Kabut Asal di Langit Danau Toba. |
BERITASIMALUNGUN.COM, Parapat-Sejak sebulan lebih, kawasan Danau Toba
turut diselimuti kabut asap kiriman dari berbagai daerah di pulau
Sumatera yang sedang mengalami kebakaran hutan maupun kebakaran lahan.
Fauji, karyawan Inna Parapat Hotel, di
kota Parapat-Danau Toba, mengekspresikan kekesalannya terhadap keadaan
kota Parapat dan Danau Toba akibat kabut asap kiriman lebih dari sebulan
terakhir ini, “Bukan orang-orang (pengunjung, red) yang banyak datang,
asapnya yang banyak datang ‘pak. Penerbangan terganggu, bagaimana
wisatawan mau bertambah?”
Fauji juga menjelaskan bahwa pada libur
Lebaran Haji beberapa waktu yang lalu, pengunjung yang berlibur tidak
seramai biasanya. “Masak orang mau jauh-jauh datang liburan ke Parapat
ini untuk melihat kabut asap sambil pakai masker?”, sambungnya tertawa
kecut.
Sangat ironis untuk suatu kawasan wisata
yang pada dasarnya didatangi orang-orang yang ingin berlibur sambil
menghirup udara segar, justru repot untuk menjaga kesehatan akibat
kualitas udara yang buruk oleh kabut asap yang menyelimuti kawasan
wisata itu.
Dari informasi yang diperoleh saat
peliputan ini, kabut asap di sekitar kawasan Danau Toba sebenarnya sudah
“sedikit” berkurang dibandingkan pertengahan bulan September lalu.
Disamping terganggunya penerbangan ke dan dari bandara Kualanamu-Deli
Serdang yang mempengaruhi jumlah wisatawan yang datang ke Parapat dan
Danau Toba, kondisi kabut asap juga mempengaruhi minat wisatawan,
termasuk wisatawan lokal, untuk datang berlibur.
Pantauan BatakToday ketika
mengunjungi beberapa tempat di kota Parapat dan sekitarnya, di jalanan
banyak ditemui orang menggunakan masker, atau menutup mulut-hidung
dengan saputangan atau dengan bagian pakaiannya.
Kapal, motor-boat, dan banana-boat
yang biasanya terlihat lalu-lalang di danau juga menjadi pemandangan
yang sulit ditemukan. Kebanyakan kapal dan sarana wisata air lainnya
hanya tersandar di pelabuhan-pelabuhan kecil yang tersebar di tepian
danau.
Ketika BatakToday mencoba
berbaur dengan penduduk dan para pemancing di salah satu warung kopi di
lokasi pelabuhan milik pribadi yang terletak di pantai Ajibata, saat
disinggung mengenai kabut asap kiriman yang menyelimuti kawasan Danau
Toba, umumnya mereka berpendapat bahwa pemerintah harus segera mengatasi
kebakaran yang sedang terjadi, sehingga kabut asap ini dapat segera
berakhir.
Mereka juga mengatakan bagaimana mau meningkatkan dunia
parawisata kalau setiap tahun selalu terjadi kebakaran yang
mengakibatkan gangguan seperti sekarang ini.
Sedikit menggelikan ketika salah seorang dari pemancing mengatakan, “Na dohot do huroha mata ni akka dekke i maniak dibaen asap on, na maolan dapot, dang boi be huroha dekke i mangida uppan on.” (Barangkali ikan-ikan itu juga matanya pedih karena asap, payah dapat, tak bisa lagi ikan itu melihat umpan).
Pada kejadian lain salah satu pemancing yang memandang ke arah danau berkata, “Ai
tu dia do kapal an, meol-eol. Sotung do gabe sahat tu huta na asing
annon, ai so haidaan be sian na dao didia pasir situjuonna.” (Kemananya
kapal itu, tak jelas arahnya. Jangan jadi mendarat di kampung yang
lain, tak kelihatan lagi dari jauh pantai yang akan dituju).
Ama Beatrix Sianturi yang
datang belakangan ke warung itu, sambil membuka maskernya memberi
komentar tentang kabut asap, “Ini semua akibat ulah orang-orang serakah,
yang hanya memikirkan keuntungan tanpa perduli nasib orang lain.”
Dari amatan BatakToday, serta
pengakuan masyarakat, diperoleh gambaran bagaimana kabut asap telah
memberi akibat buruk terhadap berbagai aspek kehidupan di kawasan Danau
Toba.
Menjelang petang berakhir, boru Sirait pemilik warung kopi berkata dengan senyum penuh ironi khas Batak, “Alani asap begulattuk on, gabe boi hita marsitatapan dohot mata ni ari….” (Karena asap terkutuk ini, jadi bisa kita pandang-pandangan dengan matahari).
BatakToday meninggalkan pantai
Ajibata dan kota Parapat, sambil sesekali menatap langit berselimut
kabut asap di atas Danau Toba. Melihat matahari di atas danau, jadi
teringat kalimat yang menjadi bagian dari sebuah cerita humor, “Bulan do manang mata ni ari?” (Bulan kah atau matahari?)
BatakToday tak bisa menjawab, seperti perkataan inang boru Sirait, “Kabut asap hanya memberi kita kebebasan untuk menatap matahari di langit Danau Toba” .(AJVG)
0 Comments