BERITASIMALUNGUN.COM-Presenter program televisi "Mata Najwa" yang memiliki nama lengkap
Najwa Shihab mengakui sering menerima teror ketika mengangkat isu-isu
politik yang berhubungan dengan kebijakan publik.
"Kalau ditanya tentang teror, saya sering mengalami, namun lebih
ringan jika dibandingkan dengan wartawan yang berada di lapangan, karena
negara kita termasuk negara yang wartawannya sering terancam," katanya
di Surabaya, Jatim, Kamis (14/4).
Dalam acara "Meet and Greet" di hadapan mahasiswa dan pustakawan di
Auditorium UK Petra Surabaya, ia menjelaskan isu-isu yang diangkat
olehnya memang bertujuan untuk mengungkap kebenaran yang harus diketahui
oleh masyarakat.
"Teror terhadap wartawan bukan sebagai dalih untuk menghindari
profesi ini, akan tetapi menjadi salah satu kebanggaan bahwa wartawan
sebagai profesi yang siap menghadapi keadaan yang sulit sekalipun,"
ucapnya.
Alasannya, masyarakat perlu mengetahui tentang hal-hal yang
sebenarnya terjadi dan sengaja ditutupi oleh beberapa oknum publik
figur.
Salah satunya kasus Setya Novanto (mantan Ketua DPR RI) yang namanya
pertama kali disebut dalam program Najwa Shihab yang berakibat
programnya sampai sekarang menghadapi proses hukum.
"Sampai sekarang program kami dalam proses hukum dinyatakan sebagai
program yang membuka rahasia negara kepada publik," ungkapnya.
Menurutnya, hal ini bukan merupakan sebuah hal yang menyulitkan bagi
pihaknya, namun sebagai tantangan untuk meningkatkan bahwa dialog
politik perlu dikritisi secara mendalam agar sesuai dengan harapan
masyarakat.
"Berada satu panggung dengan politisi di Indonesia memberikan dampak
yang luar biasa untuk mengetahui rekam jejak profesinya, sekaligus mampu
mengungkap kebiasaan pejabat di Indonesia yang menutupi segala hal yang
sudah jelas dan mengumbar hal yang sudah diketahui orang banyak,"
tuturnya.
Hal inilah yang menjadi fokus utama pihaknya menjadikan tayangan
dialog yang lebih mengarah kepada penyelesaian konflik dan pemberian
informasi kepada masyarakat yang tidak disampaikan oleh banyak media
massa.
"Tugas seorang wartawan dan media memang tidak mudah, profesi yang
seharusnya menjadi kebanggaan karena mampu memberikan dampak kepada
masyarakat yang membutuhkan informasi sesuai kebenaran," ujarnya.
Dalam acara yang juga ditandai dengan bedah buku "Mantra Di Layar
Televisi" karya Fenty Effendy itu, presenter kelahiran Makassar itu
mengingatkan kepada calon wartawan dan pemilik media untuk tidak
memandang pemberitaan hanya dari satu sisi.
"Pemberitaan media membutuhkan cara pandang dari dua sisi, seperti
pidato Aburizal Bakrie di salah satu stasiun televisi, itu bukan dalam
posisi sebagai pemilik media menggunakan media, namun seorang pemimpin
partai yang berbicara untuk kebutuhan 12.000 pendukungnya," imbuhnya.
Setelah berbicara dalam acara yang dihadiri 500 peserta dari
pustakawan dan mahasiswa UK Petra Surabaya serta mahasiswa luar Surabaya
seperti Universitas Brawijaya (UB) Malang itu, Najwa Shihab bertemu
2.000-an mahasiswa Jatim di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
[SP]
0 Comments