Info Terkini

10/recent/ticker-posts

SMAN 1 Siantar "Peras" Rp 200.000 Saat Siswa Ambil SKHU

Kepsek SMAN 1 Pematangsiantar Sihotang

Menampilkan image.jpegBERITASIMALUNGUN.COM, Pematangsiantar-Program pemerintah pusat mengharamkan maupun melarang segala kutipan bagi siswa/i sekolah dengan merealisasikan dana BOS dan BSM ternyata hanya sebatas seruan maupun perintah belaka. Fakta mengejutkan terekam dalam pengambilan SKHU anak didik kelas XII yang dinyatakan lulus di SMA Negeri 1 Pematangsiantar.


Tidak tanggung perbuatan jajaran pendidik SMAN 1 Pematangsiantar. Oknum pihak sekolah sangat mencoreng dunia pendidikan. Dengan alasan merupakan hasil mufakat rapat komite dan orang tua siswa dalam pengambilan SKHU harus bayar sebesar Rp 200.000.

Dugaan pemerasan secara terang terangan tersebut seraya dihalalkan Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar dibawah kepemimpinan Resman Panjaitan. Sehingga praktek pungutan liar yang meresahkan para orang tua murid berjalan langgeng tanpa ada seorang pun orang tua bisa menolak sekalipun kondisi ekonominya sangat buruk.

Miris dan hati sangat terunggah saat team BeritaSimalungun.com mendatangi sekolah yang beralamat di Jalan Parsoburan Nomor 24 Pematangsiantar pekan lalu. 

Saat hiruk pikuk terlihat di sekitar pekarang sekolah dikerumuni para siswa/i yang sudah dinyatakan lulus untuk mengambil Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional.

Tampak seorang siswi yang berparas anggun dan memiliki wajah oval serta terbilang tinggi yang belakangan diketahui berinisial SR dengan wajah musam bercampur risau.

SR menjelaskan bahwa dirinya bakalan tidak bisa mendapat SKHU karena uang  untuk tebus lembaran hasil ilmu yang ditimbah selama 3 tahun itu. Uang SKHU yang diberikan orang tuanya hanya sebesar Rp 150.000. Melihat uang sebesar itu bagi keluarganya terbilang sudah banyak melihat kondisi dan situasi yang sangat terpuruk.

"Kata mamah si bang, besok aja diambil karena uang yang dikumpul mamah dari jerih payahnya sebagai kuli harian masih kurang. Itupun kalau malam ini mamah dapat pinjaman dari tetangga," ujar SR dengan keluguanya saat ditanyai alasan dirinya tidak ambil SKHU namun hanya duduk termenung di dekat gerbang sekolah yang sangat megah.

Selisih beberapa menit seorang siswa yang tidak mau identitasnya dipublikasikan membenarkan harus adanya pembayaran sebesar Rp 200.000 untuk pengambilan SKHU.

Namun anehnya alasan pungli tidak bisa diterima akal sehat. Karena diduga tidak pernah ada rapat komite dengan orang tua siswa terjadi dan uang tersebut di isukan hanya uang terima kasih tetapi dipatok jumlahnya.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pematangsiantar Sihotang melalui pesan singkat tidak membenarkan adanya kutipan pengambilan SKHU. Namun terkesan gelisah dengan mempertanyakan narasumber bernama dan kelas berapa serta akan memanggil para walikelas mempertanyakan praktek pungli tersebut.

Sudah merupakan jawaban klasik diperbincangkan para kepala sekolah seraya tidak pernah memerintahkan bawahnya untuk melakukan pungutan. Namun kenyataan setiap hiruk pikuk pelaksanaan kebijakan disekolah adalah hak dan tanggung jawab dasar Kepala Sekolah.

Sungguh keterlaluan bila adanya oknum mengatas namakan sekolah maupun pendidikan melakukan pungli maupun pemerasan, melihat program pemerintah pusat yang mengucurkan banyak bantuan untuk menyetarakan pendidikan 12tahun.

Dengan adanya juga Komite disinyalir tidak ada manfaat bagi sekolah. Namun hanya dijadikan alasan segala upaya praktek pungli guna menutupi kedok para kepsek.

Sehingga masyarakat berharap sudah layak Komite Sekolah dibubarkan karena banyak yang tidak sesuai tupoksinya.

Dengan adanya bantuan dana BOS dan BSM sudah selayaknya komite yang anak didik dibebani harus bayar sebesar Rp 50.000.- dengan nama kutipan uang komite sudah seharusnya ditutup.

Kepala Dinas Pendidikan, Resman Panjaitan tidak berada dikantor saat disambangi sehari sebelumnya ( Selasa,  17/5/2016). Bahkan pengakuan semua staff kantor sang Kadis Pendidikan Pematangsiantar Resman Panjaitan tidak terlihat sejak pagi sesuai aturan jam kantor dengan alasan tidak jelas. (Team)



Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments