Setiap tahun pada tanggal 14 Februari, tak terhitung jutaan orang merayakan sebuah hari yang kita kenal sebagai Hari St. Valentine. Jutaan kartu berbentuk hati dan cokelat diberikan sebagai hadiah, dan bahkan gereja-gereja mengadakan pesta Valentine pada hari yang juga disebut “Hari Cinta” ini.
Di sekolah-sekolah, dari pra sekolah hingga Teman
Kanak-kanak, anak-anak senang melakukan pertukaran kartu yang berbentuk
hati. Orang-orang dari segala usia juga turut serta, dan kata-kata yang
terdengar dimana-mana pada hari itu adalah, Be my valentine.
Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa kebanyakan orang tidak pernah
mempertanyakan asal-usul/ adat istiadat perayaan Valentine.
Sebagian
orang hanya ikut-ikut saja dan tak pernah mempertimbangkan bagaimana
Tuhan merasa tentang Valentine yang berhubungan erat dengan lambang hati
ini. Ketika kita menganggap bahwa Hari Valentine adalah hari yang
menyenangkan, adalah penting bahwa kita mendengarkan kata-kata berikut
yang diucapkan oleh Yang Mahakuasa dalam Yeremia 17:9-10.
Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk
memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya,
setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Kita harus tahu darimana sebenarnya asal usul tentang valentine, mengapa
hari ini begitu tidak biasa? Mengapa ada keasyikan dengan warna merah?
Dari mana bentuk hati berasal, dan apa artinya? Kita akan temukan
jawaban2nya segera.
Pada masa Kekaisaran Romawi, bulan Februari adalah bulan terakhir dan
terpendek. Awalnya Februari terdiri dari 30 hari, tetapi ketika Julius
Caesar menamai bulan July/ Juli sesuai dengan namanya Julius, ia
memutuskan untuk membuat bulan itu lebih panjang dan Februari disingkat
menjadi 29 hari sementara bulan Juli menjadi 31 hari.
Kemudian, ketika
Octavius Caesar, juga dikenal sebagai Augustus, berkuasa, ia juga
menamai bulan Agustus seperti nama dirinya sendiri, dan tidak mau kalah
dia juga mengurangkan hari dari bulan Februari dan memberikan bulan
Agustus dari 30 hari menjadi 31 hari. Dan sampai sekarang penanggalan
itu pun berlaku. Bangsa Romawi kuno percaya bahwa setiap bulan memiliki
roh yang memiliki kekuatan dan mencapai puncaknya atau puncak kekuasaan
di pertengahan bulan.
Julis caesar Octavius Caesar (Augustus)
Biasanya pada hari ke-15, dan itu adalah hari ketika penyihir dan
ahli nujum, atau peramal melakukan pekerjaan sihir mereka. Seorang ahli
nujum adalah orang yang dipenuhi dengan kekuatan meramal, dan dari kata
aslinya, ahli nujum atau augur kita mendapatkan kata inaugutrate atau
“meresmikan”, yang berarti juga untuk “mengambil pertanda”.
Sejak
Februari telah dirampok oleh Caesars dan hanya memiliki 28 hari,
pertengahan bulan Februari menjadi tanggal 14. Karena dirayakan pada
malam sebelumnya, bulan Februari menjadi unik, karena pada hari ke-13
menjadi hari yang menjelang pertengahan bulan itu, dan itu menjadi hari
libur pagan (penyemba berhala) yang sangat penting dalam Kekaisaran
Roma. Hari suci 14 Februari disebut “Lupercalia” atau “hari serigala.”
Ini adalah hari yang suci atau kegilaan seksual bagi dewi Juno. hari
ini juga untuk menghormati dewa Romawi, Lupercus dan Faunus, serta
saudara kembar legendaris, yang konon mendirikan Roma, Remus dan
Romulus. Yang konon pernah disusui oleh serigala di sebuah gua di Bukit
Palatine Roma.
Lupercus Faunus |
Bayi Romus & Romulus Dewi Juno
Sebuah gua yang disebut Lupercal merupakan tempat pusat perayaan pada
malam Lupercalia atau 14 Februari. Sekarang ini, Lupercalia, yang
kemudian disebut Hari Valentine, Luperci atau pendeta Lupercus akan
berpakaian bulu kambing untuk sebuah upacara berdarah.
Para pendeta dari
Lupercus, dewa serigala, akan mengorbankan kambing dan seekor anjing
dan kemudian melumuri tubuh mereka dengan darah. Setelah tubuh pendeta
Lupercus menjadi merah karena dulumuri darah, dia akan berjalan di
sekitar bukit Palatine dengan menggunakan tali yang terbuat dari kulit
kambing yang dinamai “februa.”
Wanita-wanita akan duduk di sekitar bukit, lalu mereka akan dicambuki
dengan tali kulit kambing supaya mereka menjadi subur. Para wanita muda
kemudian akan berkumpul di kota dan nama mereka dimasukkan ke dalam
kotak. Inilah “surat cinta” disebut “billet.” Pria-pria Roma akan
mengambil bilet, dan wanita yang membuat billet tersebut akan menjadi
pasangan seks liarnya, dan dia akan berzina sampai Lupercalia berikutnya
atau 14 Februari.
Jadi,
14 Februari menjadi hari nafsu seksual yang tak terkendali. Warna
“merah” dan “bentuk hati” melambangkan kekudusan untuk hari ini.
Bentuk-bentuk hati yang ada pada perayaan ini bukan bentuk hati atau
jantung dari organ tubuh manusia, melainkan bentuk ini melambangkan
rahim wanita atau membuka ke kamar persetubuhan yang suci menurut
mereka.
Ketika Gnostik Gereja Katolik mulai mendapatkan kedudukan di Roma
sekitar abad ke 3, mereka kemudian dikenal sebagai Valentinians.
Valentinians Katolik mempertahankan lisensi festival seks ini yang
mereka sebut “malaikat dalam ruang perkawinan”, yang menurut mereka
adalah pemeragaan dari perkawinan “Sophia dan Penebus”.
Saat peserta
upacara 14 Februari memulai sakramen seksualnya, pendeta yang dikenal
sebagai Valentinians akan memimpin dan menyaksikan, lalu mereka akan
mengucapkan:” Biarkan cahaya benih turun ke dalam kamar pengantin-Mu,
diterima oleh mempelai laki-laki … tangan-Mu terbuka untuk memeluknya.
Sesungguhnya, rahmat telah turun atasmu. ” Seiring berjalannya waktu,
Gereja Ortodoks menekan Katolik Gnostik dan menghasilkan “St Valentine
“, dimana hari itu terus dirayakan sampai zaman modern.
Sonia Valentinians
Kita sebagai orang beragama harus menghindari ini seperti menghidari
sebuah virus. Karena di mata Tuhan, hari itu masih merupakan
“Lupercalia”, “The Day Of The Wolf” atau hari serigala.
Pria-pria
menjadi serigala, karena mereka melakukan ritual setan yaitu percabulan,
yang juga berarti hubungan seksual tanpa pernikahan. Mereka merasa
telah mendengar dari “siulan serigala”, dan kita semua tahu bahwa
serigala tidak bersiul. Ini adalah laki-laki dan wanita yang penuh
nafsu, yang melakukan penghujatan dari Setan pada saat ini.
Sebagai kesimpulan, kita harus bertanya kepada diri sendiri,
“Haruskah orang beragama dihubungkan dengan cara apapun pada perayaan
akar kejahatan ini? Haruskah kita akan melakukan apa yang orang kafir
lakukan selama bertahun-tahun dan mencoba untuk membenarkan itu sebagai
cinta?” Roma 12:2 jawaban ini sangatlah baik, ” Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan
yang sempurna.”
(Dikutip dari: https://boaskapitannabu.wordpress.com)
0 Comments