Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Buwas Siap Tembak Mati Pengedar Narkoba

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso (Buwas) 

* BNN Tinggal Tunggu Senjata Standar yang Dipesan * BNN Ungkap Jaringan Narkoba Kelas Kakap, 120 Ribu Ekstasi Diamankan

BeritaSimalungun.com, Jakarta-Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso (Buwas) menyatakan siap menembak mati pengedar narkoba karena tindakannya merusak jutaan generasi muda dan mengancam masa depan negara.

"Kami tidak ngawur, karena tindakan tegas itu juga terukur, sebab akan kami lakukan pada pengedar yang kami sudah punya data pelanggaran hukumnya. Kalau sudah begini masih direhabilitasi justru kita yang kalah, karena mereka pasti cari mangsa lagi," katanya dalam "Ngopi Bareng Buwas-Pimred Media" di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/10) malam.

Dalam acara yang dihadiri Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji, Wagub Jatim H Saifullah Yusuf, Kasdam V/Brawijaya, Kasarmatim, Kasgartap, dan Ketua PWI Jatim Akhmad Munir itu, ia menjamin tindakannya tidak akan melanggar hukum dan HAM.

"Pernyataan Presiden bahwa Indonesia berstatus darurat narkoba itu sudah di atas UU, bahkan Presiden menyatakan perang pada narkoba. Selain itu juga ada Perkap (Peraturan Kapolri). Tindakan mereka yang merusak jutaan generasi muda itu justru lebih melanggar HAM," katanya.

Untuk itu, pihaknya telah menyiapkan tim khusus yang akan bertindak tegas pada pengedar narkoba yang merusak jutaan generasi muda itu. "Kami tinggal menunggu senjata standar yang kami pesan dan akan datang pada November," katanya.

Dalam acara yang juga dirangkai dengan pertemuan BNN/BNNP dan Reserse Narkoba se-Indonesia itu, ia menegaskan bahwa pihaknya juga sudah memiliki 50 ekor K-9 (anjing pelacak) khusus narkoba.

"Lima puluh ekor k-nine itu sudah kami latih dalam enam bulan dan daya endus dan lacaknya sudah teruji, bahkan saya sendiri yang berangkat ke Belanda atas perintah Presiden untuk belajar khusus teknik menciptakan K-Nine itu," katanya.

Bahkan, unit K-9 itu akan ditingkatkan lagi jumlahnya dengan menggunakan anjing lokal. "Untuk itu, BNN sudah bekerja sama dengan komunitas pencinta anjing. Jadi, kami serius memerangi narkoba karena pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 5,9 juta orang," katanya.

Apalagi, para bandar sudah menciptakan "Operasi Regenerasi Pasar Narkoba" yang menyasar anak-anak TK, SD, dan SMP melalui jajanan anak-anak sekolah yang membuat ketagihan. "Mereka lakukan itu, karena 5,9 juta pengguna sudah tinggal menunggu waktu saja untuk sekarat dan mati," katanya.

Saat ini, katanya, tercatat 40-an orang per hari yang meninggal dunia akibat menjadi pengguna narkoba yang menggerogoti sistem metabolisme pada organ tubuh mereka, sedangkan bandar besar yang diuntungkan umumnya ada di luar negeri.

"Omzet jaringan narkoba itu sudah mencapai Rp 3,6 triliun dalam setahun, namun tahun lalu tercatat Rp 2,7 triliun yang aliran dananya keluar dari Indonesia dengan menyebar pada 11 negara dan angka terbanyak mengalir ke Tiongkok," katanya.

Namun, ia mengaku sudah putus asa, karena pihak luar negeri sulit diajak kerja sama dalam pemberantasan narkoba, termasuk negeri jiran, seperti Singapura dan Malaysia. "Untuk itu akan kami berantas dengan cara-cara yang sudah kami pelajari dari berbagai negara," katanya.

Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji mengakui kendala paling berat dalam penegakan hukum untuk kasus narkoba adalah melawan "musuh" dari dalam.

"Kalau musuh di luar itu gampang mengatasi, tapi kalau "musuh" itu ada di dalam itulah yang paling sulit, karena setiap tindakan kita bisa bocor kepada musuh di luar, sehingga penegakan hukum pun bisa berantakan (gagal). Mereka juga layak ditembak mati, karena merusak citra Polri," katanya.

Dalam kesempatan itu, Ketua PWI Jatim Akhmad Munir menilai Komjen Buwas dalam penegakan hukum di Tanah Air merupakan sosok yang memiliki daya kejut. 
"Bagi wartawan, tentu hal itu sangat layak untuk diberitakan, apalagi untuk pemberantasan narkoba yang patut mendapat dukungan media," katanya.

Ungkap Jaringan Narkoba 

Sebelumnya BNN kembali menggulung jaringan besar pengedar narkoba di salah satu provinsi di Tanah Air. Barang bukti yang diamankan cukup fantastis.

"Tadi saya terbang ke sini (Surabaya), dapat laporan dari salah satu BNNP. Jam 12.00 WIB telah tertangkap," ungkap Buwas saat pertemuan dengan media di Hotel Singgasana, Surabaya.

Menurut Buwas, dari operasi pengendusan yang memakan waktu lebih dari satu bulan itu berhasil mendapatkan sabu-sabu seberat 102 kilogram dan 120 ribu butir pil ekstasi.

"Saya minta (BNNP yang mengungkap) jangan diberitakan dulu. Dikembangkan, kalau sudah lengkap baru dirilis ke teman-teman media," ujar Buwas dalam acara yang digelar BNNP Jawa Timur itu.

Sayangnya Buwas masih merahasiakan lokasi penangkapan jaringan narkoba besar itu.

Buwas mengungkapkan bahwa pengungkapan jaringan narkoba itu berawal dari kesabaran petugas BNNP di daerah tersebut. Pada awalnya, jaringan itu akan ditangkap jauh-jauh hari.

Namun, Buwas nampaknya memiliki dugaan kuat jika jaringan yang tengah diselidiki BNNP itu cukup besar. Ia pun meminta BNNP untuk bersabar, tidak tergesa-gesa.

"Petugas BNNP mengatakan sudah 42 hari mengikuti jaringan itu, saya minta sabar. Mau ditabrak saja, jangan. Saya yakin ini jaringan besar," ungkapnya.

Dan insting Buwas ternyata benar. "Kita mengungkap kasus kadang hingga butuh waktu 3 bulan. Tapi memang kita harus sabar," katanya. 

Jokowi Dukung 

Sementara itu, BNN menginginkan adanya penjara atau lembaga pemasyarakatan (lapas) bagi narapidana narkoba di pulau yang terpencil. Mimpi BNN mulai ada titik terang.

Buwas saat pertemuan dengan media mengaku mendapatkan dukungan dari Presiden Jokowi.

Dukungan Presiden Jokowi ini disampaikan di depan Menteri Hukum dan HAM (Menkum HAM) Yasonna H. Laoly dan Panglima TNI. Menurut Buwas, Yasonna sempat menyampaikan soal keterbatasan anggaran pembangunan lapas di pulau terpencil.

"Pak Menkum HAM bilang bapak itu menyangkut anggaran, (presiden) gampang anggaran itu. Ruislag (prosedur tukar menukar) dari lapas-lapas yang di kota. 
Salemba apa dijual dan bangun di pulau terluar dan mana yang terluar," kata Buwas menceritakan.

Bahkan Panglima TNI kepada presiden mengusulkan lokasi pembangunan lapas khusus narapidana narkoba di Pulau Natuna.

"Terus panglima bicara di Pulau Natuna, yang sekarang kita bangun sekaligus kita ingin mengamankan daerah terluar," kenang Buwas.

Buwas yang sering bicara ceplas-ceplos ini mengaku senang karena mimpinya Indonesia memiliki lapas di pulau terpencil untuk mengisolasi narapidana agar tidak mengendalikan operasional narkoba mendapat respons dari pemerintah.

Namun ia masih berharap nantinya ada lapas yang dikelilingi kolam penuh buaya dan ikan piranha agar para napi tidak memiliki niat untuk melarikan diri.

"Alhamdulillah, ide saya mulai terwujud, satu. Yang buaya belum. Mudah-mudahan terwujud. Ikan piranha belum," katanya. (SP/detikcom)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments