BERITASIMALUNGUN.COM, Jakarta-Presiden Joko Widodo
mengajukan Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon kepala
Polri. Nama Tito diajukan sebagai calon tunggal Kapolri kepada DPR.
Ketua DPR Ade Komarudin
mengaku menerima surat dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno pada
Rabu (15/6/2016) pagi. Setelah dibuka, kata Ade, isi surat itu terkait
pergantian Kapolri.
Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti akan pensiun pada Juli 2016.
"Beliau menyampaikan surat tertutup, amplop tertutup. Saya buka isinya adalah Presiden RI mengajukan pengganti Bapak Badrodin Haiti yang segera akan pensiun," kata Ade di Jakarta, Rabu.
"Dalam surat itu, Bapak Presiden mengajukan Bapak Tito Karnavian yang
sekarang menjabat Kepala BNPT dan mantan Kepala Polda Metro," tambah
Ade.
Ini Sepak Terjang Tito Karnavian
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BPPT) Tito Karnavian usai menghadiri acara pelantikan di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (4/4/2016). |
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian disebut telah ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai calon tunggal kapolri.
Penggantian kapolri menyusul purnatugas Jenderal (Pol) Badrodin Haiti yang memasuki usia pensiun. Tito baru dilantik Jokowi sebagai Kepala BNPT pada 16 Maret 2016.
Pangkat Tito pun baru dinaikkan menjadi bintang tiga pada 12 April 2016.
Berselang dua bulan, Ketua DPR RI Ade Komarudin menyebut Jokowi menyerahkan nama Tito ke DPR untuk dilakukan uji kelayakan dan kepatutan.
Sebelumnya Tito menjabat sebagai Kepala Polda Metro Jaya sejak 12
Juni 2015. Karier Tito terbilang melesat cepat berkat prestasi yang
dicapainya.
Tahun 2001, Tito memimpin tim Kobra dan berhasil menangkap Hutomo
Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra Presiden pertama RI Soeharto,
dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita.
Semasa berkiprah di kepolisian, ia berpengalaman di bidang terorisme.
Banyak prestasi yang ia peroleh setelah memimpin tim Densus 88 Polda
Metro Jaya.
Salah satunya adalah penangkapan teroris Azahari Husin dan
kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, pada 2005. Selain itu, ia juga
membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin M Top tahun 2009.
Setelah itu, ia diangkat menjadi Kepala Densus 88 Antiteror. Ia hanya
memimpin unit tersebut selama setahun, kemudian dimutasi menjadi Deputi
Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT.
Dari BNPT, Tito bertolak ke Papua dan memimpin Polda Papua selama dua
tahun. Kemudian ia kembali ke Jakarta dan dipercaya sebagai Asisten
Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kapolri. Setelah itu, barulah dia
dimutasi menjadi Kapolda Metro Jaya.
Karier gemilang Tito bisa dilihat dari kesuksesannya semasa sekolah.
Tito merupakan lulusan terbaik Akpol tahun 1987 dengan menerima
penghargaan Adhi Makayasa.
Setelah itu, Tito menyelesaikan pendidikan di University of Exeter di
Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies.
Ia pun melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
(PTIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih gelar S-1 dalam bidang Ilmu
Kepolisian.
Di PTIK, ia kembali menjadi lulusan terbaik dan mendapatkan Bintang Wiyata Cendekia. (*)
Sumber: Kompas.com
0 Comments