I Wayan Sumardana (31) alias Sutawan, pria asal Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, yang berhasil membuat tangan robot untuk membantunya bekerja sehari-hari sebagai tukang las.Foto |
BERITASIMALUNGUN.COM, KARANGASEM-Cuaca di Banjar Tauman, Desa
Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu
(20/1/2016) siang, tampak cerah, secerah senyuman di wajah I Wayan
Sumardana (31) alias Sutawan di bengkelnya di tepi jalan desa.
"Silakan masuk, silakan. Ya begini... Maaf berantakan," ujar pria yang kerap disapa Tawan itu sambil tersenyum saat Kontributor Kompas.com, Sri Lestari, berkunjung.
Saat
itu, ada tiga orang lain yang sedang menunggu di bengkelnya. Mereka
adalah para pelanggan Tawan. Rupanya, Tawan tengah mengelas salah satu
komponen untuk bumper mobil salah satu pelanggannya.
Saat
mengelas, gerakannya tampak normal meski dia mengerjakan dengan tangan
kiri dari sebuah rakitan mekanik. Ada pula rangkaian kabel yang
melingkar di kepalanya yang tersambung dengan robot di tangan kirinya.
Ya, sosok Tawan kini populer karena tangan robot buatannya.
Namun siapa sangka, kisah di balik membuat tangan robot ini tidak mudah dilaluinya.
Stroke
Pada pertengahan 2015 lalu, Tawan terserang stroke. Tangan kirinya lumpuh. Dia pun bingung karena sebagai tukang las, dirinya tak mungkin bekerja dengan satu tangan saja.
"Awalnya kan karena tangan saya tidak bisa digerakkan, stroke.
Terus saya berpikir bagaimana kerja kalau tangannya struk? Makanya saya
membuat rancangan tangan ini, banyak yang bilang tangan robot," kata
Tawan.
Dia pun tak patah semangat. Cita-citanya sederhana,
bagaimana agar dia bisa kembali bekerja mengelas setiap hari seperti
biasanya.
Internet dan ilmu di STM
Dia
pun memutar otaknya. Berbekal informasi dari internet dan ilmunya selama
bersekolah di jurusan Elektro Sekolah Teknik Menengah (STM) Rekayasa
Denpasar hingga tahun 2002 lalu, Tawan lalu mulai merakit tangan robot
sejak empat bulan lalu.
Tawan menuturkan bahwa cara kerja tangan
robot buatannya ini masih sederhana. Masih banyak kekurangan di
sana-sini. Oleh karena itu, dia masih terus belajar dan berburu
informasi di internet untuk menyempurnakan robot buatannya itu.
"Ini
masih penelitian. Ini kan sudah empat bulan jalan, Saya ingin tahu,
enam bulannya bagaimana? Apakah saya tambah pintar atau tambah bodoh?"
tambahnya.
Dia mengaku masih mencari perangkat yang fleksibel,
praktis, ringan dan mudah dipakai sehingga nanti bisa ada orang lain
yang juga memakainya.
Saat ini, peralatan tangan robot buatannya
ini memiliki berat sekitar 9 kg. Dia merakitnya dari berbagai barang
bekas, seperti besi, baut, mur, kabel dan peralatan pendukung lainnya. (Sumber: Kompas.com-
Penulis | : Kontributor Denpasar, Sri Lestari |
Editor | : Caroline Damanik) |
0 Comments