Pagu Proyek Pembangunan Rumah Dinas Bupati Simalungun dengan Penunjukan Langsung. |
"DaERAH “BANGKRUT” MEMBANGUN RUMAH DINAS MEWAH. HENTIKAN PROYEK KESENANGAN BUPATI DALAM KESULITAN RAKYAT SIMALUNGUN DAN HENTIKA BIRUISASI SIMALUNGUN!"
BeritaSimalungun.com, Raya-Lima tahun lalu sebenarnya JR Saragih sudah membangun rumah baru di
Raya. Alasannya supaya dekat kantor – tidak jauh dari Siantar.
Ternyata
rumah dinas yang di Siantar itu dijual (pinjamkan 30 tahun). Di samping rumah
dinas baru itu dibangun juga satu unit quest house tetapi entah mengapa
setelah rebut-ribut pemeriksaan kini bangunan itu sudah dibongkar tak
berbekas.
Kini rumah dinas itu dijadikan kantor Dikjar. Namanya
rumah dijadikan kantor jadinya kacau. Ada dinding yang dibongkar, ada yang
ditambah seperlunya tanpa memperhatikan estetika dan kelayakan.
Di
kantor itu sekarang ada plang stainless yang besar dempet dengan dinding
lantai dua, mengganggu pikiran orang yang berlogika.
Ruangan juga serba
darurat, ada yang mejanya menyempil di gang, ada yang teronggok di sudut
sana. Meja juga nampaknya tidak tersedia maka yang sudah bulukanpun dipakai.
Keadaannya précis penampungan sementara karena bencana. Padahal kantor
dinas masih utuh dan luas. Bupati Simalungun ini memang suka pindah
memindah kantor dinas. Kadang hanya tukaran dinas yang berdekatan seperti
dinas kesehatan dengan dinas pendidikan dua tahun lalu.
Kini bupati
hendak membangun rumah dinas baru berbiaya hampir Rp 9 milyar. Biaya ini
tergolong sangat besar untuk situasi Simalungun.
Tidak heran kalau di
medsos di bully sebagai rumah dinas termewah di Indonesia dan pemborosan.
Bicara pemborosan bukan ini saja bupati JR Saragih ini menjadi sorotan.
Biaya hidup dua puluh juta lebih tiap hari, kemana-mana naik heli, mobil
dinas mewah…dll.
Keadaan ini terbalik dengan situasi nasional saat
ini. Menkeu justeru memotong anggaran yang tidak penting. Sementara Pemda
Simalungun yang dikatakan “daerah bangkrut” dan hutangnya banyak Justeru
menghabiskan anggaran untuk yang diada-ada.
Fitra melalui majalah Gatra
melansir Simalungun terancam bangkrut karena utang dan merupakan
kabupaten terkecil biaya pembangunannya (belanja modal) terrampas oleh
biaya perut.
Bersamaan dengan pemborosan rumah dinas pada saat ini juga
sedang sibuk mencat biru semua bangunan Pemda. Dari kantor bupati,
kantor dinas kantor camat sekolah –sekolah semua di cat biru.
Tembok
jalan juga di cat biru. Lebih parah dari biruisasi orde baru. Tentu
biruisasi ini juga adalah kesenangan bupati yang ketua Partai Demokrat.
Bertentangan dengan warna khas Simalungun putih hitam merah, tidak mengenal
biru (tidak ada makna warna biru dalam kultur Simalungun).
Contoh photo SMU
Sidamanik, Kantor Camat Sidamanik dan SD di Pongkalan Buntu. Saat
ini tidak ada satu ruas jalan kabupaten di Kabupaten Simalungun yang bagus,
semuanya rusak!
Bahkan jalan penghubung kecamatan Raya ke Raya Kahean
sudah tidak bisa dilalui kenderaan mobil. Bangunan sekolah di Simalungun
banyak yang tidak layak pakai.
Lantainya sudah terkelupas lalu menyembulkan
debu. Kursi meja juga reot-reot dan jumlahnya tidak cukup. Rumah dinas
guru banyak yang tidak layak huni dan jumlahnya kurang. Sejak dibangun
puluhan tahun lalu tidak pernah direnovasi maka atap bocor, lantai
terkelupas, dinding kusam.
Suatu yang aneh dengan rumah dinas di
Simalungun adalah rumah dinas wakil bupati yang ditempati oleh Kepala
Kejaksaan Negeri Simalungun.
Bagaimana lagi Kejaksaan Simalungun
mengawasi Pemda Simalungun kalau dia saja tinggal di rumah dinas Pemda?
Bagaimana control masyarakat mengawasi orang Pemda bebas bertemu tiap saat
dengan Kajari siang atau malam?
Kita menyesalkan lemahnya
pengawasan BPK maupun DPRD, Kejaksaan, dll. Semuanya lolos. Yang berjalan
hanya pengawasan masyarakat yang tidak punya kewenangan langsung mengoreksi.
Namun demikian untuk yang berpikiran sehat control sosial masyarakatpun
sudah cukup, maka diserukan hentikan proyek kesenangan bupati dalam
kesulitan masyarakat itu! (Penulis Kurpan Sinaga)
Bangunan Biruisasi di Simalungun. |
Bangunan Biruisasi di Simalungun. |
Bangunan Biruisasi di Simalungun. |
0 Comments