Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Anak Asongan Itu Sudah Sarjana Hukum

http://www.metrosiantar.com/wp-content/uploads/2015/10/ROMANIS.jpg
PARA pembaca kenal Romanis Sipayung? Mungkin, tidak semua pembaca kami mengenalnya. Namun sosok anakmuda satu ini, minimal di kalangan sebahagian pedagang di seputaran Pasar Horas Pematangsiantar sudah tidak asing lagi dengan sosoknya.

Romanis sudah empat tahun, setiap pagi sekitar pukul 06.00 WIB berkeliling menjajakan lembaran koran di pusat kota bermotto Sapangambei Manoktok Hitei ini. Itu dikerjakannya setiap pagi. Bayangkan, empat tahun lamanya itu dikerjakannya bahkan hingga kemarin.

Bila hari ini, sebahagian pedagang di Pasar Horas tidak melihat Sipayung ini, meskipun harian Metro Siantar tetap bisa para pedagang baca dari asonga lain, Romanis bukan pergi dari Siantar. Tapi hari ini putra asal Silou Marawan Kecamatan Dolok Silau ini, sedang menjalani proses wisuda gelar Sarjana Hukum di Auditorium Radjamin Purba Universitas Simalungun (USI).

Ya, hari ini Kamis (22/10) dia menyelesaikan pendidikannya. Itu dia raih dengan sangat luar biasa. Luar biasa, karena itulah hasil dari peluh-peluh keringatnya sendiri selama empat tahun.

Rasa pegal sakit di kaki karena berjalan dari kantor Harian Metro Siantar di Komplek Megalend Jalan Sangnaualuh Damanik Pematangsiantar, dan berkeling di lorong-lorong Pasar Horas membuahkan hasil bagi dirinya.

Kini putra almarhum Tormailan Sipayung, ibu Rosdiana Purba sudah sarjana. Gelar pendidikan yang diraihnya itu, diperoleh dengan berpeluh-peluh keringat.

Kembali masa lima tahun lalu, sekitar bulan Agustus 2010 ketika dengan rasa keinginannya melanjutkan pendidikan, Romanis menemuiku di depan kampus USI sekretariat DPC Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) tempat saya selalu mangkal sebelum menjalankan aktivitas yang waktu itu masih sebagai redaktur Metro Siantar Group yang menerbitkan Harian Metro Siantar, Metro Asahan, Metro Tabagsel dan New Tapanuli.

Romantis datang dengan Jon Hotner Sipayung, pria yang kebetulan kami semarga pula. “Bang, nahado ase boi ahu kuliah. Ahu domma tammat han STM HKBP, mulak hu huta lang bakku. Bapakku langdongbe mama mando. 

Lang mungkin humbani mama hupindo duit ase boi ahu kuliah” “Bang, bagaimana caranya saya bisa kuliah, aku sudah tamat dari STM HKBP. Bapa sudah meninggal, tinggal ibuku yang ada. Tidak mungkin aku minta uang kuliah dari ibu,” katanya waktu itu.

Mendengar itu, aku menatappanya dengan tegun melihat sosok Sipayung ini. Karena aku diam belum member jawaban, Romantis menimpali lagi ucapannya.

“Pokokni Bang, ningon kuliah do ahu. Aha isuruhham horjaku hu horjaon. Asalma ahu kuliah,” “ Intiniya, aku harus kuliah Bang. Apapun kerja yang abang suruh kukerjakan,” ucapnya lagi.

Karena aku bekerja di media, sejak duduk kuliah di Fakultas Hukum USI, aku menawari Romanis menjual koran, ya koran Harian Metro Siantar. Sistim kerja dan apa yang bisa didapatnya aku terangkan sedetail mungkin.

Bukan bermaksud supaya Romanis mengikuti jejakku yang juga awalnya dari penjual koran di daerah Perumnas Batu VI dan Terminal Parluasan, tapi aku hanya ingin melihat kesungguhannya untuk kuliah.

Mendengar penjelasanku, Romanis yang ingin menjadi orang mandiri dan supaya bisa melanjutkan pendidikan, langsung menerima tawaranku.

Semenjak pertemuan itu, Romanis langsung bergabung bersama anak-anak asongan penjual koran menjual Harian Metro Siantar. Hari pertama dia membawa 20 eks koran dibawanya berjalan kaki ke seputaran RSUD dr Djasamen Saragih, dan hari-hari berikutnya hingga ke Pasar Horas.

Lembaran uang seribu hasil penjualan koran, dikumpulnya untuk biaya mendaftar kuliah kurang lebih setahun lamanya. Akhirnya September 2011, Romanis resmi menjadi mahasiswa Fakultas Hukum USI.

Setiap hari sebelum masuk perkuliahan sore, Romanis menjual koran. Dari kantor Harian Metro Siantar yang sekaligus sebagai tempat tumpangannya tinggal, dia berjalan kaki dari Jalan Sangnaualuh Damanik hingga ke Jalan Sutomo Kota Siantar.

Dua lokasi yang menjadi targetnya berjualan, yakni lokasi rumah sakit dan Pasar Horas. Para pengunjung rumah sakit dan pedagang di Pasar Horas pun membeli koran dari Sipayung ini. Bahkan bila ada yang kurang berkenan membeli, Romanis membujuk mereka supaya membeli, dengan alasan hasil penjualan korannya itu akan dipergunakan membiaya uang kuliahnya.

Selain menjual koran, Romanis juga sempat menjadi anak koran yang bertugas menyusun lembaran koran usai dicetak mesin. Itu dikerjakan pada dini hari setelah jam deadline koran selesai.

Ketika anak-anak muda seusianya sudah terlelap tidur, Romanis berjuang untuk bisa bertahan hidup dan mencari uang kuliah. Dalam benaknya, kuliahku harus dituntaskan. Dan hari ini itu sudah diraihnya. Ya…diarah dengan peluh dan kesabaran serta keinginan yang kuat dari dirinya.

Gelar Sarjana Hukum memang belum menuntaskan semua perjuangannya. Akan ada tantangan baru bagi Romanis, tantangan baru meraih masa depan, masa depan yang akan menjadikannya semakin dewasa menjalani hidup. Selamat kawan,,,selamat sobat!!(Catatan: Hermanto Sipayung/Pimred Metro Siantar)


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments