Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan
BeritaSimalungun.com, Jakarta-Selalu ada pengalaman
unik yang mengarahkan hidup kita menempuh jalan radikalnya. Kasiaman
Purba, Sintua (Penatua) GKPS Cililitan, pernah bertahun-tahun mengalami
infeksi pembuluh darah yang membuat kulitnya berwarna hitam. Dan ia
pernah tak berdaya karena hal itu, hampir mati, seperti kena racun.
Suatu hari ia ke gereja dan berteriak berdoa memohon kesembuhan, yang
tentu membuat jemaat geger di keheningan ibadah minggu. Lalu malam
harinya ia seperti mendengar guntur, dan seolah muncul di dinding
kamarnya nas Alkitab Matius 5:8: ”Berbahagialah orang yang murah
hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”. Dan itulah awal itu
kesembuhannya.
Kini ia tak bisa melepaskan nas itu, yang dihayatinya sebagai jawaban
atas semua racun atau penyakit yang dideritanya. Nas itulah yang
membuatnya tak ragu menghadapi apa pun yang dianggap ”mengandung racun”
dalam hidup sehari-hari manusia.
Ia pernah menjadi supir bajaj, namun kini, sambil terus melayani
jemaat sebagai Sintua, ia menjadi sukarelawan pengangkut mayat dengan
ambulans diakonia gerejanya.
Pada setahun terakhir ini, setiap minggu pada hari Kamis Kasiaman
membawa Andre Tondang, dan kini Christian Saragih, keduanya anak
difabel, ke seorang pengajar mereka di bilangan Cibubur.
Dengan sepeda
motor, atau sesekali dengan angkutan umum, ia mengantar dan menemani
anak difabel itu belajar mengerti kata-kata.
Kasiaman biasanya menunggu anak yang belajar di kelas khusus bagi
anak difabel itu, lalu kalau perlu menemani ke toilet, bahkan
membersihkan celana yang sering ada bercak kotorannya.
Dan kemurahan
hati yang membahagiakannya seolah tak lekang dari benaknya, sekalipun
serbarepot melayani kedua anak difabel itu.
Hal inilah yang membuat saya makin memahami pemikiran filsuf
eksentrik Slovakia, bernama Slavoj Zizek tentang Kristus, bahwa
menurutnya kasih dan kemurahan hati yang Kristus ajarkan ialah kasih
kepada the toxic others, kasih kepada sesama yang terkesan akan
meracuni, akan membuat kita kotor dan tak murni lagi. Bukan kasih
kepada yang mirip-mirip baiknya atau mutunya dengan diri kita.
Menurut Zizek, inti iman Kristen berporos pada momen bahwa Yesus
sendiri mengalami dirinya ditinggalkan, dan terhitung sebagai racun bagi
masyarakat kala itu. Namun dalam keadaan ini, menurut Zizek, ”faith is there because there is nobody for you.” Kalau kasih hendak dijalankan, maka ia pertama-tama adalah urusan menemui nobody ini.
Dan orang-orang yang tak ada kepada mereka seorang pun mau, tentulah
orang-orang yang dianggap ”mengandung racun”— dan mereka antara lain
adalah para difabel itu.
Hanya iman yang tak bisa lari dari seruan
kemurahan hatilah, yang bisa mengasihi dan meraih setiap sesama yang
tampak dan dianggap ”mengandung racun” itu. Dan St. Kasiaman Purba
mencoba berada di jalan itu. (Penulis : Pdt Martin Lukito Sinaga)
Sumber: SatuHarapan.com
0 Comments