul, dan cerdas. Setiap bertemu denganmu selalu berakhir dengan cerita yang hangat.

Sayang, akhir-akhir ini sebelum meninggal saya jarang bertemu denganmu. Pertemuan kita terakhir adalah ketika Rapat Pimpinan Universitas tersebut dimana dia sudah mengabdi sejak 1985, 19 Agustus 2015 lalu.

Kita bertatap muka saat rapat. Saling mengangkat tangan, tanda 'say helo". Pulangnya bersalaman, jabat tangan, sambil ketemu jempol. Hangat dan bersahabat.

HIngga kemarin, menjelang tengah hari, saya mendapat kabar melalui telepon. "Pak Girsang, sudah dengar kabar? Pak Parulian meninggal,", kata seorang teman melalui telepon.

Bagai disambar petir di tengah hari dengan cuaca di Medan yang cukup panas. Saya hanya mampu berdoa.Semoga keluarga yang ditinggal tabah. Dan saya yakin tidak mudah menerima peristiwa menyedihkan ini.

Saya meerasa tidak siap melepasmu, mungkin perasaan banyak orang sama. Mungkin juga kau belum siap untuk pergi. Tak seorangpun siap mengalami seperti pengalalanmu kemaren.Semua kita ingin masuk sorga tanpa melalui kematian. Meski itu mustahil.

"No one wants to die. Even people who want to go to heaven don't want to die to get there. And yet death is the destination we all share. No one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is very likely the single best invention of Life. It is Life's change agent. It clears out the old to make way for the new" (Steve Jobs).

Banyak hal yang kau pikirkan belum tercapai, banyak hal yang masih ingin kau lakukan untuk Fakultas Ekonomi UHN. Baru setahun sejak kau diangkat menjadi Dekan. Visi misimu belum tercapai. Semoga penggantimu mampu melanjutkan cita-citamu.

Sore ini, saya bersama teman-teman dan Yayasan Universitas HKBP Nommensen melayatmu kawan. Kami sedih, kami sangat kehilanganmu. Semoga kau damai di sisiNya.

Kami berharap semua anak-anakmu meneladani kegigihan dan semangatmu, kecerdasanmu. Selamat jalan Parulian. Usia kita sama 54, tetapi Tuhan lebih sayang padamu. Dia memanggilmu lebih dahulu. Semua akan menyusulmu, hanya kami tidak tau kapan. Semua orang harus mati. Itu sudah hukum Tuhan. 

.

Fotomu saat-saat kita bersama, kuabadikan awal bulan ini. Entah apa yang ada dipikiranmu, aku tidak bisa bertanya lagi. Misteri inilah yang membuatku sedih.

Fotomu ini kuambil saat Latihan Kepemimpinan di Kampus, di Ruang Justin. Kau sedang mendengar ceramah dari Rektor Sabam Malau, Ompui Ephorus Pdt WTP Simarmata, Prof Dr Albiner Siagian, Prof Dr Belferik ManullangLae Hans Midas Simanjuntak, Uli udah pergi!  (St Jannerson Girsang)

***

Dapat Telepon Anak Diculik, Parulian Simanjuntak Meninggal Dunia

Dapat Telepon Anak Diculik, Parulian Simanjuntak Meninggal Dunia
Suasana di rumah almarhum Dekan Fakultas Ekonomi Nomensen Dr Parulian Simanjuntak, Selasa (25/8/2015) .
MEDAN - Ratusan keluarga besar Civitas Akademika Universitas Nomensen melayat almarhum Dr Parulian Simanjuntak, di rumah duka, Jalan Sempurna, Perumahan Puri Bahagia, Selasa (25/8/2015) malam.

Suasana haru menyelimuti saat tiba di perumahan tersebut, mahasiswa serta kerabat almarhum Dr Parulian Simanjuntak terkejut dapat kabar meninggalnya Dekan Fakultas Ekonomi Nomensen tersebut setelah menerima telepon dari seseorang yang mengaku penculi putri ketiganya Maurel.

Seorang kerabat keluarga yang mengaku bernama Boru Sinaga mengaku sangat terkejut ketika mendapatkan pesan Blackberry Messenger dari keluarga dekatnya yang menyebut  Parulian meninggal dunia karena serangan jantung. Ia pun memutuskan pergi ke Universitas Nomensen.

"Sekitar pukul 11.00 WIB saya mendapatkan pesan dari keluarga bahwa Bapak (Parulian) meninggal. Kemudian saya ke kampus, dari sana beberapa teman menyatakan bapak (Parulian) meninggal setelah menerima telepon anak ketiga diculik," ujarnya saat ditemui di rumah duka.

Ia menambahkan, informasi yang diperoleh keluarga, Parulian menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 09.30 WIB. Setelah menerima tiga telepon dengan nomor yang sama dari seorang penculik putri ketiganya. Namun, setelah dicek tidak benar adanya penculikan.

"Saya tidak mengetahui secara pasti apa saja disampaikan orang yang mengaku penculik itu. Tapi, setelah dicek Maurel yang kini duduk di kelas 2 SD Global Prima dalam keadaan baik, artinya tidak benar adanya penculikan tersebut," katanya.

Ia menuturkan, keluarga sangat kehilangan Parulian yang dianggap ramah serta punya dedikasi dalam bidang pendidikan. Bahkan, ia tidak tega saat melihat Maria Tobing (istri Parulian) dan Bebi Simanjuntak (putri pertama Parulian) tiba di rumah duka.

"Anak pertamanya, akan kuliah di Undip, baru lulus dan sedang mengikuti ospek. Jadi istri pak Parulian menemani putrinya beberapa hari selama di Undip. Makanya, keluarga sangat terpukul, istri dan anaknya sampai dibopong tiga orang tadi saat tiba di rumah duka," ujarnya.

Selain itu, Parulian meninggalkan tiga anak yang seluruhnya masih kecil. Apalagi, selama ini Parulian merupakan tulang bunggung keluarga. Tak hanya itu, ia berharap pelaku yang menelepon Parulian tersebut harus ditangkap polisi.

"Saya tidak tega, sangat sedih, tidak kuat kalau melihat keluarga yang masih kecil. Seharusnya ditangkap saja pelaku yang meneror kami tadi," katanya.

Sedangkan, seorang alumni Fakultas Ekonomi Nomensen angkatan 1996, yang dipanggil Stefan menjelaskan, saat kuliah, Parulian merupakan sosok pengajar yang dekat sama mahasiswanya. Saban hari ia selalu memberikan motivasi agar mahasiswanya sukses.

"Sangat dekat dengan mahasiswa, makanya saya dan teman-teman langsung datang saat mengetahui telah meninggal. Bapak (Parulian) selalu memberikan nilai bagus kepada mahasiswanya," ujarnya.

Ia mengungkapkan, teman-teman cerita sebelum meninggal Parulian sedang berceritakan dengan teman-teman di kampus. Namun, tak lama berselang mendapatkan tiga telepon dari orang tak dikenal. Sehingga, terjatuh saat berada di ruang kerjanya.

"Telepon pertama seseorang itu menyampaikan salah sambung, telepon kedua bilang anaknya di culik. Berselang beberapa lama, Pak Parulian kembali menelepon balik mengacam polisi segera menangkap karena menipu. Ketika dapat telepon ketiga, Si Penelepon mohon maaf. Namun tak lama, Bapak jatuh dari kursi," katanya.

Dia menyampaikan, stafnya langsung melihat saat mendengar suara benturan kursi yang jatuh. Kala itu, Parulian sudah tergeletak di lantai, hanya dalam hitungan menit detak jantungnya sudah tidak ada. Sehingga, pihak kampus langsung membawa beliau ke rumah sakit.


"Pada saat dibawa ke rumah sakit, sebenarnya tidak tak ada lagi nafasnya. Kami sangat terkejut sekali. Waktu saya kuliah, Bapak masih lajang. Jadi terasa kali dekat dengan mahasiswa. Acap kali mengobrol berbagai hal," ujarnya. (Tribunmedan.com)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments