ILUSTRASI |
Orang banyak duit itu idealis? Tidak untuk para pemimpinku dari Sumut yang ditahan KPK, karena korupsi. Beberapa hari ini saya sedih menyaksikan para tokoh-tokohku dari Sumatera Utara mengenakan seragam KPK.
Diantaranya adalah Mantan Ketua DPRD (2009-2014),Saleh Bangun (kini
calon walikota Binjai), Ketua DPRD Sumut Ajib Shah periode 2014-2019,
Wakil Ketua DPRD Sumut periode 2009-2014 dan Anggota DPRD Sumut periode
2014-2019 Chaidir Ritonga, serta Wakil Ketua DPRD Sumut periode
2009-2014 Sigit Pramono Asri. Ketiganya kini ditahan KPK karena terlibat
dugaan gratifikasi dalam kasus Interpellasi dan Anggaran dan Belanja
Daerah Pemprovsu.
Gubernur kami Gatot Pujo Nugroho sudah lebih dahulu mendekam di penjara.
Pagi ini saya membaca di media, Plt Walikota Pematangsiantar yang juga
mantan Kepala Kesbang, Pemprovsu, Eddy Sofyan juga sudah ditahan. Mantan
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
(Kesbanglinmas) Sumatera Utara itu sudah diperiksa sebagai tersangka
dalam kasus dugaan korupsi dana hibah dan dana bantuan sosial (bansos)
di Pemerintah Provinsi Sumut.
Eddy Sofian adalah pejabat senior
yang sudah malang melintah menduduki berbagai jabatan di Pemprovsu. Eddy
Sofian (orang yang kadang mengaku marga Purba, kadang Girsang
(namborunya boru Girsang almarhum adalah namborunya kandung dan dia
tinggal di rumahnya ketika kuliah), saat ditahan dia tidak bermarga).
Para pengamat memperkirakan, beberapa pejabat lain kemungkinan akan
bertambah, karena diduga juga menikmati dana-dana "illegal", memperkaya
diri sendiri dan kelompoknya.
Para pejabat yang ditahan itu,
seringkali menyebut diri mereka sebagai orang yang "siap" dengan
dirinya. Entah, apa definisinya "siap dengan dirinya".
Menurut
saya, siap dengan dirinya adalah tidak berbicara dan bertindak lagi
untuk dirinya. Dan memang umumnya mereka yang ditahan itu adalah
orang-orang yang sudah berkelebihan.
Siapa tak kenal Ajib Syah,
yang namanya terpampang di kampus-kampus sebagai penyumbang besar. Dia
juga masih terpilih jadi anggota DPRD (2014-2019). Keluarganya adalah
orang-orang yang cukup "materi" berada dalam kelompok terhormat di
Sumut.
Seringkali orang mendefinisikan "siap dengan dirinya"
dari sisi "materi", uang. Padahal, uang itu adalah "candu", seperti
meminum air laut. Orang yang sudah punya uang, ingin memiliki uang lebih
banyak lagi.
Saya justru lebih suka seorang pemimpin itu yang
idealis. Pikiran dan tIndakannya seluruhnya untuk bangsa ini. Bukan soal
banyak atau tidak "hartanya" atau uangnya.
"Siap dengan
dirinya" lebih pada idealisme. Saya setuju dengan pendapat Syamsul
Maa'rif, seorang pemimpin yang kukagumi. "Idealisme itu tidak ada
kaitannya dengan dompet".
Orang-orang yang ditahan KPK dari Sumut, umumnya orang yang sudah berjibun duit?.
Tokh, mereka tidak siap dengan dirinya. Haus akan uang!. Lalu?
Dalam kampanye orang-orang seperti ini selalu mendefinisikan dirinya
"sudah siap dan hanya memikirkan kepentingan bangsa," dengan muncung
menyimbolkan kesombongan, meremehkan orang-orang yang tak berduit yang
sesungguhnya idelis murni, bekerja untuk rakyat tanpa pamrih. Mereka
berhasil mengelabui rakyat. Mereka sebenarnya adalah "musang berbulu
ayam", "buah semangka berdaun sirih," kata Rinto Harahap. Kita serahkan kepada seluruh rakyat Sumut. (St Jannerson Girsang)
0 Comments