Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Ritual Paskah Penuh Nuansa Religi di Kota Jambi

Umat Kristen di Kota Jambi memadati setiap Gereja pada ibadah perayaan Jumat Agung, Jumat (25/3/2016) dan Paskah, Minggu (27/3/2016). Tampak umat HKBP Kotabaru Jambi membludak hingga ke halaman gereja mengikuti ibadah Jumat Agung, Jumat (25/3/2016). (Foto:Warna/Ist)


BERITASIMALUNGUN.COM, Jambi-Antusiasme umat Kristen merayakan rangkaian peringatan wafatnya Tuhan Yesus, Jumat Agung hingga kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian, Paskah di Kota Jambi tampak luar biasa. Puluhan ribu umat Kristen di Kota Jambi berbondong - bondong memadati rangkaian ibadah peringatan masa-masa sengsara Tuhan Yesus, Kamis putih, Kamis (25/3/2016) malam, Jumat Agung, Jumat (25/3/2016) dan Paskah, Minggu (27/3/2016). 

Seluruh Gereja di Kota Jambi dipadati umat yang menghadiri rangkaian perayaan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Hal tersebut tampak di Gereja Santa Theresia,Gereja Indonesia Bagian Barat (GPIB) “Marturia”, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kebun Kelapa, Pasar, Kota Jambi,  HKBP Kotabaru dan berbagai Gereja di komplek Kotabaru, Kota Jambi.

Kendati tidak sesemarak perayaan Natal, rangkaian Jumat Agung dan Paskah di berbagai Gereja di Kota Jambi berlangsung berlangsung khidmat, tertib dan aman. Namun nuansa religius sangat menonjol pada perayaan Jumat Agung dan Paskah di berbagai gereja di kota itu.

Pada ibadah Jumat Agung di Gereja Katolik Santa Theresia, Pasar, Kota Jambi misalnya, ribuan umat yang mengikuti ibadah larut dalam suasana khidmat ketika menyaksikan drama penyaliban Tuhan Yesus Kristus. Sementara itu di HKBP dan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Jambi, nuansa religi sangat menonjol dalam ibadah Jumat Agung berkat pelaksanaan Perjamuan Kasih jemaat.

Secara khusus di GKPS Kotabaru Jambi, ibadah perayaan Jumat Agung dan Paskah berlangsung  cukup istimewa berkat kehadiran Pendeta GKPS yang kini menjabat Sekretaris Umum (Sekum) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Sumatera Utara (Sumut), Pdt Enida Girsang, MTh. Gaya yang cukup bersemangat, tegas dan sedikit kocak membuat warga jemaat GKPS Jambi benar-benar terpukau menyimak khotbah Pdt Enida Girsang pada Jumat Agung dan Paskah.

Ketua Majelis Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) yang juga menjabat Sekretaris Umum (Sekum) Persekutuan Gereja - gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Sumatera Utara, Pdt Enida Girsang, MTh (kanan) didampingi Pendeta GKPS Resort Jambi, Pdt Riando Tondang, STH (kiri) , ketika memberikan pembekalan kepada Majelis Jemaat GKPS se-Resort Jambi pada Synode Resort GKPS Jambi, di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu (26/3/2016). (Foto: Asenk Lee Saragih)


Kasih Inklusif

Pdt Enida Girsang, MTh pada khotbah Paskahnya di GKPS Jambi, Minggu (27/3/2016) terasa benar-benar menohok (mengena di hati). Pada kesempatan tersebut Pdt Enida Girsang yang juga menjabat Ketua Majelis Gereja GKPS mengatakan, umat Kristen di Indonesia perlu semakin mewujudkan perbuatan-perbuatan kasih yang bersifat inklusif atau kasih yang terbuka kepada semua orang. (BEGINILAH PENAMPAKAN SINODE GKPS RESORT JAMBI 2016)

Kasih yang bersifat terbuka menjadi dasar bagi umat Kristen untuk turut serta terlibat dalam segala aktivitas pencegahan dan penanggulangan berbagai masalah sosial. Baik itu masalah disharmonisasi hubungan keluarga, konflik antarkelompok masyarakat maupun masalah dekadensi moral.

“Kasih Kristus itu inklusif, terbuka, bukan hanya untuk umat Kristen, tetapi untuk seluruh dunia. Tuhan Yesus bukan hanya juru selama bagi orang Kristen, tetapi juru selamat seluruh dunia, seluruh ciptaan Allah. Karena itu umat Kristen juga perlu melakukan aksi-aksi kasih yang bersifat inklusif untuk sesama manusia dan lingkungan hidup,”ujarnya.

Pdt Enida yang berada di Jambi dalam rangka mengikuti Synode GKPS Resort Jambi mewakili Pimpinan Pusat GKPS, Sabtu (26/3/2016) mengatakan, pengorbanan Yesus di kayu salib dan kebangkitannya dari kematian merupakan perwujudan kasih Yesus yang inklusif. Pengorbanan Yesus tersebut bukan hanya untuk kepentingan sekelompok manusia, tetap untuk segenap ciptaan Allah.

Yesus rela mati disalibkan untuk menebus dosa manusia. Kemudian Dia bangkit mengalahkan kematian untuk memberikan jaminan keselamatan kepada manusia. Jaminan keselamatan tersebut bukan hanya jaminan hidup kekal, tetapi juga jaminan keselamatan dalam hidup di dunia ini.


Sekretaris Umum (Sekum) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Sumatera Utara, Pdt Enida Girsang, MTh (kanan) pada Synode Resort GKPS Jambi, di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu (26/3/2016). (Foto: Asenk Lee Saragih)

Meneladani Yesus

Pdt Enida mengatakan, keluhuran kasih Kristus kepada dunia ini hendaknya diteladani umat Kristen dengan menyemaikan kasih di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.  Penyemaian kasih tersebut antara lain dilakukan melalui pembangunan komunikasi dan relasi yang baik antara suami – isteri, anak dengan orang tua, rohaniawan dengan umat, gereja dan masyarakat.

“Kasih perlu kita semai dalam kehidupan ini untuk membangun keharmonisan hidup. Penyemaian kasih dapat kita lakukan melalui komunikasi yang baik, kata-kata yang sopan dan lembut di tengah hubungan antar pribadi dalam keluarga, gereja dan masyarakat. Penyemaian kasih ini penting karena kasih mampu memberikan kekuatan bagi setiap orang menghadapi segala problema hidup,”ujarnya.

Meningkatnya disharmonisasi sosial, lanjut Pdt Enida, termasuk di tengah keluarga, gereja dan masyarakat sekarang ini banyak dipengaruhi kurangnya penyemaian aksi kasih. Hal itu nampak dari semakin tingginya pola komunikasi yang buruk di tengah keluarga, gereja dan masyarakat. Pola komunikasi yang buruk tersebut tercermin dari sikap pemarah, mudah tersinggung, mau menang sendiri, tidak peduli dan egosentris. Kecenderungan komunikasi yang buruk tersebut menyebabkan seringnya terjadi perselisihan atau konflik di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.

“Pola komunikasi yang buruk tersebut perlu diubah menjadi komunikasi yang baik dengan sentuhan kasih, yakni bahasa yang santun, sikap rendah hati dan saling menghargai. Inilah bentuk kasih bersifat inklusif yang ditunjukkan Yesus Kristus yang mesti bisa kita wujudkan dalam kehidupan kita. Bagi Yesus, semua orang sama dan perlu mendapat pengasihan. Karena itu semua orang pantas dikasihani tanpa memebeda-bedakan jenis kelamin, kelompok sosial dan agama,”katanya.

Duta Perdamaian

Sementara itu ketika memimpin ibadah Jumat Agung di GKPS Jambi, Jumat (24/3/2015), Pdt Enida Girsang mengajak umat Kristen agar tetap mampu menjadi duta – duta perdamaian sekalipun umat Kristen masih sering menghadapi berbagai hambatan dalam menunaikan ibadah di berbagai daerah.

Sebagai pengikut Kristus, lanjut Pdt Enida, umat Kristen perlu senantiasa memiliki budaya hidup damai, penuh kasih, pengampun dan peduli terhadap sesama. Budaya seperti itu menunjukkan bahwa nilai-nilai religius dan manusiawi yang ditunjukkan Kristus di kayu salib tetap hidup dalam jiwa setiap pengikut-Nya.

Di hadapan sekitar 350 orang warga jemaat GKPS Jambi yang memadati ibadah Jumat Agung, Pdt Enida Girsang mengatakan, kegiatan peribadah umat Kristen di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk hingga kini masih sering dilanda konflik akibat penolakan lingkungan terhadap kehadiran gereja.

Namun hal tersebut tidak bisa menjadi alasan bagi umat Kristen tidak melakukan upaya – upaya penyelamatan masyarakat dari ancaman degradasi moral, kemiskinan, kebencian antaretnis maupun kelompok masyarakat, keretakan kehidupan keluarga dan berbagai penyakit sosial lainnya.

“Dunia ini boleh menebar kebencian, melarang beribadah, melakukan ketidak-adilan terhadap sesama manusia, penelantaran keluarga dan pengabaian kelestarian lingkungan. Namun umat Kristen harus mampu menghadapi itu semua dengan mengedepankan budaya hidup damai, pengampun, penuh kasih dan peduli terhadap nasib sesama,”katanya.

Pdt Enida mengatakan, perbuatan kasih dan pengampunan yang mesti ditunjukkan manusia terhadap sesama menunjukkan bahwa umat Kristen turut membawa keselamatan dalam dunia ini seperti Yesus telah menyelamatkan manusia berdosa. Perbuatan kasih yang mesti ditunjukkan umat Kristen dalam hidupnya sebagai pengikut Kristus bukan hanya kasih secara vertikal kepada Allah, tetapi juga kasih secara horizontal kepada sesama manusia.

Kematian Yesus di kayu salib, tambah Pdt Enida, bukan hanya untuk menyelamatkan manusia agar mampu menggapai kehidupan sorga, tetapi juga menyelamatkan manusia dalam kehidupan di dunia ini.

“Kasih yang dicurahkan Yesus kepada orang percaya akan memampukan mereka menghadapi berbagai problema sosial, baik perpecahan keluarga, kesulitan ekonomi, penyakit, kenakalan remaja, kemerosotan moral dan persoalan sosial lainnya. Karena itu orang percaya harus senantiasa menjalani hidup seturut dengan kasih, kerendahan hati dan pengorbanan Yesus,”ujarnya. (Warna/Rds)(Dikutip Dari www.wartanasrani.blogspot.co.id)


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments