BERITASIMALUNGUN.COM-Belgia telah kembali dari tidur panjang mereka. Tim yang begitu
disegani pada periode 1980 sampai awal 1990-an, kini muncul sebagai
salah satu tim kuat di kancah persepakbolaan dunia. Hal ini seiring
kehadiran generasi emas Belgia yang diarsiteki Marc Wilmots.
Pada era 80-an, Belgia merupakan tim yang cukup disegani. Bukti itu bisa dilihat dari keberhasilan mereka finis sebagai runner-up Piala Eropa 1980. Pada partai final, Belgia, yang kala itu dilatih Guy Thys, hanya kalah 1-2 dari Jerman Barat yang muncul sebagai juara.
Enam tahun berselang, pada Piala Dunia 1986 yang berlangsung di
Meksiko, Belgia berhasil menempati posisi keempat. Hingga kini,
keberhasilan finis sebagai runner-up Piala Eropa 1980 dan peringkat empat Piala Dunia 1986 belum bisa lagi diulangi.
Kini, Belgia kembali menggeliat setelah sekian lama hanya menjadi
‘tim kelas dua’. Kehadiran pemain bintang sekelas Thibaut Courtois,
Vincent Kompany, Eden Hazard, hingga Kevin de Bruyne membuat Belgia
kembali disegani.
Pada Piala Dunia 2014, anak asuh Wilmots meraih hasil yang lumayan
untuk ukuran tim muda minim pengalaman di turnamen besar. Mereka meraih
empat kemenangan beruntun sejak penyisihan grup dan lolos hingga
perempat final. Namun, langkah Kompany dkk harus terhenti pada babak 8
besar lantaran takluk 0-1 dari Argentina.
Masa indah Belgia berlanjut pada babak kualifikasi Piala Eropa 2016.
Dari 10 pertandingan Grup B, Belgia mengemas tujuh kemenangan, satu
imbang, dan hanya menelan dua kekalahan. Mereka sukses mengakhiri
penantian panjang selama 16 tahun untuk tampil di putaran final Piala
Eropa dengan lolos sebagai juara grup.
Belgia terakhir kali berpartisipasi pada Piala Eropa 2000.
Ketika itu, Belgia langsung lolos ke putaran final Piala Eropa karena
berstatus tuan rumah bersama Belanda. Jika mengacu pada perjuangan lewat
babak kualifikasi, Belgia malah terakhir kali lolos ke putaran final
pada Piala Eropa 1984 yang berlangsung di Prancis.
Kini, dengan generasi emasnya, Belgia memiliki peluang besar
menyajikan kejutan pada Piala Eropa 2016. Tim yang menempati rangking
satu dunia ini bisa menjadi tim kuda hitam yang melangkah jauh jika
berkaca pada materi pemain bintang yang mereka miliki. Bahkan, bukan
tidak mungkin Belgia bisa menyamai prestasi saat finis sebagai runner-up
pada Piala Eropa 1980.
Bintang:
Eden Hazard
Eden Hazard merupakan sosok sentral di skuat Belgia. Hal itu bisa
dilihat dari besarnya kepercayaan pelatih Marc Wilmots kepada bintang
Chelsea berusia 25 tahun tersebut. Meski masih muda, ia adalah wakil
kapten dan salah satu pemain berpengaruh di skuat Belgia.
Keberhasilan tim berjulukan De Rode Duivels lolos ke Piala Eropa 2016
juga tidak lepas dari peran Hazard. Pemain yang mengoleksi 62
penampilan adalah top scorer Belgia pada babak kualifikasi Piala Eropa
2016. Ia mencetak lima gol, bersanding dengan gelandang serang
Manchester City, Kevin de Bruyne.
Namun, penampilan memikat Hazard bersama Belgia kontras dengan apa
yang dilakukannya bersama Chelsea. Hingga paruh kedua Premier League
2015-16, mantan pemain Lille ini masih belum tampil seperti musim lalu.
Saat The Blues meraih gelar Premier League musim 2014-2015, pemain
yang kerap disejajarkan dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo itu
sukses mengemas 14 gol dan sembilan assist. Ia pun berhasil memenangi gelar individu PFA Player of the Year 2014-2015.
Musim ini, Eden baru mengoleksi lima assist dan
menyumbangkan satu gol bagi tim London Barat. Oleh karena itu, wajar
jika pemain kelahiran La Louviere, Belgia tersebut belakangan lebih
sering menghangatkan bangku cadangan seiring labilnya performa The
Blues.
Kendati performanya terus merosot, Hazard akan tetap jadi andalan Wilmots pada Piala Eropa 2016.
Kecepatan, kelincahan, dan kemampuannya mengelabui lawan juga
diharapkan bisa kembali seperti semula begitu putaran final Piala Eropa
2016 di Prancis dimulai.
