Info Terkini

10/recent/ticker-posts

MENJELANG NATAL 2015

ILUSTRASI.BELANJA NATAL.
(Kisah ini adalah fiktif, bukan kisah nyata. Hanyalah khayalanku semata). Dari pagi, seorang ibu susah memikirkan uang belanja menjelang Natal. Putri bungsunya terus merengek meminta beli baju baru ke Carfour.

Padahal, kemaren mereka baru mengirimkan uang kuliah dan uang belanja dua anak mereka berada di Jakarta. Uangnya sudah ludes!
Belum lagi memikirkan atap rumah tipe 21nya di sebuah perumnas yang bocor dan setiap hujan harus menampungnya di ember.

Hari sudah siang. Dia belum membeli apa-apa untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Jangankan pulang kampung, tinggal di kotanya saja, biaya makan dan biaya beli baju untuk anak bungsunya yang masih Sekolah Minggu aja sudah pusing.

Dia teringat kepada temannya, bekas satu kelasnya, yang berada di sebuah kompleks elit di Setia Budi Indah.
Dia mengambil Handphonnnya dan memutar nomor teman akrabnya semasa SMA itu.

"Eda Dewi, ini aku, Martha," katanya menyapa.
"Oh, Eda Martha, pa kabar.Wah, udah lama nih nggak ketemu. Mampir dong,"katanya. . .

"Ya Eda, aku mau ke rumah edalah. Ada perlu,"
"Datanglah Eda, laginya rumah sepi. Cuma sendiriran sama pembantu, Kangen kongko-kongko. Datang ya. Kutunggu," jawab temannya di seberang.

Si ibu lega. Dengan keyakinan penuh, dia naik angkot dan kemudian naik beca, hingga tiba di depan rumah yang dituju.

Sejenak dia berhenti di depan rumah memperhatikan bangunan serta halaman luas yang dihiasi dengan bebungaan dan taman yang indah. Pagar rumahnya tidak terlalu tinggi, sehingga dapat diamati dengan bebas dari depan gerbang.

"Oh, senangnya temanku ini,"pikirnya dalam hati.
Kemudian dia mendekat ke gerbang dan memencet bell. Tak lama sang teman sudah muncul di depan rumah. Mereka dulu teman sebangku dan begitu melihat ibu tadi muncul di gerbang, dia langsung berlari menuju gerbang.

"Eh, si eda....aduh. Kebetulan sekali eda datang. Udah rindu kali aku. Udah lama kita tak jumpa. Ayo-ayo masuk Eda," katanya ramah, dan membuka pintu gerbangnya lebar-lebar.

Keduanya berpelukan sejenak, karena meski mereka tinggal satu kota, jarang sekali ketemu.

"Eh, eda makin cantik aja," kata di ibu memuji temannya. "Akh, eda ini ada-ada aja!" jawab tuan rumah!
Keduanya sudah di ruang tamu. Tuan rumah langsung ke dapur mempersiapkan minuman.

"Eda duduk dulu yah. Saya buat kopi kesukaanmu. Itu lho kopi Sidikalang," katanya.

Sang ibu duduk di kursi tamu. Dia memperhatikan perabotan rumah temannya. Kursi yang sama pernah dia lihat di Carfour Harganya 50 juta ada di ruang tamu itu. Dan dia duduk di kursi itu sekarang.

Dia memandang sekelilingnya. Lemari hias di rumah itu wah, ratusan juta, seperti pernah dilihatnya di Medan Plaza, sebelum terbakar.


"Eda...ini dia kopinya," kata tuan rumah ramah. Lantas mempersilakan minum dan membuka toples berisi kue Singapura yang dibawa suaminya dua bulan lalu. 
Mereka ngobrol sana sini. Saling memuji dan mengenang masa lalu mereka saat satu bangku di SMA, belasan tahun lalu. Mereka teringat guru mereka yang lucu, cinta monyet, serta apa saja yang membuat mereka bisa tertawa.


Sang ibu teringat kesulitan yang dihadapinya. Dia membayangkan begitu senangnya temannya ini. Punya rumah besar, di garasi ada dua mobil mewah.

"Senanglah kamu Da. Suamimu pejabat, ganteng, banyak duit," ujar ibu yang pusing memikirkan kebutuhan anak-anaknya menjelang Natal ini.

