Jonson Rajagukguk, S. Sos, SE, M.AP |
* Oleh Jonson Rajagukguk, S. Sos, SE, M.AP
BeritaSimalungun.com-Dalam waktu dekat (12-18 September 2016) pemilihan Ephorus HKBP akan dilakukan
dalam Sinode Godang. Para sinodestan akan memilih siapa yang jadi
Ephorus HKBP untuk masa waktu empat tahun (2016-2020).
Tentu sebuah
pertanyaan akan muncul, bisakah Ephorus HKBP 2016-2020 membawa sebuah
perubahan dengan orientasi pelayan kepada jemaat (khususnya kaum lemah)
yang lebih maksimal sebagai sebuah misi yang sangat suci dan agung
sebagaimana yang dipesankan oleh apostel Dr IL Nommensen untuk membangun
peradaban Tuhan di kalangan jemaat HKBP?
Semua jemaat HKBP
sangat berharap Ephorus HKBP adalah ephorus yang punya integritas dan
karakter yang bagus, ephorus yang punya jiwa pelayanan kepada kaum
lemah.
Karena HKBP adalah Gereja yang peduli pada kaum miskin, ephorus
yang punya karakter pastoral, ephorus yang punya visi besar mengenai
HKBP, ephorus yang mampu mendorong HKBP sebagai Gereja mitra pemerintah
dan mampu menerjemahkan visi pemerintah kepada jemaat.
Tentu harapan itu
dengan satu tujuan, HKBP menjadi berkat bagi dunia. Masalahnya tetap
sama, siapa calon yang bisa menerjemahkan visi dan misi tersebut di
tengah -tengah jemaat HKBP yang menghadapi berbagai peradaban
(multiperadaban).
Jemaat HKBP akan menghadapi peradaban ekonomi
baru (MEA dan globalisasi ekonomi lainnya), menghadapi peradaban
digital, menghadapi peradaban keberagaman agama dan suku sebagai
realitas sosial, serta akan menghadapi peradaban politik baru (gelombang
demokratisasi) yang kesemuanya itu tentu tidak akan bisa dilepaskan.
Masalahnya, bagaimana HKBP secara kelembagaan bisa menuntun jemaat di
tengah multiperadaban yang makin kompleks sehingga identitas jemaat HKBP
tetap dalam kodirod jemaat yang mengemban visi dan misi Tuhan di dunia
ini? Inilah tantangan yang akan dihadapi oleh jemaat HKBP sebagai
masukan bagi calon Ephorus HKBP 2016-2020.
Sebagaimana tekad
kita bersama bahwa ber-HKBP dengan esensi pelayanan yang holistik pada
jemaatnya, khususnya jemaat miskin merupakan harapan kita pada sinode
godang (SG) HKBP pada bulan September 2016 ini.
Semoga dalam Sinode
Godang pemilihan Ephorus ini mampu mengembalikan HKBP sebagai gereja
terbuka, peduli pada kaum miskin, dialogis dan jadi berkat bagi dunia.
Atau kembali kepada jati diri HKBP sebenarnya di mana HKBP adalah HKBP.
HKBP yang peduli dan menjadi garam dan terang di tengah kehidupan
berbangsa dan bernegara, khususnya lagi di tengah multiperadaban.
Memilih
Ephorus HKBP harus atas dasar kasih, hati yang jernih, pikiran yang
jernih, menjauhkan sektarian, perkolegaan dan di atas semua itu memilih
Ephorus HKBP harus atas dasar kasih Kristus untuk pelayanan Tuhan di
negara ini.
Memilih Ephorus HKBP bukanlah hal yang mudah. Semua
sinodestan nantinya yang punya hak pilih harus melihat masa depan HKBP
yang lebih baik. Siapa yang menjadi pilihan tentu atas dasar niat dan
keinginan yang tulus menjadikan HKBP sebagai aset bangsa yang sangat
berharga.
Segala bentuk bargaining harus disingkirkan jauh-jauh karena
kita akan memilih seorang pelayan Tuhan di dunia untuk keberlangsungan
kehidupan Kekristenan dalam suasana bangsa yang plural.
Menarik
sekali wacana yang dibangun mengenai kriteria calon Ephorus HKBP oleh
beberapa orang yang peduli dengan masa depan HKBP. Sekalipun sifatnya
tidak formal, dialog yang dibangun di media, termasuk media sosial sarat
dengan nilai-nilai pembangunan HKBP ke depan.
Mau jadi apa HKBP 50
tahun ke depan, apakah pemilihan ephorus tahun ini mampu memilih seorang
ephorus yang meletakkan kepemimpinan transformatif dan rekonsiliatif
sebagai dua variabel yang akan menentukan masa depan HKBP kita ini?
Sebuah
pertanyaan yang sangat fundamental, mendasar dan sarat dengan
filosofis. Bagaimana Ephorus HKBP ke depan bisa melakukan transformasi
kepemimpinannya dan mampu melakukan rekonsiliasi di tubuh HKBP
(penguatan internal) sehingga HKBP kembali ke jati dirinya yang
sebenarnya peduli pada kaum miskin, dialogis dan inklusif.
Kembali dalam
konteks pemilihan Ephorus HKBP ini, beberapa pemikiran yang saya
tangkap ditawarkan oleh teman-teman dalam berbagai diskusi dan wacana
yang muncul mengenai masa depan HKBP sangatlah realistis dan inilah
sebenarnya yang dibutuhkan HKBP.
Ada beberapa nilai dan poin yang
dikemukakan penulis mengenai masa depan HKBP dan apa yang harus
dilakukan oleh Ephorus HKBP ke depan di tengah multiperadaban dan
tantangan jaman yang semakin kompleks, yaitu:
Pertama,
pemberdayaan dan pengembangan jemaat. Kita butuh Ephorus yang sangat
fasih dan lugas menguraikan bagaimana konsep pemberdayaan dan
pengembangan jemaat, termasuk pemberdayaan pendeta dengan membuat
pelatihan-pelatihan bagi pendeta supaya punya keahlian di tengah jemaat.
Konsep pemberdayaan jemaat dengan melihat teori Indeks Pengembangan
Manusia (IPM) di mana sektor pendidikan, kesehatan dan daya beli jemaat
harus ditingkatkan kalau kita ingin melihat jemaat punya potensi ke
depan.
Untuk itu lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan perlu
terus dikembangkan dalam tubuh HKBP. Muncul sekolah tingkat TK, SD,
SMP, SMU dan pendidikan tinggi di HKBP dan harus dikelola dengan
profesional dalam pemberdayaan jemaat. Semua itu dilakukan untuk
mencerdaskan generasi anak-anak jemaat HKBP.
Kemudian berbagai
bentuk penyuluhan kepada petani HKBP perlu dilakukan. Mengingat jemaat
HKBP banyak dari kaum tani. Penyuluhan pertanian kepada jemaat.
Bagaimana mengelola pertanian yang benar terus dilakukan mengingat
mayoritas jemaat HKBP adalah petani. Belum lagi konsep ekonomi
kerakyatan. Ketika saudara kita yang beragama Muslim sudah punya Bank
Syariah, mengapa kita tidak bisa mengelola sebuah bank? Ini harus
menjadi pemikiran.
Kedua, memanfaatkan segala potensi yang ada
dalam tubuh HKBP. Calon Ephorus HKBP harus bisa menguraikan dengan jelas
dan mudah dipahami bahwa selama ini potensi HKBP kurang diberdayakan.
Padahal banyak jemaat yang punya potensi, baik di bidang ekonomi,
politik, hukum, teknologi, yang bisa dimanfaatkan untuk saling menolong
dan menguatkan. Konsep pemberdayaan potensi jemaat HKBP tetap dalam
koridor pelayanan kepada semua jemaat. Perlu sebuah pemikiran yang baru
bagaimana supaya segala potensi dalam HKBP didata, atau dibangun
database sehingga ini bisa menjadi modal dasar dalam membangun HKBP.
Ketiga,
HKBP harus bisa naik kelas dan jangan lagi tinggal kelas. Kalau HKBP
hanya berguna untuk jemaatnya saja ini merupakan kemunduran bagi HKBP.
Ke depan calon Ephorus HKBP (2016-2020) harus mampu mendorong perubahan
di mana HKBP juga berguna bagi semua orang (termasuk suku dan agama yang
berbeda), berguna untuk bangsa di tengah masyarakat yang plural. Jemaat
HKBP harus berguna bagi umat yang lain.
Bagaimana supaya sampai ke sana
tentu butuh pemikiran yang baru. Maka pembenahan internal yang harus
dilakukan sebelum berbicara pada manfaat HKBP bagi umat lain (berkat
bagi dunia). HKBP harus mampu mengambil peran strategis peran sentral
mendorong keberagaman, toleransi yang tinggi atas dasar kejujuran, mitra
kerja bagi siapa saja yang berguna untuk kemanusiaan.
Dengan demikian
HKBP ke depan akan semakin kuat dan diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan di negara ini. Di Sumatera Utara peran HKBP
semakin terpinggirkan, maka perlu membangun jati diri agar dapat
menentukan masa depan Sumatera Utara ini dengan segala dinamika yang
terjadi.
Keempat, Ephorus HKBP yang akan terpilih harus
punya sebuah pemikiran bahwa dia juga mempersiapkan ephorus yang akan
datang atau periode berikutnya dalam konteks yang tepat.
Seorang
pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang mempersiapkan pemimpin yang
lebih baik dari dirinya dan tahu dia kapan memberikan estafet
kepemimpinan kepada yang lain. Kepemimpinan HKBP perlu dipersiapkan
dengan baik dan matang melalui proses kaderisasi yang baik dan tepat.
Bukan memberikan estafet kepemimpinan perkolegaan atau perkoncoan,
ataupun hubungan emosional. Bagaimana proses melahirkan seorang pemimpin
dalam HKBP sudah saatnya melihat pertimbangan, integritas, kemampuan
lobi dan intelektualitas seseorang. HKBP butuh pemimpin yang punya
kemampuan membangun dan mempersatukan dan jeli melihat peluang. Semua
itu tentu tidak bisa dilakukan dengan metode perkolegaan.
Kita
sangat berharap semua sinodestan mampu memilih calon ephorus yang akan
mampu membawa perubahan dalam tubuh HKBP sehingga kita mampu ber-HKBP
dalam konsep pelayanan yang holistik.
Melayani dengan kasih untuk tujuan
penyelenggaraan kerajaan Allah di dunia ini. Semoga kita segera
memiliki Ephorus yang mampu menjaga HKBP sebagai rumah pelayanan untuk
kemuliaan Tuhan. (Penulis Jemaat HKBP Koserna Medan dan Dosen Prodi Ilmu Adm Negara FISIPOL Nommensen/SIB)
0 Comments