Pelatih:
Marc Wilmots
Kebangkitan sepak bola Belgia tidak lepas dari peran sang juru racik
formasi, Marc Wilmots. Pelatih berusia 46 tahun ini berhasil mengakhiri
periode kelam sepak bola Belgia dengan membawa Vincent Kompany dkk.
lolos ke putaran final turnamen besar pada Piala Dunia 2014 setelah
menanti selama 12 tahun.
Belgia memang sudah lama tidak meramaikan turnamen besar. Terakhir
kali hal itu terjadi saat mereka lolos hingga babak 16 besar Piala Dunia
2002 di Korea Selatan dan Jepang. Menariknya, saat itu Wilmots
merupakan kapten tim De Rode Duivels.
Sejak menggantikan peran Georges Leekens pada 2012, Wilmots berhasil
mengubah citra Belgia dari tim kelas dua menjadi tim yang disegani. Di
tangan Wilmots pula, Belgia berhasil lolos ke Piala Eropa 2016 secara
meyakinkan dengan menyandang status juara Grup B pada babak
kualifikasi. Beragam hasil positif itu juga membawa Belgia ke rangking
satu FIFA.
Padahal, sebelum kisah sukses itu, banyak pihak meragukan kapasitas
Wilmots. Maklum, jam terbang melatih pria bernama lengkap Marc Roberts
Wilmots ini memang sangat minim. Apalagi, karier melatihnya di level
klub, bersama klub Belgia, St Truiden pada 2005 juga berakhir dengan
pemecatan.
Namun kini, semua komentar negatif itu sirna setelah Wilmots berhasil
meloloskan Belgia ke dua turnamen besar, yakni Piala Dunia 2014 dan
Piala Eropa 2016, secara beruntun. Bukan itu saja, banyak pihak kini
juga percaya, Belgia di tangan Wilmots bisa melangkah jauh di Prancis.
Wilmots sendiri semasa aktif sebagai pemain dikenal sebagai pemain
pekerja keras. Sepanjang kariernya, ia pernah memperkuat lima klub
berbeda, antara lain St Truiden, Mechelen, Standard Liege, Bordeaux, dan
Schalke 04. Bersama Belgia, pria yang mengoleksi 70 caps ini ambil
bagian pada empat edisi Piala Dunia, yakni pada 1990, 1994, 1998, dan
2002.
Legenda:
Paul Van Himst
Paul Van Himst merupakan salah satu penyerang terbaik yang pernah
dimiliki Belgia. Pemain kelahiran Sint-Pieters-Leeuw memulai
profesionalnya bersama Anderlecht musim 1959-1960.
Van Himst bermain di Anderlecht selama 16 tahun sebelum hengkang ke
Molenbeek pada 1975. Bersama klub papan atas Belgia itu, ia mencetak 233
gol dari 457 pertandingan. Anderlecht juga diantarnya meraih delapan
gelar juara liga Belgia.
Di timnas, pemain yang mendapat julukan 'Pele Putih' ini melakoni
debut pada Oktober 1960 saat menghadapi Swedia. Van Himst pun kemudian
berhasil membawa Belgia lolos ke putaran final Piala Dunia 1970.
Dua tahun berselang, Van Himst berhasil membawa Belgia lolos untuk
pertama kalinya ke putaran final Piala Eropa. Bersama rekan-rekan
setimnya, Van Himst secara mengejutkan berhasil membawa De Rode Duivels
hingga semifinal Piala Eropa 1972.
Sayang, langkah Belgia harus terhenti oleh Jerman Barat yang akhirnya
muncul sebagai juara. Pada partai perebutan tempat ketiga, Van Himst
mencetak satu gol saat Belgia menang tipis 2-1 atas Hungaria.
Gol yang dicetaknya ke gawang Hungaria juga menjadi gol ke-30 bersama
Belgia. Van Himst pun menempatkan namanya sebagai pencetak gol
terbanyak. Rekor gol yang hingga kini belum mampu dipecahkan pemain
lain.
Sukses sebagai pemain, Van Himst juga mengukir prestasi yang cukup
membanggakan saat memutuskan jadi pelatih. Ia berhasil memberikan gelar
Piala UEFA pada 1983 dan gelar kompetisi domestik tahun 1985 bagi
Anderlecht.
Selain itu, Van Himst juga pernah melatih Belgia selama lima tahun
(1991-1996). Prestasi terbaiknya saat meloloskan Belgia ke Piala Dunia
1994 yang berlangsung di Amerika Serikat.
Pada 2003, pria yang kini menginjak 72 tahun itu dinobatkan sebagai Belgia Golden Player
oleh Asosiasi Sepak Bola Belgia (KBVB). Gelar tersebut diberikan karena
Van Himst dianggap sebagai pemain yang penampilannya paling mengesankan
selama 50 tahun terakhir.
Sumber: Bola.com
0 Comments