Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (Kiri) dan Djarot Saiful Hidayat. |
BeritaSimalungun.com, Jakarta-Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku sudah cocok
dengan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat. Keduanya akan disandingkan
kembali dan melanjutkan kepemimpinan di DKI periode 2017-2022. Hal
tersebut yang menjadi dasar pertemuan Basuki dengan Ketua Umum PDI-P,
Megawati Soekarnoputri, Rabu (17/8), di Kantor Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) PDI-P di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Ahok, sapaan Basuki mengatakan, pada pertemuan itu dirinya bukan
meminta dukungan agar PDI-P merapat kepada tiga partai pendukungnya,
yakni Nasdem, Hanura, dan Golkar, melainkan untuk meminta Djarot kembali
maju bersamanya di pemilihan gubernur (Pilgub) DKI 2017 mendatang.
“Bukan minta dukungan, saya cuma minta Djarot. Saya minta Djarot mau
tidak ikut saya jadi wakil? Saya dari dulu minta Djarot,” ujar Basuki di
Balai Kota, Jumat (19/8).
Ia bercerita bahwa dulu saat dirinya meminta nama Djarot sebagai
wakilnya, Megawati pernah memarahinya karena nama Djarot tidak pernah
mencuat. Namun, Basuki tetap meminta kepada PDI-P saat itu untuk
menjadikan Djarot sebagai wakilnya hingga detik ini.
Hal tersebut
didukung dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
yang menyebutkan nama wakil diusulkan oleh partai pengusung saat itu,
yakni PDI-P dan Gerindra tetapi harus dirinya sendiri yang memutuskan.
“Makanya waktu itu saya bilang, 'saya yang putusin lho Bu, kalau ibu
tidak mau kasih Djarot aku pakai Bu Yani loh'. Aku ngomong begitu
sebagai teman ya, sebagai kenalan ya boleh dong,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, dirinya pun tidak perlu melakukan
pendaftaran kepada PDI-P. Pertemuan tersebut juga dinilainya hanya
menanyakan apakah dirinya bisa maju dengan Djarot mengingat dirinya
sudah maju dengan memiliki tiga tiket partai pendukungnya.
“Ibu bilang ,'saya sih oke' tapi parpol kan mesti dirapatkan, ada
prosedur.' Jadi ya sudah silakan dirapatkan oleh partai. Saya juga tidak
mau mendahului putusan partai,” katanya.
Basuki mengatakan, dirinya merasa lebih nyaman berpasangan dengan
Djarot. Jika dirinya maju dengan tiga partai pendukung bersama Heru Budi
Hartono yang semula akan mendampinginya, katanya, bahwa Heru masih
terlalu muda. Ditambah lagi DKI masih membutuhkan PNS yang baik seperti
halnya Heru.
Megawati Sayang Ahok
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto |
Gubernur DKI Jakarta yang sedang digadang untuk kembali maju di
Pilgub Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), ternyata memang disayang oleh
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
Namun, rasa sayang itu tidak bisa menjadi alasan bagi Megawati untuk
tiba-tiba mendeklarasikan Ahok sebagai calon gubernur yang diusung PDIP.
Sebab, Megawati juga harus tunduk dengan aturan di internal partai yang
sudah disepakati bersama.
Hal itu diungkapkan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto di Jakarta,
Jumat (19/8). "Memang, ketika kami sering berdiskusi dengan Ibu Mega,
sejak dulu secara pribadi beliau sayang ke Pak Ahok," kata Hasto.
Dijelaskan, walau ada perbedaan pandangan, Megawati tetap akan
menghormati seseorang dalam konteks hubungan pribadi. Pola itu juga yang
terjadi terkait hubungan MEgawati dengan Ahok.
Megawati juga sosok yang sangat berhati-hati saat mengambil keputusan
dan selalu mengedepankan mekanisme serta tata cara yang disepakati. Hal
itu merupakan bagian dari bangunan partai modern yang memang tengah
dibangun PDIP.
"Dalam mengambil keputusan politik, Ibu Megawati selalu
mengedepankan proses institusionalisasi kepartaian dan proses
kelembagaan politik di dalam partai," katanya.
Karena itu pula, ujar Hasto, ketika DPP PDIP sepakat bahwa yang
diprioritaskan adalah penentuan pasangan calon untuk Pilkada di luar
Jawa, maka deklarasi di Jakarta belum bisa direncanakan dalam waktu
dekat. PDIP lebih memilih untuk menunggu dan melihat dinamika di
Jakarta, sambil menunggu momentum yang tepat.
"Kunjungan Pak Ahok kemarin memiliki perspektif positif dalam
hubungan Ahok dan partai. Tetapi, kalau bakal bermuara untuk memberikan
dukungan, sampai saat ini belum diputuskan. Kami menunggu memontum yang
tepat," ujarnya.
Hasto melanjutkan, "Dalam politik sering muncul element of surprise. Sering muncul varian-varian baru. Karena itu, kami masih mencermati dan dialog ke parpol lain". (BSC)
0 Comments