Foto: Rachman Haryanto. |
Jakarta - Adnan Buyung Nasution (81), siapa yang tidak kenal.
Sejarah hidupnya penuh dengan perjuangan perlawanan. Salah satu yang
menonjol sikapnya melawan Soeharto di masa orde baru.
Kisah
Buyung dan Soeharto ini dituliskan dalam sejumlah bukunya. Seperti yang
dikutip detikcom, Rabu (23/9/2015) dalam buku, 'Nasihat untuk SBY' yang
terbit 2012, Buyung menyebutkan dia mesti hengkang dari Indonesia dan
hijrah ke Belanda karena adanya ancaman dari penguasa Orde Baru.
"Tahun
1987, ABN terpaksa meninggalkan Indonesia dan harus ke Belanda karena
'ancaman' dari pemerintah Orde Baru," tulis di buku terbitan Kompas
tersebut.
Buyung memang dikenal sebagai tokoh YLBHI yang berjuang
membela si miskin dan tertindas. Tak heran kalau dia berhadapan dengan
penguasa.
Di buku lainnya, "Pergulatan Tiada Henti, Dirumahkan
Soekarno, Dipecat Soeharto" terbitan Aksara Karunia pada 2004, pengacara
senior yang ini bercerita bahwa dia pernah menemui Presiden Soeharto
dan menyampaikan gagasan tentang pemberantasan korupsi.
Dalam
pertemuan itu, Buyung ditemani Harjono Tjitrosoebeno, Erie Sudewo, Fuad
Hassan, dan Reen Moeliono. Sementara Soeharto sebagai presiden
didampingi lima orang jenderal.
Di kesempatan itu, Buyung
menyerahkan dokumen tertulis. Buyung dan teman-temannya ingin Orde Baru
dibersihkan dari praktik korupsi serta menyeret siapapun, termasuk
petinggi ABRI yang korupsi ke pengadilan.
Setelah Buyung
mengucapkan itu, Soeharto beranjak pergi. Penguasa 32 tahun itu tak mau
lagi mendengar omongan Buyung. Tapi tak lama muncul pemberitaan di koran
yang judulnya, 'Kalau Bukan Buyung Sudah Saya Tempeleng'.
"Soeharto marah betul kepada saya," kata Buyung seperti tertuang dalam halaman 191 buku itu.
Buyung
pada masa era Orla turut menumbangkan Soekarno lewat Kesatuan Aksi
Sarjana Indonesia dan terlibat melahirkan pemerintah penggantinya di
bawah Soeharto. Namun meski demikian, Buyung tetap kritis pada Orba.
Buyung mengkritisi Orba terutama dalam mewujudkan keadilan bagi rakyat
kecil. Itulah yang kemudian mendasarinya melahirkan LBH dan YLBHI pada
tahun 1970. (Dtk)
0 Comments