"Keinginan" dan "Kebutuhan",
seringkali bertabrakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Keinginan hanya
akan memuaskan kebutuhan fisik saja, tetapi kebutuhan akan memenuhi
tidak hanya kebutuhan fisik, tetapi juga kepuasan rohani kita, sesuatu
yang bernilai jangka panjang.
Suatu ketika di tahun 1997, saya bersama mas Adiputra Yuliyanto Gunawan, melakukan survey lapangan di Riau untuk kebutuhan data perencanaan telekomunikasi di Sumatera.
Biasanya sepulang survey seperti itu, cukup capek dan "ingin" hiburan
seperti menonton musik life sambil minum minuman penyegar, atau kadang
minuman beralkohol, di kafe.
Malam itu, saya kebetulan tidak
memilih ke kafe, tetapi ke Senaplan Plaza di pusat kota Pekanbaru. Di
sana saya mengunjungi sebuah toko buku dan melihat sebuah buku yang
cukup menarik, dan sering kudengar dibicarakan orang. The Seven Habit,
buku berwarna biru, yang ditulis oleh Steven Covey. Malam itu saya
melahap hampir separuh isi bukunya, dan bisa tidur lelap setelah tengah
malam.
Buku ini berisi penjelasan tentang tujuh kebiasaan
orang-orang paling efektif. Buku terkenal Seven Habits yang terbit
1989, telah menjadi pedoman atau referensi para pemimpin atau manajer,
dan banyak mempengaruhi karakter para pemimpin dunia, termasuk
Indonesia. Karya Steven Covey ini sudah terjual lebih dari 20 juta dan
tentu dibaca lebih dari jumlah buku yang terjual. (2004, buku ini
diperbaharui menjadi The Eiggt Habit).
Buku ini hingga sekarang masih ada di rak buku saya, dan pernah dipinjam putri saya Patricia Marcelina Girsang
selama setahun ketika dia kuliah di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia (2006-2010). Saya yakin, dia pasti memperoleh sesuatu dari
buku ini.
Buku seharga Rp 60-an ribu itu, telah kubaca dan juga
dibaca oleh anggota keluarga saya yang lain. Setelah 18 tahun, buku itu
masih kubaca ketika menulis berbagai hal tentang motivasi, atau menjadi
inspirasi dalam diskusi.
Isi buku itu juga menginspirasi saya
menulis beberapa artikel yang menghasilkan uang nilainya berlipat-lipat
dari harga bukunya sendiri. Fotoku bersama buku The Seven Habit
kuabadikan di Google sebagai foto profil yang sangat bersejarah dalan
kehidupanku. Foto kebanggaan!
Toko Buku dan Kafe, dua hal yang
sangat berbeda. Nilai sebuah buku adalah sebuah pengalaman baru, hidup
baru, pengetahuan baru.
Christopher Morley (1890 – 1957),
seorang wartawan dan penulis novel berkebangsaan Amerika, mengatakan:
“Ketika anda menjual sebuah buku kepada seseorang Anda tidak hanya
menjual 12 ons kertas, tinta dan lem. Anda menjual hidup baru.
"When you sell a man a book you don't just sell him 12 ounces of paper and ink and glue. You sell him a whole new life".
Seandainya memilih ke kafe ketika itu, saya paling tidak mengeluarkan
Rp 100 ribu. Sementara beberapa kafe yang pernah saya kunjungi di
Pekanbaru namanyapun saya sudah lupa. Dia hilang bersama waktu, tidak
banyak memberi manfaat dalam kehidupan! Menabur uang untuk sesuatu yang
hanya memenuhi keinginan.
Cermatlah memilih : keinginan atau kebutuhan! Mungkin bagus untuk kampanye minat baca: Dwi Endah Purwanti, Rizal Surya, Asenk Lee Saragih II. (St Jannerson Girsang)
0 Comments