Ramlo R Hutabarat.ist |
BERITASIMALUNGUN.COM-Saya Orang Simalungun yang berasal dari Tapanuli. Silindung persisnya. Dari marga saya, Hutabarat, itu dapat dilihat. Bukan Sinaga, Saragih, Damanik atau Purba. Saya tinggal dan bermukim di Nagori Siantar Estate Kecamatan Siantar. Sebuah kawasan yang indah menawan dan mempesona, yang terletak di Tepian Bah Bolon. Sebuah sungai yang hulunya di Simalungun Bagian Atas, dan mengalir sampai jauh ke Selat Malaka. Saya Orang Simalungun.
Belakangan Simalungun dalam keadaan porak poranda. Centang perenang tak karu-karuan dan kacau balau. Sebagai sebuah daerah otonomi berbentuk kabupaten, Simalungun dinyatakan daerah yang hampir bangkrut. Kondisi keuangan daerahnya parah sekali hingga hampir tak mampu membiayai segala macam keperluannya. Itu antara lain disebabkan tata kelola keuangannya yang tidak tertib dan tidak berdisiplin. Para penyelenggara pemerintahannya terkesan tidak memiliki itikad baik.
Berbagai infrastruktur hancur-hancuran. Ruas-ruas jalan misalnya, banyak sekali yang rusak porak poranda tak karu-karuan. Lihat misal pada ruas jalan Tanahjawa - Raja Maligas, Pematangsiantar - Sidamanik, dan banyak lagi. Mencari ruas jalan yang dalam kondisi baik di Simalungun, sama sulitnya dengan mencari maling di Masjid.
Jaringan-jaringan irigasi juga porak poranda. Dulu di zaman pemerintahan almarhum JP Slitonga, pernah dilakukan pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jaringan irigasi secara besar-besaran.
Dananya berasal dari Bank Pembangunan Asia (ADB, Asian Development Bank) Tapi sekarang, semuanya sudah rusak, tanpa upaya perbaikan. Akibatnya gampang ditebak. Petani sawah kesulitan mengolah lahan pertaniannya. Banyak di antara mereka yang mengalihfungsikan lahan pertanian sawahnya menjadi tanaman singkong , jagung atau bahkan tanaman kelapa sawit.
Padahal, dari dulu Simalungun dikenal sebagai daerah swasembada beras. Bahkan, Simalungun juga disebut sebagai lumbung beras di Sumatera Utara. Sekarang semua itu cuma tinggal cerita. Kenangan yang pahit untuk diingat. Hidup yang sesungguhnya adalah hari ini.
Para penyelenggara pemerintahan, selalu grasa-grusu dalam kesehariannya. Mereka merasa tak aman dan tak nyaman saat melakukan tugasnya. Selalu dan kerap sekali dilakukan mutasi dari suatu jabatan ke jabatan lain. Boleh jadi juga, dari menduduki jabatan menjadi tidak menduduki jabata sama sekali tanpa sebab yang jelas. Banyak sekali pula yang cuma sekejab menduduki suatu jabatan. Belum lama dilantik, tiba-tiba dicopot. Juga tak jelas dengan alasan apa.
Itu semua dikarenakan oleh tingkah, ulah dan sikap kepala daerahnya lima tahun terakhir, JR Saragih. Dulu waktu dia kampanye untuk dipilih menjadi Bupati Simalungun, dia berjanji akan membangun daerah ini dengan baik dan benar. Dia berjanji akan membawa perubahan. Dan anak negeri Simalungun terpana serta terpesona. Maka ramai-ramailah mereka memilih JR Saragih.
Tapi apa yang ada. Janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi. Sehari setelah dilantik menjadi Bupati Simalungun, JR Saragih segera mengganti beberapa pejabat eselon II. Masih hitungan bulan sebelah telapak tangan, hubungan JR Saragih dengan Wakil Bupati Simalungun Nuriaty Damanik pun retak bahkan pecah. Bagaimana Simalungun bisa dibangun dengan baik dan benar kalau bupati dan wakilnya berantam ?
Maka Simalungun yang sudah rusak pun semakin rusak juga. Anak negeri diabaikan bahkan dianggap tidak ada. Ditambah pula dengan dikurasnya sumber daya alam dengan sesuka selera, Bumi Simalungun pun rusak porak poranda. Banjir selalu menghadang meski yang menderita dibuatnya adalah Kota Pematangsiantar, Batubara, Asahan, Serdang Bedagai, Kota Tebingtinggi dan Deli Serdang.
JR Saragih pun, agaknya masih berambisi untuk mempertahankan kekuasaannya. Dia pun ikut (lagi) menjadi Calon Bupati Simalungun 2015 dengan segala macam upaya. Tapi Tuhan berkehendak lain, dalam proses selanjutnya KPU Simalungun membatalkan posisi JR Saragih sebagai Calon Bupati Simalungun. Sebuah peringatan dari Tuhan sebenarnya, tapi JR Saragih mengabaikannya.
Lewat PT TUN Medan, JR Saragih pun melakukan gugatan. Dia keberatan telah dibatalkan KPU Simalungun sebagai Calon Bupati Simalungun. Sebuah Sidang di PT TUN Medan digelar, meski sebuah Sidang illegal. Dan sungguh, JR Saragih merupakan seorang yang perkasa tak ada tandingan. Semua bisa diaturnya, sesuai kehendaknya.
JR Saragih lupa, Tuhan tidak tidur. Meski dia seorang perkasa tiada tandingan, tapi ada Tuhan Yang Maha Adil. Bisa saja tak ada manusia yang mampu menghempang ambisi JR Saragih, tapi Tuhan bekerja untuk ummatNya. Mata hati Calon Bupati Simalungun lainnya dicelikkan, hingga pagi ini mereka mendatangi Bawaslu Sumatera Utara di Medan. Tumpak, Nuriaty, Evra dan Lindung mengadu kepada Bawaslu bahwa Sidang di PT TUN Medan adalah illegal.
Dengan situasi yang seperti ini, saya pun yakin sekali ambisi JR Saragih untuk menjadi Calon Bupati Simalungun 2015 (lagi) akan terhempang. Alhasil, pilkada Simalungun 2015 bisa dilaksanakan dengan empat peserta, Nuriaty, Lindung, Tumpak dan Evra minus JR Saragih. Dengan begitu, mimpi JR Saragih menjadi Bupati Simalungun (lagi) akan hanya ada dalam mimpinya saja.
Dan saya juga yakin, setelah Simalungun dipimpin oleh entah Nur, Tumpak, Evra atau Lindung, daerah ini akan bisa diperbaiki yang oleh kawan-kawan saya di Asahan dan Batubara disebut sebagai ‘dibolo’
(Siantar Estate, 16 Desember 2015-Ramlo R Hutabarat)
0 Comments