"Ah eda ini, Kamulah yang senang eda Anak-anakmu semua baik-baik. suamimu baik, dan setiap hari ada di rumah," kata tuan rumah, seorang istri manajer sebuah perusahaan besar.

"Omong-omong tadi apa perlunya sih?. Kok siang-siang begini datang ke rumah. Pasti ada yang perlu," sapa tuan rumah ramah.

"Ya, ini eda. Eda kan tau saya masih berat belanjaannya. Anak-anak masih kuliah. Taulah eda berapa gajinya bapaknya anak-anak. Pembayaran uang kuliah aja kami sudah ngosngosan, di Natal begini banyak kebutuhan," ujar ibu anak empat orang ini menjelaskan kesulitannya.

"Kalau boleh, aku pinjam uang Rp 2 juta dulu ya. Bulan depan, kubayar," ujarnya.

"Eda, eda. Pastilah. Uang segitu aja. Ada..ada," katanya.
Sang tua rumah bergegas ke kamar dan mengambil uang yang sangat diperlukan temannya itu.

Sang ibu sangat lega!. Ternyata di hari Natal ini dia masih bisa membeli baju baru putri bungsunya, yang sejak kemaren sudah mendesaknya ke Plaza.

"Nih Da!" ujar tuan rumah sambil menyerahkan uang Rp 2.5 juta dalam amplop. Sang ibu menghitungnya. "Wah, kok uangnya lebih Rp 500 ribu da?' katanya.

"Nggak apa-apa," hadiah Natal untukmu dan putrimu.
"Terima kasih banyak ya Da. Kalau nggak ada Eda, saya tidak tau lagi kemana harus minjam. Sudah banyak lho Da tempatku keminjam uang. Malu kalau terus terusan. Doakan yah biar anak-anakku cepat selesai," katanya.

"Bulan depan kukembalikan ya Da, pas gajian bapaknya anak-anak," ujar sang ibu polos!

Sang ibu permisi pulang. Hatinya begitu berbunga-bunga. Di pintu gerbang keduanya berpelukan. Sang tuan rumah mendekap si ibu cukup lama, dan mengutarakan permasalahan besar rumah tangganya.

Sang tuan rumah berbisik. "Buat Eda tau!. Suamiku sedang di penjara. Sudah sebulan. Dia ditangkap dan kemudian ditahan KPK karena proyek pemerintah yang dikerjakannya, ternyata bermasalah. 

Anak-anakkupun semua tidak ada yang sekolah. Mereka cuma suka keluyuran dan foya-foya. Kaulah yang enak Da. Doakan ya Eda!" katanya sedih sambil menitikkan air mata.

Alangkah kagetnya sang ibu yang sudah diberi pinjaman tadi. Dia merasa serba salah dan benar-benar kasihan melihat teman baiknya itu.

Dia tidak menyangka keadaan rumah tangga itu begitu runyamnya. Tapi dia heran karena begitu lama mereka berbincang, tidak ada sedikitpun raut muka temannya menyinggung keberadaan rumah tangganya.

"Maaf ya Eda. Di saat begini saya datang, tapi saya berharap Eda tetap tegar. Saya akan berdoa buat Eda," ujarnya.

Sang ibu menaiki becak dan melambaikan tanggannya dan dibalas tuan rumah. "Daaag, Edaku yang baik. Hati-hati di jalan. sampaikan salamku untuk putrimu," kata tuan rumah.

Di atas becak, sang ibu merasa bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapinya tidak seberapa besar dibanding teman akrabnya itu.
"Tak kusangka sama sekali,"pikirnya dalam hati!.Dia sangat bersyukur suaminya bergaji kecil, anak-anaknya sekolah.

Masalah uang yang dihadapinya, tidak seberapa besar dengan masalah teman akrabnya semasa di SMA itu. "Oh Tuhan, kasihanilah temanku" katanya dalam hati. . .

Dia bersyukur masih bisa merayakan Natal bersama keluarga, masih bisa ke gereja tanpa rasa malu, masih bisa menyambut sang Juru Selamat, berasama putri sulungnya dan suaminya seorang staf di sebuah kantor pemerintah. Ternyata masalah besar manusia bukan cuma soal ekonomi! Martabat manusia, jauh lebih berharga. (St Jannerson Girsang)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments