ILUSTRASI.GOOGLE |
BERITASIMALUNGUN.COM-"A
battle lost or won is easily described, understood, and appreciated, but
the moral growth of a great nation requires reflection, as well as
observation, to appreciate it". (Frfederick Douglas).
Pertempuran
yang berujung kekalahan atau kemenangan mudah dijelaskan , dipahami ,
dan dihargai , tetapi pertumbuhan moral bangsa yang besar membutuhkan
refleksi , serta observasi , untuk menghargainya.
Ketika semua orang sibuk dengan dirinya sendiri, sibuk dengan
kepentingannya sendiri dan kelompoknya, dan kurangnya interaksi sosial,
maka ukuran moral akan kabur. Mereka akan membentuk ukuran moralnya
sendiri, dan tidak tau mengukurnya lagi.
Mereka menganggap baik
tindakan yang memberi keuntungan bagi dirinya, tak perduli apakah
tindakan itu merugikan orang lain, mengorbankan lepentingan orang lain.
Mengukur kemajuan ekonomi, teknologi apalagi, sangat mudah. Membangun
fisik bukanlah hal yang sulit. Tetapi bangunan fisik itu bisa hancur
berkeping-keping, ketika moral bangsa tidak baik.
Hirosima dan Nagasaki hancur dalam beberapa detik saja, ketika moral bangsanya buruk.
Kerusuhan Mei 1998 masih membekas dalam ingatan kita. Bumi Jakarta
penuh kobaran api, gedung-gedung hancur, nyawa melayang, karena ulah
segelintir bangsa yang tidak bermoral.
Tetapi menjawab
pertanyaan semakin baikkah moral bangsa kita bukan hal yang mudah.
Sebuah pekerjaan besar yang memerlukan refleksi dan kesatuan pandang
tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk apa kita bernegara?
Pancasila dan UUD 1945 adalah referensi mengukur baik-buruknya moral bangsa ini, dan mengapa negara ini didirikan..
Sayangnya, sudah mengukurnya tidak mudah, kemauan bangsa ini untuk
menjadikannya sebagai alat ukur moral juga semakin hari, semakin kabur.
Kita masih berjuang memberantas pemikiran: kalau bukan kami,
orang tidak berhak berkuasa! "Kalau tidak korupsi tidak bisa hidup di
Indonesia". Suku, agama kamilah yang paling benar, yang lain salah!.
Kita semua dituntut berjuang menghempang para pemegang kekuasan yang
mengartikan kekuasaan sebagai alat mengeruk keuntungan pribadi dan
kelompoknya.
Kita semua dituntut tidak hanya mampu berjuang
membuat negeri ini semakin maju secara fisik, tetapi juga semakin baik
dari segi moralnya.
Jiwa dan semangat gotong royong, toleransi dan berbagai nilai-nilai luhur dalam Pancasila dan UUD 1945 jangan sampai luntur. Kita boleh take off, tetapi jangan sampai tidak tau mendarat di mana, dan hilang! (St Jannerson Girsang)
0 Comments